Yearly Archives: 2011

Anthology Posts

Perjuangan ke Luang Prabang

By Rini Raharjanti*

Luang Prabang, Laos

Siang bolong yang panas itu, segera setelah sampai di Vientiane saya langsung mencari informasi bus malam menuju Luang Prabang. Karena waktu liburan yang singkat makanya saya maksa berangkat malem-malem supaya bisa tidur di bus. Selain irit waktu, kita juga irit duit guesthouse. Menurut rekomendasi Lonely Planet, lebih baik naik van daripada bus karena lebih nyaman dan perjalanan yang harusnya ditempuh 12 jam bisa jadi 10 jam. Akhirnya saya memutuskan untuk naik van walaupun harganya $9 lebih mahal dari harga bus VIP. Di travel agent terpampang foto cantik van yang akan membawa saya ke Luang Prabang. Saya senyum sumringah karena bakal tidur di jok kursi van yang empuk.

Setelah makan siang dan berjalan-jalan sekitar kota, saya menuju meeting point dimana van menuju Luang Prabang akan menjemput saya. Tidak lama menunggu, sebuah mobil pick up lengkap dengan jeruji besi di kedua sisi berhenti di depan hidung saya. Pak Supir keluar dari mobil dan bertanya “Luang Prabang?”. Saya BENGONG. Sempet bolot beberapa saat ngebayangin bakalan naik mobil pick up buat ngangkut sapi ke Luang Prabang selama 12 jam! ALAMAK! Saya cuman mengangguk perlahan memandang nelangsa penuh derita nestapa. Dengan bahasa Inggris patah-patah pak supir bilang “Don’t worry, I will only take you to bus station. You will move to a nice van there.” OALAAHHH..mendengarnya lega sekali serasa diguyur air syurga! Dengan senyum lebar saya naik mobil pick up dan menuju terminal bus.

continue reading

Travel

[Adv] Profesional anti ribet

Kalau ditanya profesi saya apa, jawabannya adalah full-time traveler and freelance writer. Tapi sebenarnya setiap hari saya ngapain sih selain jalan-jalan dan menulis? Ternyata pekerjaan di luar jalan-jalan dan menulis justru lebih menyita waktu. Saya harus ngurus majalah, bikin presentasi, memimpin workshop, rekaman di stasion radio, bolak-balik ke kedutaan untuk urus visa, meeting dengan para klien, dan lain-lain. Jadi sama aja lah dengan para pekerja kantoran kok. Bedanya, saya bisa bangun lebih siang. Hehe!

Sebagai pekerja lepas (freelancer), pada dasarnya saya bekerja di mana aja secara nggak punya kantor tetap. Apalagi saya berprofesi sebagai travel writer yang sangat mobile alias sering jalan-jalan mulu ke mana-mana. Terus, gimana dong caranya saya bekerja? Meski jalan-jalan adalah bagian dari pekerjaan saya yang memakan porsi terbesar, tapi ada pekerjaan yang lain yang juga harus dilakukan, seperti menelepon, mengecek email, menulis, mengirim quotation atau invoice, transfer pembayaran, booking, dan lain-lain. Belom lagi harus selalu aktif di social media, seperti membalas Twitter, meng-update Facebook, dan posting di blog. Printilan sih tapi teteup saya benar-benar harus selalu terkoneksi dengan ponsel dan internet. Saya harus selalu on agar bisa terhubung dengan “dunia”.

continue reading

Travel

[Adv] GRATIS jalan-jalan ke India, Vietnam, dan Taiwan bersama IT Travelers Go

ngeceng di Taj Mahal, India

Jalan-jalan adalah hal yang menyenangkan untuk keluar sejenak dari rutinitas sekaligus menambah wawasan. Gratis adalah hal yang disukai nyaris setiap manusia di dunia. Hadiah adalah penghargaan yang diberikan atas pencapaian kita yang melebihi yang lain. Mewakili negara sendiri berkompetisi melawan negara-negara lain adalah hal yang sangat membanggakan.

Jalan-jalan + gratis + hadiah + mewakili negara = ikutan aja IT Travelers Go! Gimana nggak oke tuh? Jadi, IT Travelers Go ini adalah kompetisi yang diselenggarakan oleh Taiwan Excellence untuk memenangkan jalan-jalan ke India, Vietnam, dan Taiwan selama 21 (baca: dua puluh satu) hari.. dan GRATIS tis tis! Mulai dari visa, transportasi, akomodasi, makan, minum, sampe asuransi perjalanan. Di tiap negara tersebut tentu akan mengunjungi obyek-obyek wisata atau melakukan hal-hal yang unik yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Anda juga bakal teman perjalanan baru yang sama serunya.

Tertarik banget kan? Caranya, klik aja www.ittravelersgo.com, pilih Warga Negara Indonesia, dan daftar di Login. Syaratnya cuma mengisi data pribadi, akun social media dan upload dua foto keren Anda. Eh, Anda harus berusia minimal 18 tahun loh. Kalau Anda lolos melewati seleksi dan tantangan, akan dipilih 4 orang dari Indonesia untuk dijadikan satu tim jalan-jalannya. Satu tim ini akan berkompetisi lagi dengan tim India dan Vietnam. Per tim juga dapat kesempatan merebut hadiah sebesar US$ 20.000! Jadi wakili lah negara kita tercinta dan jangan sampe kalah sama tim negara lain ya?

continue reading

Anthology Posts

Semurup, the most dangerous hot spring

By Reinhard Hutagaol*

Dangerously Semurup

Setelah pindah tugas meninggalkan Jambi beberapa bulan ini, saya jadi teringat cerita yang unik selama berdinas disana selama 7 tahun di sana, yaitu pada waktu berkunjung ke Kabupaten Kerinci. Ini adalah sebuah kabupaten yang paling jauh dari ibukota Jambi, letaknya di kaki Gunung Kerinci (gunung tertinggi di Sumatra) di sebelah Barat Jambi. Kalau menggunakan kendaraan paling cepat bisa ditempuh 10 jam melewati jalan yang buruk disekitar pegunungan. Pernah sih Pemda-nya mengupayakan angkutan pesawat dengan memberikan subsidi kepada penumpangnya, tapi lama-lama bangkrut juga.

Kerinci secara geografis lebih dekat ke Sumatra Barat sehingga sangat berpengaruh sekali segala adat istidatnya yang hampir sama dengan budaya Minang kecuali bahasanya. Sebenarnya dulu Kerinci adalah bagian dari Sumatra Barat. Pada awal pembentukan Propinsi Jambi pada tahun 1950-an, syarat 5 kabupaten untuk membuat satu propinsi masih kurang 1 Kabupaten, nah melalui negoisasi dengan propinsi Sumatra Barat dilepaslah kabupaten Kerinci untuk bergabung dengan Jambi.

continue reading

Anthology Posts

Pasar Loak di Dubai

by: Hairun Fahrudin*

Suatu pagi di akhir pekan, saya ditemani Paolo, seorang kawan yang berkampung halaman di Filipina, mendatangi Safa Park tempat digelarnya pasar loak. Meski hanya pasar loak, nama resminya lumayan keren, yakni Dubai Flea Market. Itu adalah kali pertama saya mengunjunginya. Terus terang, saya tidak terlalu berminat membeli barang bekas. Namun, setelah mendengar cerita seru tentang kemeriahan pasar loak ini, saya jadi tertarik mengunjunginya.

Safa Park adalah semacam Central Park-nya Dubai. Lokasinya tepat berada di pusat kota Dubai yang sangat modern itu. Meskipun beriklim padang pasir, Dubai memiliki banyak taman-taman hijau nan ribun bak kebun raya. Taman-taman kota seperti Safa Park ini kerap digunakan warga untuk berpiknik sambil memanggang barberque, atau tempat menggelar event seperti Dubai Flea Market.

Waktu masih jam tujuh pagi, namun antrian di depan pintu masuk Safa park sudah mengular. Safa Park yang biasanya sepi mendadak meriah dengan kehadiran ratusan pengunjung. Suasananya benar-benar seperti miniatur dunia. Segala bangsa dan ras berkumpul di sana hanya untuk berburu barang loak! Para penjual yang sebenarnya pedagang kagetan itu nampak lalu lalang mengangkut barang dagangan dari bagasi mobil mereka ke lokasi pasar loak digelar. Meskipun hanya berdagang barang-barang bekas, tapi alamak, kendaraan yang dipakai mereka kebanyakan bermerek kelas atas. Koper dan tas berisi barang-barang bekas dikeluarkan dari bagasi mobil Jaguar, BMW, Mercedez Benz dan yang setaraf itu. Bahkan ada yang membawa mobil sport seperti Ferrari dan Porsche.

continue reading