Anthology Posts

Anthology ini adalah kumpulan tulisan perjalanan dari para pembaca buku dan blog “The Naked Traveler” sejak 2009. Sebagian dari tulisan di sini sudah diterbitkan menjadi buku “The Naked Traveler Anthology” pada Agustrus 2014 oleh Bentang Pustaka.

Anthology Posts

Sampah Liburan

by Wendy*

sampah_tiketSampah seharusnya dibuang di tempat sampah, tapi kadang-kadang sampah malah menarik untuk disimpan. Alasannya mungkin berbeda-beda; salah satunya adalah sampah bisa memiliki potensi mengembalikan kenangan menarik. Ibarat kunci, sampah tertentu bisa membuka laci memori di otak dan memanggil kembali kenangan yang lama tersimpan, terutama kenangan liburan yang selalu menyenangkan. Begitulah, setiap liburan, saya paling rajin mengumpulkan sampah. Sukses-tidaknya sebuah liburan pun bisa dihitung dari jumlah sampah yang dikumpulkan dan ditempelkan di dalam buku harian saya. Pulang-pulang pasti jadi makin tebal dengan tempelan berbagai sampah, seperti tiket kereta, bon restoran, atau bungkus permen karet. Saya pun dengan mudahnya mengingat kejadian-kejadian apa di balik secarik sampah tersebut. Rasanya lebih emosional daripada melihat foto-foto.

continue reading

Anthology Posts

There is always a first time

by Tjahja Junindra*

TJ & istri di Masjid Sultan, Kampong Gelam, Singapore
TJ & istri di Masjid Sultan, Kampong Gelam, Singapore

Sudah ‘tuwir’ baru bisa jalan ke luar negeri. Begitulah nasib saya, yang kiranya cukup mewakili sebagian besar orang kantoran level menengah Indonesia. Sekalipun punya corporate title cukup keren, belum tentu gajinya cukup besar. Kalaupun bekerja di perusahaan asing, belum tentu dapat fasilitas overseas training. Kalaupun bisa menabung, sebentar kemudian menikah, dan setelah itu mencicil rumah, mengkredit mobil dan mengangsur ini itu, habislah alokasi tabungan. Boro-boro pelesir ke luar negeri, ke Bali saja belum tentu lima tahun sekali. Sebetulnya pelesir bisa disiasati agar bujetnya minim. Tapi buat orang kantoran seusia saya, pelesir irit-irit cenderung dipandang aneh, yang ketuaan untuk sebuah petualangan lah, yang pelit lah, dll. Tapi saya dan istri sih biasa jalan-jalan irit. Ke Bali misalnya, naik mobil, tanpa punya target lokasi, tanpa reservasi hotel, patokannya cuma satu: tanggal sekian harus pulang karena cuti sudah habis.

continue reading