Author page: Trinity

Travel

FAQ “The Naked Traveler 3” (TNT3)

Kapan TNT3 beredar di toko buku?
Pertama dijual saat launching TNT3 pada 7 Mei 2011, lalu bisa didapatkan di Gramedia Grand Indonesia. Secara bertahap, beredar di toko-toko buku di Jabodetabek mulai minggu ke-2 Mei, di Pulau Jawa (Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, dll) mulai minggu ke-3 Mei, di luar Pulau Jawa (Bali, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, dll) mulai minggu ke-4 Mei. Penjualan online sudah ada di bukukita.com, sedangkan di blog TNT mulai minggu ke-2 Mei.

Berapakah harga TNT3? Ada berapa halaman?
Rp 54.000. Ada 324+ halaman (lebih tebal daripada TNT1, lebih tipis daripada TNT2).

TNT3 jenis kertasnya seperti apa? Apakah sama seperti kertas TNT1 dan TNT2?
Jenis kertas TNT3 berbeda dengan TNT1 yang putih dan TNT2 yang kertas koran. Yang jelas, jenis kertasnya nyaman di mata dan bukunya ringan.

Mengapa cover TNT3 warnanya oranye?
Setelah TNT1 warna biru, TNT2 warna hijau, maka TNT3 jadi oranye setelah voting pembaca melalui Twitter dan Facebook. Nanti warna cover TNT4 juga begitu mekanismenya.
FYI, 500 pcs cetakan TNT3 pertama memang diburu-buru nyetaknya untuk dibawa pas launching, jadi warna cover oranyenya “turun”.  Selebihnya warna oranye itu akan lebih “ngejreng”.  Jadi, kalau Anda punya TNT3 yang warna oranye di cover-nya agak muda, berarti Anda boleh bangga karena menjadi pemilik pertama edisi orisinil! 🙂

continue reading

Treats

Launching buku “The Naked Traveler 3”

Cover TNT3

Setelah cialis canadian pharmacy kedua buku travel stories laris karangan Trinity berjudul “The Naked Traveler” yang berwarna biru (sekarang cetakan ke-17) dan “The Naked Traveler 2” yang berwarna hijau (sekarang cetakan ke-7), maka buku sekuel ketiganya berjudul “The Naked Traveler 3” (disingkat: TNT3) akan segera terbit!

Jadilah yang pertama pembaca buku TNT3 pada acara launching buku TNT3 yang akan diadakan;
Hari/Tanggal: Sabtu, 7 Mei 2011
Jam: 14.00 – 16.00 WIB
Tempat: Level One – East Mall, Grand Indonesia Shopping Town, Jl. MH. Thamrin, Jakarta
MC: Riyanni Djangkaru (presenter “Jejak Petualang” TV Trans7)
Acara: tanya-jawab, quiz berhadiah, book signing, foto bareng… Gratis!

Penjualan buku TNT3 (dengan jumlah terbatas) hanya dilakukan pada saat acara tersebut – belum tersedia di toko buku manapun. Jadi, siapa cepat, dia dapat + diskon 10%.

Keuntungan lain bila datang pas acara tersebut, bisa ketemu Trinity langsung, dapat tanda tangan, dan foto bareng loh! 🙂 Di sana juga bisa beli buku “The Naked Traveler”, “The Naked Traveler 2”, graphic travelogueDuo Hippo Dinamis: Tersesat di Byzantium”, berlangganan majalah “Venture”, atau beli merchandise TNT.
Distribusi TNT3 akan meliputi seluruh toko buku di Indonesia secara bertahap. Jabodetabek pada minggu ke-2 Mei 2011, Jawa minggu ke-3, luar Jawa minggu ke-4, dst.

Penasaran? Datang langsung!

continue reading

Travel

I love you, Ninja!

Mas Ninja

Banyak yang salah kaprah terhadap ninja. Dulu saya tahu ninja dari film berjudul Teenage Mutant Ninja Turtles atau dibahasa-Indonesiakan menjadi Kura-Kura Ninja, disingkat KKN. Ada juga yang bilang ninja semacam gaya berantem dari Jepang, tokoh superhero, bahkan disangka kelompok pembunuh bayaran. Sepertinya gambaran tentang ninja banyak terpengaruh film-film Hollywood dan komik yang kebenarannya nggak jelas. Ninja digambarkan bisa terbang seperti Superman, berjalan di atas air, menyelinap di barisan musuh lalu membunuh jenderal.

Manfaat traveling salah satunya adalah menambah wawasan. Karena saya pergi ke Iga-Ryu Ninja Museum di Kota Iga, Mie Prefecture, Jepang, saya baru tahu kalau ninja itu sebenarnya adalah mata-mata (spionase) yang di-hire oleh kaum bangsawan di Jepang sejak abad ke-4. Jadi mereka semacam James Bond gitu. Ninja mengumpulkan intelijen, menganalisis kekuatan militernya, memikirkan cara untuk mengalahkan musuh, tapi justru tidak melawan musuh secara langsung. Mereka menurunkan kemampuan musuh untuk melawan. Adapun senjata mereka digunakan hanya untuk bela diri. Seni perang itulah yang disebut dengan ninjutsu. Orang yang praktek ninjutsu disebut dengan ninja. Jadi, ninja dan pedang itu hanyalah gambaran di film dan komik.

continue reading

Anthology Posts

Nikmatnya Perjalanan Dinas

by TJ*

Plengkung bersama Maya dkk

Kadang-kadang kita merasa iri terhadap orang seperti Trinity yang kerjanya jalan-jalan melulu. Pertanyaan yang muncul di dalam pikiran kita biasanya “Kok bisa ya? Kok punya duit ya?”. Jawaban yang paling mendasar tentunya karena setiap orang punya rejeki masing-masing.

Kalau memang rejeki, kita bisa bekerja sebagai orang yang memang profesinya sering harus melakukan perjalanan bisnis, misalnya marketing, auditor, atau wartawan. Tapi kembali lagi pada rejeki masing-masing, walaupun kita ditugaskan pergi ke luar kota, bisa jadi tenggat penyelesaian pekerjaan sangat ketat sehingga kita tidak sempat kemana-mana. Ada juga tuan rumah yang mengawal ketat tamu-tamunya, pagi dijemput, selesai kerja harus ramah-tamah basa-basi sampai malam, lalu diantar pulang ke hotel… lah, kapan jalan-jalannya coba? Selain itu tentu terkait dengan kepribadian kita, karena ada saja orang kurang berani jalan sendiri, bahkan bertugas ke luar negeri tapi yang diketahuinya cuma hotel dan lokasi kerja, ditambah convinience store di samping hotel tempat membeli makanan instant.

continue reading

Travel

Gaul sama orang Aborigin

Tiwi ladies

Orang lokal, terutama suku terasing/pedalaman, selalu bikin saya tertarik. Setelah hidup lama di kota metropolitan, saya selalu pengen tau seperti apa kehidupan manusia yang masih kental memegang tradisi budaya sejak ribuan tahun lalu yang kadang tidak terpengaruh pada peradaban zaman. Salah satunya adalah orang Aborigin yang merupakan penduduk asli Australia (disebut Indigenous Australians). Meski jumlah mereka 2,7% dari 22 juta total populasi Australia, tapi kelihatannya mereka kurang berbaur dan kurang ngetop. Satu-satunya orang Aborigin yang saya tahu adalah Cathy Freeman, pemegang medali emas Olimpiade tahun 2000 untuk lari 400 meter.

Perkenalan saya dengan budaya Aborigin dimulai tahun 2000 saat ke Tjapukai Aboriginal Culture Park di Cairns, tapi sungguh tidak berkesan karena saya hanya menonton film dan lihat koleksi museumnya. Baru-baru ini saya ke Darwin naik Air Asia dari Bali dan menyempatkan diri ke Museum & Art Gallery Northern Territory. Ternyata Aborigin itu banyak banget sukunya. Ada 300-an jumlahnya dengan bahasa yang berbeda-beda. Saya juga baru tahu bahwa boomerang itu hanya dipakai oleh orang Aborigin yang tinggal di padang gurun. Dari situlah saya pengen mengunjungi salah satu suku Aborigin yang disebut Tiwi di Tiwi Islands Aboriginal Reserve. Sekalian biar nambah rekor pribadi ke tempat yang termasuk 1000 places to see before you die-nya buku Patricia Schultz. Uhuy!

continue reading