by Nelda Afriany*
Sebagai wanita Indonesia berjilbab, banyak yang bertanya kepada saya apakah saya pernah mendapatkan masalah selama berada atau bepergian di luar negeri. Beberapa bahkan bertanya apakah saya masih pake jilbab, disangka saya rela melepaskannya demi cari aman. Sulit juga menjawabnya, sebab saya punya pengalaman yang berbeda-beda yang tidak bisa digeneralisasikan.
Dari awal mula mengirim aplikasi untuk pekerjaan di Norwegia, saya ingat saat itu setelah hebohnya peristiwa 9/11. Syukur Alhamdulillah, sampai diterima dan bekerja, kantor saya tidak pernah mempermasalahkan keislaman dan jilbab saya meskipun kantor itu adalah komunitas berbasis Kristen. Salah satu teman kerja yang berasal dari Kanada pernah berkomentar, “Awalnya saya memang nggak biasa melihat kamu dengan penutup kepala seperti itu. Tapi lama-lama ya jadi biasa saja.” Ada juga rekan kerja dari Amerika yang bertanya, “Bagaimana pesta pernikahan di budaya saya sebagai muslim?”. Mungkin dia bingung bagaimana bentuk baju pengantin wanitanya. Beberapa hari kemudian, dia bertanya lagi, “Bagaimana dengan budaya pemakaman orang yang meninggal?”. Rasanya saya jadi duta besar Muslim saat menerangkan hal-hal seperti ini kepada mereka.