Tujuan, gaya, dan teman traveling sedikit banyak tergantung dari Faktor ‘U’ alias Faktor Umur atau Usia. Kita yang berasal dari negara berkembang dengan standar hidup rendah, baru bisa (paksa-paksain) traveling ke luar negeri setelah bekerja dan mempunyai duit sendiri. Pada saat saya mampu traveling ke luar negeri sendiri, umur saya sudah tidak matching dengan kebanyakan para backpackers. Di hostel sebagian…
Sejak duduk di bangku TK, saya bercita-cita menjadi pramugari, pikiran saya waktu itu rasanya enak bisa jalan-jalan ke mana-mana. Namun sejak SD saya sudah memakai kaca mata, jadi gagal lah cita-cita saya. Belum lagi penampilan saya yang bukan pramugari banget. Hehe! Memang pramugari bagaikan role model, mereka cantik, tinggi, langsing, rapih, dan ramah. Suatu hari teman saya berkomentar, “Enak banget…
Tidak ada yang bisa menjelaskan dan menjamin bahwa pergi ke negara Andorra tidak memerlukan visa. Meskipun di website dan di buku disebutkan visa not necessary, tapi kan selalu ada pengecualian untuk pemegang paspor Indonesia. Lagipula saya pernah punya pengalaman dideportasi karena tidak punya visa negara Cyprus yang sama-sama negara terkecil di dunia. Namun saya membulatkan tekad saja, toh naik bis…
Mau lebih borju lagi, saya makan di restoran yang menyediakan menu all you can eat. Lebih mahal memang, tapi jauh lebih kenyang. Supaya tidak rugi, kosongkanlah perut sekosong mungkin dan makanlah dengan santai, sedangkan modal lainnya adalah nekat. Di Helsinki (Finlandia) dimana merupakan salah satu kota dan negara termahal di dunia, saya pernah makan di restoran Cina all you can…
Sebagai backpacker, atau istilah lebih kerennya budget traveler, faktor makan adalah hal yang terpenting karena merupakan faktor yang dapat kita kontrol pengeluarannya sebab biaya transportasi dan tiket masuk sight seeing adalah pengeluaran yang wajib dan tidak dapat ditawar. Apalagi jika traveling di negaranya bule, dimana 1 main course saja sekitar 7 – 12 Euro atau setaranya dalam Dolar, belum termasuk…