Author page: Trinity

Travel

Jangan sirik dengan ransel saya

Mengapa disebut backpackers? Karena para traveler membawa ransel (backpack), bukannya koper (suitcase). Intinya, mereka menjelajah dunia dengan biaya yang terbatas. Bagi saya, ransel itu paling praktis untuk dibawa ke mana-mana. Karena digendong di punggung, tangan saya bebas memijit tombol, membayar sesuatu, menelepon sambil merokok, atau berkacak pinggang sambil mengupil (uh, nikmat). Kalau berdesak-desakan di dalam bis, saya bisa menyusup sambil…

continue reading

Travel

Aneka Dugem (2)

Di Barcelona, suatu malam saya pernah diajak dugem oleh teman-teman sekamar saya di hostel. Saya pikir bercanda ketika Sonya, cewek asal Perancis, bilang bahwa dia biasa pulang dugem sampai jam 6 pagi, namun saya mengiyakan saja. Kami pergi ke daerah Port Olympic dan club hopping (keluar masuk klub). Masuk satu tempat, joget-joget, pindah klub lain, joget-joget lagi, begitu seterusnya. Sampai…

continue reading

Travel

Aneka dugem (1)

Meskipun saat ini saya sudah tidak suka dugem lagi di negara sendiri karena ‘faktor u’ yang semakin tidak kuat bergadang, namun saat saya traveling saya pasti menyempatkan diri pada satu malam pergi ke tempat dugem di setiap negara. Selain dugem itu membutuhkan uang ekstra, paduan antara ke-disoriented-an saya dan rasa mabuk membuat sulit untuk menemukan jalan pulang ke hostel. Namun…

continue reading

Travel

‘Jaim’-nya Perjalanan Bisnis

Dasar saya doyan banget jalan-jalan, saya sangat menikmati perjalanan bisnis (business trip). Daripada pantat saya nempel terus di kursi kantor di tengah sumpeknya kota Jakarta dengan langitnya yang berwarna abu-abu, lebih baik saya disuruh ke luar kota untuk meeting kek, survey kek, conference kek, mengurus event kek, disuruh ngangkut barang juga saya bersedia. Selama ini perjalan bisnis saya mayoritas masih…

continue reading

Travel

Sial atau Tolol?

Cerita sial traveling kebanyakan bermuara karena terlambat datang pada waktu keberangkatan. Ketinggalan pesawat sudah jamak dialami orang yang sering berpergian. Alasan klasik, apalagi kalau bukan karena telat bangun pada penerbangan pagi hari. Saya juga pernah, pas mau ke Manado lagi. Tahun 1998 harga tiketnya saja sejuta rupiah one way hasil nabung mati-matian dan penerbangan hanya ada satu kali sehari, mana…

continue reading