Tiga tahun belakangan ini, saya semakin sering melihat para pelancong dunia yang membawa komputer sendiri. Maksudnya, laptop atau netbook. Dulu orang yang bawa-bawa komputer hanyalah para pelaku bisnis, sekarang backpacker pun bawa. Dulu hostel yang menyediakan warnet paling dicari orang, sekarang hostel yang memiliki free wifi paling diminati – apalagi kalau ada free wifi di tiap kamar. Di café atau restoran pun berlomba-lomba menyediakan free wifi.
Sebelum boarding di bandara luar negeri, sering para penumpang disuruh membuka tas dan memisahkan komputernya untuk di-scan di X-Ray. Sejak itulah rasa gengsi akan komputer timbul. Rasanya malu juga kalau punya laptop yang modelnya rikiplik, gede, tebel dan merk tidak terkenal. Rupanya perasaan itu juga dimiliki oleh penumpang lain karena saya suka nguping komentar mereka melihat komputer orang lain. Bahkan kalo ada model bagus yang jarang di pasaran, tak jarang ditanyai “What is your notebook?”.