Author page: Trinity

Anthology Posts

Ditipu atau pikun?

by Vinda L.S.*

Ada-ada saja cara orang nipu. Waktu saya ke Bangkok, saya sudah diwanti-wanti tentang penipuan yang beroperasi di sekitar Grand Palace. Mereka akan pura-pura ramah dan bertanya tujuan kita. Bila dijawab Grand Palace, mereka akan bilang tempat itu tutup, sore baru buka. Lalu mereka akan menawarkan untuk mengantar ke kuil lain yang sama bagus dengan tarif tuktuk yang murah. Tapi kenyataannya, Grand Palace tidak tutup dan mereka akan membawa kita ke toko kain atau perhiasan yang harganya mahal, baru kemudian mengantar ke kuil yang disebutnya. Benar saja, setiba di Grand Palace ada yang mendekati saya dengan pertanyaan yang sama. Saya jawab dengan gelengan kepala lalu kabur. Kok mereka nggak kapok-kapok menipu ya?

continue reading

Thoughts

Cuti ah…

Selamat Hari Raya Idul Fitri yaa! Sekalian mau bikin ‘dosa’ lagi nih… saya minta izin utk traveling (tepatnya di mana, tunggu aja postingan selanjutnya). Unfortunately, saya bakal tidak ada waktu utk menulis di blog selama 2 bulan (lama ya? hehe!). Saya sih akan berusaha utk ngecek email, milis, facebook, dan twitter di warnet. Hanya saja tdk bisa sering2 deh. Yang jelas, cerita2nya pasti…

continue reading

Thoughts

Hore bebas fiskal!

Bagi yang sudah berusia 21 tahun ke atas dan sudah memiliki NPWP, ternyata mudah kok mendapatkan fasilitas bebas fiskal kalau mau ke luar negeri. Terbukti minggu lalu di bandara Soekarno-Hatta: abis check in di konter penerbangan, pergi ke loket Bebas Fiskal di paling ujung kiri, serahkan boarding pass dan paspor, lalu petugas akan mencap sesuatu di boarding pass. Sebelum masuk boarding gate,…

continue reading

Anthology Posts

Jarak selemparan batu?

by Maria Wardhani*

Baru-baru ini, tanpa direncanakan, aku dan Ney berniat sedikit ber-adventure. Pinginnya cari pantai yang pasirnya putih, tidak begitu banyak pengunjung, dengan jarak tempuh bolak-balik satu hari dari Surabaya. Berbekal tanya kanan kiri, dapat satu rekomendasi pantai Sipelot yang katanya asyik buat berenang dan sepi. “Masuknya dari jalan besar juga nggak jauh-jauh amat,” begitu promosi temannya Ney. Dari kota Malang, katanya hanya berjarak tempuh satu jam. Satu jam berlalu, mulailah kami menyusuri jalan yang hanya cukup untuk satu mobil pas. Pemandangannya lumayan keren, banyak pohon berbukit-bukit dan kabut sudah mulai turun sehingga berkesan romantis. Terbuai pemandangan itu, kami baru menyadari bahwa sudah sekitar satu jam kami jalan dari jalan besar tadi, tapi bukit-bukit di depan kami masih tidak terhitung banyaknya. Jangankan deburan ombak, pohon-pohon besar dan tonjolan bukit masih terlihat. Tidak terhitung berapa kali kami naik turun bukit. Setelah merasa kelamaan di jalan, aku mencoba memastikan bahwa kami tidak salah jalan. Si mas supir membenarkan bahwa kami tidak salah jalan. “Masih lumayan, tapi tinggal lurus saja ikuti jalan ini nanti sampai ke pantai,” katanya.

continue reading

Anthology Posts

Apes Mengejar Jembatan

by Wendy*

Ponte Vecchio, Firenze
Ponte Vecchio, Firenze

Gara-gara melihat lukisan seorang teman menggambarkan jembatan berpilar kokoh yang berdiri di atas sungai yang disiram cahaya matahari senja, saya bertekad mengunjungi jembatan Ponte Vecchio. Bertahun-tahun kemudian ketika mendapat liburan singkat di Italia, saya pun menjadwalkan satu hari mengunjungi Firenze (bahasa Inggrisnya: Florence). Semua sudah direncanakan dengan rinci. Mobil akan diparkir di stasiun Empoli, yang jaraknya kira-kira 30 km dari Firenze. Menurut buku petunjuk perjalanan, Firenze itu nightmare untuk soal parkir-memarkir (apalagi untuk turis yang tidak tahu jalan), maka Empoli – Firenze akan ditempuh naik kereta api. Selain lebih santai, sarana transportasi ini juga lebih memuaskan mata karena melewati lembah dan bukit hijau yang khas Toscana bagian Utara. Kelihatannya gampang, rencana dan rute sudah jelas, tapi ada saja hal-hal apes yang terjadi pada hari itu…

continue reading