Perjuangan ke Panama

Perjuangan ke Panama

Apa perasaan saya memulai perjalanan #TNTamteng? Stres! Serba tidak pasti itu memang bikin cemas bukan kepalang. Sampai-sampai semalam sebelum berangkat, badan saya greges-greges gitu! Waduh!

Sumber stresnya apalagi kalau bukan karena visa yang nggak jelas. Perjalanan yang cuma beberapa bulan akan kacau kalau ada negara di Amerika Tengah yang menolak paspor Indonesia. Informasi tentang wilayah yang minim turis itu pun sangat minim dan belum ada update peraturan setelah pandemi. Belum lagi keterbatasan bujet dan kondisi keuangan yang masih mandeg. Gilanya lagi, kurs 1 USD saat itu yang nyaris Rp 16 ribu! Duh, benar-benar bikin stres mikirinnya! Kata Yasmin, “Ditambah lagi kita wes tuwek, cuy!”

Mana udah lama banget saya nggak terbang ke Amerika, yang artinya bakal duduk di kursi pesawat kelas ekonomi selama 23 jam empet-empetan! Memang benar bahwa money can’t buy happiness, but you’d be happy if you could buy a business class seat!

Singkat cerita, penerbangan Jakarta ke Los Angeles via Tokyo berjalan dengan lancar meski saya tetap susah tidur. Ternyata beneran di pesawat hidung saya jadi mampet, kuping budeg, dan kepala nyut-nyutan. Hatchi! Saya bertahan memakai masker demi keamanan.

Pagi itu mendarat di bandara LAX, antrean imigrasi mengular. Pertanyaan petugas imigrasi standar aja, paspor saya pun tidak dicap. Hal yang baru adalah begitu keluar bandara, langsung tercium bau ganja! Tak menyangka legalisasi ganja di AS ini langsung terasa bedanya. Selebihnya bandara LAX sama saja seperti sepuluh tahun yang lalu pas trip #TNTrtw.

Kami naik bus ke Union Station, lalu lanjut naik bus ke rumah Koh Jeff, abang ipar saya. Baru setengah jam, kami diturunin di jalan dan disuruh ganti bus, padahal nomor busnya sama. Lha, udah kayak di Ciledug! Kelaparan, kami makan siang murah dulu di Panda Express. Paket nasi dengan dua lauk harganya sekitar USD 10. Damn, jadinya hampir Rp 160 ribu! Selamat datang di Amerika!

Beberapa hari di LA, kami banyak menghabiskan waktu di rumah saja. Selain karena cuaca drop dan hujan terus-menerus, sekalian beradaptasi dengan waktu baru yang berbeda 15 jam dengan WIB. Tak lupa makan makanan wajib di AS: In-N-Out Burger dan Popeyes.

In-N-Out Burger

Demi dapat tiket murah, kami beli tiket pesawat United ke Panama pas malam tahun baru dengan multi transit. Rutenya BUR (Los Angeles)-SFO (San Francisco)-IAH (Houston)-PTY (Panama City). Biarin lah muter-muter nggak karuan, toh kami nggak buru-buru. Hujan turun dengan deras, untungnya kami diantar Ci Aymei naik mobil. Berbeda dengan LAX, bandara BUR jauh lebih kecil jadi lebih nyaman.

Penerbangan pertama BUR-SFO turbulence parah. Dari jendela terlihat cuman gumpalan awan hitam pekat. Di SFO, seharusnya kami transit tiga jam untuk berangkat jam 23:55, namun kami dapat pemberitahuan bahwa pesawat mengalami delay karena cuaca buruk. Maksudnya mau melewati detik-detik tahun baru di udara, akhirnya pindah di ruang tunggu bandara. Tepat jam 00:00 saya dan Yasmin berteriak-teriak, “Happy New Year!” tapi orang-orang di bandara diam-diam saja. Oops… awkward!

Kami baru masuk pesawat sekitar jam 2:30 pagi. Baru saja duduk, tiba-tiba oxygen mask kuning itu mencelat keluar di atas deretan kursi tengah! Lagi-lagi pesawat terpaksa delay karena harus panggil teknisi untuk memperbaiki. Sungguh malam tahun baru yang istimewa bukan?

Saya tewas tertidur di penerbangan selama empat jam. Terbangun ketika mendengar pengumuman bahwa pesawat tidak bisa mendarat di Houston (IAH) karena visibility rendah sampai landasan tidak terlihat, sehingga pesawat di-divert ke Dallas (DFW)! Hah? Apa lagi ini?

Kami disuruh tinggal di dalam pesawat menunggu perubahan cuaca, tapi tunggu punya tunggu… total sudah tiga jam! Bayi-bayi udah nangis nggak karuan, penumpang udah berdiri dan jalan-jalan karena pegal. Akhirnya kami dijemput naik bus untuk turun ke bandara DFW dan disuruh tunggu di sana. Di bandara saya buru-buru melipir ke toilet untuk BAB. Begitu keluar… Lha, orang-orang pada ke mana? Tidak ada informasi harus ke gate nomor berapa, Yasmin entah di mana, dan bandara itu luas banget. Setelah tanya sana-sini, turun-naik escalator, naik kereta, barulah ketemu di gate E4.

Suasana ruang tunggu bandara udah kayak kapal pecah! Orang berjejal-jejal di konter, di kursi, di lantai. Saya pasrah ketinggalan connecting flight dan hotel di Panama City pun hangus. Kami disuruh menghubungi petugas di konter untuk ganti boarding pass, itu pun antre panjang saking banyaknya yang komplen. Maskapai menyediakan air putih kemasan dan camilan, itupun tandas. Laparrrr!

(ceritanya panjang banget, jadi bersambung ya!)

————-
P.S. Agar blog yang berusia 18 tahun ini bertahan secara independen dan supaya saya semangat menulisnya, silakan menyumbang “uang jajan” untuk saya di sini. Muchas gracias!

3 Comments

  • Cipu
    April 24, 2023 6:43 am

    Terngakak pas baca Yasmin berteriak “Happy New Year” dan justru menciptakan krik krik moment.

    Sepertinya pengalaman ke Panama nya penuh tantangan ya. Segera meluncur ke part 2

  • Anonymous
    July 10, 2023 4:52 pm

    semoga nanti dapat rezeki juga untuk travel ke luar negeri

  • Anonymous
    October 8, 2023 11:01 pm

    seruu

Leave a Reply

Leave a Reply to Cipu Cancel reply