Author page: Trinity

Travel

[Adv] Nyaman dan Tepat Waktu Naik Citilink

Pramugari Citilink
Pramugari Citilink

Baru-baru ini saya harus ke Surabaya untuk menghadiri sebuah meeting penting. Maka dimulailah perburuan tiket pesawat melalui internet. Hari gini saya jarang beli tiket melalui travel agent. Jakarta yang muacet begini mana sempat untuk wara-wiri cari tiket. Lagian pekerjaan saya kan di depan komputer sehingga lebih nyaman melakukan segalanya melalui internet. Sayangnya situs pembelian tiket online perusahaan penerbangan domestik hanya beberapa saja yang reliable.

Lagi browsing, mata saya tertuju pada situs berwarna pink beralamat citilink.co.id. Surprise, ternyata itu adalah Citilink! Tadinya saya pikir Citilink sudah berhenti beroperasi karena nggak pernah kedengeran lagi. Duh, ketinggalan jaman banget saya, ternyata Citilink masih eksis. Saya ingat sembilan tahun yang lalu, Citilink merupakan salah satu pelopor low cost airline di Indonesia. Pesawatnya dicat warna-warni dekoratif, berbeda banget dengan pesawat-pesawat lainnya yang berkesan kaku dan formil saat itu. Saya juga ingat pramugari Citilink dulu satu-satunya yang berseragam wearpack ketat berwarna ngejreng yang didesain oleh perancang busana terkenal.

continue reading

Anthology Posts

Cheju, pulau 17 tahun ke atas

by Ivan Imanuel Tumpak*

Cheju Island
Cheju Island

Saat kuliah di Korea Selatan, saya berkesempatan mengunjungi Cheju Island atau orang Korea menyebutnya Jejudo. Kata teman saya, tempat ini menjadi sangat terkenal ketika sinetron drama Korea bertajuk “Winter Sonata” memilih pulau ini sebagai tempat syuting. Tentu saya jadi penasaran pengen ke sana dan pengen nyirik-nyirikin teman-teman di Indonesia penggemar sinetron Korea.

Dari kota Gimpo ke Cheju Island memakan waktu 1 jam perjalanan dengan maskapai penerbangan Jeju Air. Ketika berada di pesawat, perhatian saya tertuju kepada seorang gadis Korea bening nan aduhai yang sedang melintas hendak menuju toilet. Dasar laki-laki nggak bisa lihat barang bagus dikit, saya langsung berbisik-bisik nakal dengan Jeremy, teman saya asal Ceko, dan Boo asal Georgia. Begitu gadis itu melintas kembali ke tempat duduknya, dari belakang kami memperhatikan ada sesuatu yang menyembul keluar dari bawah lengannya. Dan ternyata… itu adalah bulu keteknya yang hitam dan superduper lebat! Alhasil kami ketawa keras banget karena ilfil, sampai seorang pramugari menegur kami untuk tenang. (FYI, orang Korea paling tidak suka kebisingan meski di tempat umum sekalipun seperti taman, bus, pesawat, atau mall).

continue reading

Anthology Posts

Interogasi ala Imigrasi

by Nelda Afriany*

Nelda (kanan) di Rusia
Nelda (kanan) di Rusia

Meskipun sudah berkali-kali melalui imigrasi di bandara suatu negara, saya tetap deg-degan menghadapinya. Rasanya semua jadi serba salah dan kikuk. Mungkin banyak kasus yang mereka alami sehingga membuat pemeriksaan paspor bikin jiper orang (atau cuma saya saja ya?). Kalau saja semua petugas imigrasi tampangnya ramah dan suka senyum, saya tidak begitu grogi. Tapi kalau tampangnya serius dan galak, berdiri di antrian panjang menunggu giliran pun bisa bikin lutut saya lemas.

Negara pertama yang saya kunjungi adalah Jerman, meskipun hanya transit dalam perjalanan menuju Oslo, Norwegia. Saat itu Norwegia belum masuk visa Schengen, jadi untuk keluar dari airport di Jerman, saya bikin visa transit. Ketika di bagian imigrasi airport Frankfurt am Main, mas-masnya yang muda dan ramah mengajak saya bicara. Dia bertanya, apa saya bisa bahasa Jerman. Ketika saya jawab ya, ia langsung bertanya macam-macam dalam bahasa Jerman. Mulai di mana saya belajar bahasa Jerman, universitas mana, dan mau ngapain di Jerman. Haduh, untung bisa jawab semua.

continue reading

Thoughts

FAQ: TNT2

Apa perbedaan TNT1 dan TNT2? – TNT2 lebih tebal dibanding TNT1. Yang sekarang >350 halaman gitu loh, jadi lebih puass! – TNT1 isinya masih basic, TNT2 sudah advance. Maksudnya, TNT1 merupakan pengenalan terhadap dunia jalan-jalan. Sedangkan TNT2 ceritanya lebih mendalam, fokus, merupakan pure travel writing yang menghibur dan tetap lucu. Tapi intinya sama: it’s not the destinations but the journey.…

continue reading

Anthology Posts

Collin, My Idol

by Reevo Saulus*

Collin dan saya
Collin dan saya

Sebagai penggemar traveling, saya suka menonton acara acara yang berbau travel, terutama The Amazing Race Asia (TARA). Sebuah reality show dimana terdapat 10 tim yang harus berlomba mengelilingi belahan dunia dengan mengatasi tantangan-tantangan. Dari semua peserta TARA, saya sangat mengidolakan Collin Low asal Singapura. Ia adalah pemenang pada musim kedua bersama temannya yang tuna rungu, Adrian Yap. Di antara Adrian dan Collin, saya lebih akrab dengan Collin karena saya sering chatting sama dia. Di sela-sela waktunya yang padat, ia sering memberi support kepada saya dengan urusan sekolah. Pria berumur 36 tahun dan masih single itu berprofesi sebagai instruktur senam dan personal trainer di sana, maka saya pun suka meminta tips berolahraga yang baik dan benar.

Gara-gara Collin, saya ingin sekali ke Singapura untuk bertemu dengannya. Tapi saya masih pelajar SMA, belum punya uang sendiri. Sudah lama saya meminta ayah saya untuk pergi ke sana, tapi belum kesampaian juga. Akhirnya pada bulan Desember 2008 karena ayah ada urusan pekerjaan ke Singapura, maka saya pun diajaknya. Horee! Begitu sampai Singapura, saya pun menghubungi Collin lewat SMS. Tetapi sayang, tidak ada jawaban. Mungkin dia sudah lupa dengan saya. Rasanya sedih banget. Gagal lah rencana bertemu idola. Saya menghabiskan waktu dengan jalan-jalan bersama ayah, tapi saya tetap sedih memikirkan Collin.

continue reading

Nih buat jajan