Buku saya ke-3 berjudul “Duo Hippo Dinamis: Tersesat di Byzantium” sudah diluncurkan pada 22 Mei 2010. Sudah dapat dibeli di toko-toko buku terdekat juga. Tapi masih ada yang bilang buku ini “nggak nemu di toko buku”. Berikut tips mencari buku ini: [1] Ada jutaan buku yang ada di toko buku, maka agak sulit menemukan buku yang dicari dengan hanya melihat saja.…
by Ellen Eliawaty*
Karena digoda iklan pariwisata yang hampir setiap hari muncul di koran, kami pun berketetapan hati untuk berangkat ke Hongkong dan Macau pada akhir Desember 2009 lalu. Dalam pesawat Garuda yang membawa kami dari Jakarta, semua kursi penuh-nuh-nuh, tidak ada satu pun yang kosong. Hebatnya, hanya kurang dari 10 orang saja yang bukan orang Indonesia. Nyaris semua orang Indonesia, orang kita, alias Wong Kito Galo (“orang kita semua” dalam bahasa Palembang). Dalam hati saya bergumam sendiri, ternyata bukan kami saja yang termakan iklan, banyak juga yang lain. Tak terasa penerbangan sekitar 5 jam kami lalui dengan aman dan sentosa serta bahagia. Terutama bagi saya pribadi karena merasa rotinya kali ini enak sekali, lebih lembut dan harum – satu awal yang baik bagi Garuda yang katanya sedang berbenah diri.
Sesampainya di Bandara Hongkong, seru sekali melihat orang-orang yang begitu bersemangat mempersiapkan diri dengan jaket tebal, bahkan topi dan sarung tangan wol, bagaikan hendak berseluncur di pegunungan Alpen, padahal kami semua masih berada di dalam gedung bandara. Terlihatlah bendera-bendera biro perjalanan yang selama ini memasang iklan di koran menghiasi langit-langit Bandara. Rupanya saat ini mereka sedang panen. Saya yang semula santai jadi ikut-ikutan bersemangat. Ciaaa…youu…! (artinya “bersemangat “dalam bahasa Mandarin, walaupun secara harafiah berarti “tambah minyak”).
by Rocky Martakusumah*
Di Indonesia, budaya mistis dan hal yang berbau gaib amat dekat dengan kehidupan masyarakat. Saya rasa legenda hantu di Indonesia bisa jadi yang terbanyak sedunia. Gimana nggak, dari tuyul yang merupakan hantu berusia balita sampai nenek lampir yang lansia semuanya punya cerita. Belum lagi kemampuan supranatural yang dimiliki, contohnya dukun. Ada yang jago santet, ada yang seperti Limbad, bahkan saat zaman penjajahan dulu banyak cerita mistis yang membuat para penjajah “ciut”.
Di salah satu daerah di Jawa Barat, saya pernah diceritakan bahwa zaman dahulu ada sebagian orang-orang luar biasa yang katanya kebal terhadap peluru! Saya sendiri belum pernah memeriksa benar atau tidaknya, tapi di daerah tersebut cerita ini merupakan legenda yang diceritakan turun-menurun oleh para orangtua ke anaknya. Ada juga cerita waktu saya ke Kalimantan Barat. Ada sebuah makam yang merupakan kuburan para korban penyiksaan zaman penjajahan Jepang. Tempatnya seram, dan anehnya ada satu area yang tanah sampai daun-daunnya berwarna merah. Menurut penduduk lokal, hal itu terjadi karena di titik itulah para pejuang- pejuang Indonesia disiksa, bersimbah darah, dipenggal kepalanya hingga terbunuh.
by Retno Ika Putri*
Karena suntuk dengan pekerjaan, saya memutuskan untuk berlibur ke Bali bersama seorang teman. Dialah yang bertugas memesan hotel langganan di Legian. Petugas reservasi memberitahu bahwa kami akan melewati Nyepi di sana. Nyepi di Bali? Pasti seru, pikir saya. Bandara Ngurah Rai saja ditutup pada saat Nyepi dan kita tidak diperbolehkan melakukan aktifitas apapun di luar lingkungan hotel. Dari hasil browsing para turis disarankan untuk membeli makanan dan minuman untuk persediaan sehari sebelumnya untuk jaga–jaga kalau kelaparan karena semua toko, café ataupun restoran akan tutup. Tapi saya tidak begitu memperdulikan hal tersebut. Lah, kan ada room service. Kenapa harus dibikin pusing?
Kami pun berangkat dari Pekanbaru, transit di Jakarta, dan tibalah kami di Ngurah Rai beberapa menit sebelum tengah malam sebelum Nyepi dimulai. Pagi harinya kami mulai dengan breakfast di coffee shop. Belum ada sesuatu yang signifikan yang menandakan kalau hari itu adalah Nyepi. Hanya saja sewaktu breakfast kami diinformasikan bahwa nanti malam pihak hotel akan menyediakan dinner untuk semua tamu di coffee shop yang sama. Pelayanan yang bagus pikir saya. Ya iyalah, kalau tidak tamu mau makan di mana.
Traveling lagi hits banget! Sejak ada budget airlines, orang jadi lebih mudah bepergian. Jaringan hotel internasional pun mulai buka hotel versi budget. Blog dan komunitas khusus jalan-jalan tumbuh subur. (Saya boleh berbangga) sejak ada buku The Naked Traveler, terbitlah buku-buku perjalanan lainnya. Meskipun demikian, masih banyak orang yang tidak tahu bagaimana merencanakan liburan, mulai dari booking pesawat, sampai mencari penginapan dan tur. Setiap hari saya menerima banyak e-mail yang bertanya “di sana nginepnya di mana ya?” atau “ngapain aja ya enaknya?”. Bagi sebagian orang, ada yang malas repot cari-cari hotel dan tur – maunya semua sudah terencana dengan baik.
26 Mei 2010 lalu, AirAsiaGo.com resmi diluncurkan. Ia adalah one-stop online travel portal, artinya situs online untuk pemesanan pesawat, hotel, tur, aktivitas, sampai antar-jemput dari-ke bandara. Sebenarnya 5 tahun yang lalu sudah ada dengan nama GoHoliday, tapi sekarang telah diperbaharui sehingga lebih lengkap dan user-friendly. Jumlah hotelnya aja lebih dari 70.000 dan bukan hanya di kota-kota yang dilayani Air Asia saja. Ditambah lagi 5.000 tur dan aktivitas yang bisa dipilih bersamaan dengan booking. Bila travel agent menawarkan paket-paket liburan yang sudah ditentukan oleh mereka, sekarang kita bisa bikin paket sendiri. Yah preferensi orang terhadap liburan kan beda-beda, apalagi budget-nya. Peluang itulah yang dimanfaatkan grup Air Asia. Setelah AirAsia.com dan TuneHotels.com sukses merubah cara orang berlibur, maka AirAsiaGo.com akan merubah pengalaman liburan. Tony Fernandes, CEO Air Asia, memang brilian!