Sebagai warga ber-KTP Jakarta dan tinggal di ibu kota nyaris seumur hidup, saya betah-betah aja tinggal di Jakarta. Apalagi di Jakarta Selatan—ya, gue anak Jaksel banget! Hehe!
Memang, sih, Jakarta sering dicap sebagai kota yang kejam: macet, mahal, penuh polusi, dan bikin stres. Tapi kenyataannya, saya masih di sini, dan belum kepikiran pindah. Mungkin karena sejak 2007 saya jadi freelancer, jadi nggak perlu ikut ritual macet pagi-sore seperti jutaan orang lainnya. Keluar rumah paling buat meeting atau nongkrong, dan itu pun bisa pilih jam sepi. Pulang larut malam, ojol dan taksol selalu tersedia dan aman—meskipun saya tinggal di kuburan dan sering kali driver-nya yang malah ketakutan.
Jakarta memang mahal, no debat. Menurut survei, untuk hidup layak di Jakarta dibutuhkan Rp 14,88 juta per bulan. Sementara UMR-nya cuma Rp 5,39 juta. Bayangin, selisihnya 64%! Tapi untungnya saya single, childless, spouseless, dan car-less jadi bisa hemat banyak. Nggak perlu bayar sekolah anak, cicil rumah, atau isi bensin. Rumah warisan orang tua juga sangat membantu—tinggal bayar PBB yang bikin dompet meringis. Harga makanan di Jakarta memang lebih mahal, tapi pilihan kulinernya gila sih lengkapnya. Intinya, semua balik lagi ke cara kita ngatur keuangan.
Soal polusi? Saya sih nggak terlalu ngerasain karena rumah saya di kuburan yang banyak pepohonan jadi adem dan sepi. Nggak ada pabrik, lalu lintas juga minim, jadi udara relatif bersih. Polusi baru terasa saat balik ke Jakarta naik pesawat, karena dari atas langitnya abu-abu dibanding kota atau negara yang baru saya kunjungi.
Terlepas dari semua “dosa”-nya, menurut saya Jakarta tetap punya banyak nilai plus. Ini beberapa alasannya:
1. Mobilitas Mudah
- Saya nggak punya kendaraan pribadi dan nggak merasa perlu karena transportasi umum Jakarta terbaik se-Indonesia. TransJakarta, MRT, LRT, KRL Komuter, sampai mikrotrans tersedia dengan jaringan luas dan jadwal cukup bisa diandalkan. Di jam sibuk pun sering lebih cepat karena ada jalur khusus.
- Trotoar Jakarta sudah makin layak buat pejalan kaki. Banyak yang lebar, nyambung ke halte, stasiun, mal, sampai perkantoran.
- Jalanan di Jakarta terang benderang, bahkan gang kecil pun biasanya ada lampu jalan. Di Bandung aja jalanannya masih poek!
- Bandara punya banyak pilihan maskapai dan rute, jadi tiket pesawat biasanya lebih murah karena banyak saingan. Apalagi kalau mau ke luar negeri, berangkat dari Jakarta lebih hemat dibanding kota lain.
- Fasilitas untuk disabilitas makin kelihatan: trotoar dengan jalur tunanetra, lift, toilet khusus, sampai akses kursi roda.
2. Pusat Segalanya
- Jakarta is where the money’s at. Mayoritas kantor pusat perusahaan besar ada di sini, dan peluang kerja lebih banyak.
- Cuma di Jakarta bisa ngerasain sensasi jadi “semut” di antara gedung pencakar langit. Setiap lewat SCBD sampai Thamrin, saya masih kagum!
- Fasilitas kesehatan terbaik? Ya di Jakarta. Dari RS pusat kanker, syaraf, sampai otak ada.
- Jakarta merupakan pusat hiburan dan gaya hidup, mulai dari nonton konser internasional, pameran seni, festival film, teater, sampai event kuliner.
- Belanja online? Pusat seller banyak dari Jakarta, jadi ongkir lebih murah dan barang lebih cepat sampai. Penting!

3. Fasilitas Terbaik
- Taman kota banyak dan tertata. Ada playground, jogging track, skate park, sampai parkour. Banyak yang buka 24 jam dan gratis!
- Fasilitas olahraga lengkap banget. Dari kolam renang, gym, studio yoga, lapangan basket dan tenis, sampai tren terbaru kayak paddle—semuanya ada.
- Internet cepat dan stabil. Wi-Fi gratisan di kafe pun layak pakai, belum lagi jaringan 5G yang sudah menyebar.
- Listrik jarang mati. Nggak seperti di Medan, misalnya, yang sering byar-pet.
- Toilet jongkok nyaris punah di Jakarta! Ini penting buat kaum jompo dan gendut! Di luar kota, bahkan restoran bagus pun masih banyak toilet jongkok.
- Butuh vitamin sea? Tinggal nyebrang ke Kepulauan Seribu! Mau snorkeling, diving, atau cuma rebahan di pasir putih—semua bisa.
4. Hidup Modern
- Cuma Jakarta yang punya aplikasi khusus untuk melapor masalah lingkungan ke Pemprov DKI, dan diselesaikan dengan cepat. Saya pernah menggunakannya untuk komplen saat ada warung yang karaoke kencang tengah malam!
- Aplikasi apapun ada di Jakarta. Mau pesan makanan, jasa bersih-bersih, laundry, tukang pijat—tinggal pencet-pencet di hape. Saya sendiri penggemar belanja grocery online, barang apapun sampai dalam 30 menit, buka 24 jam.
- Etos kerja orang Jakarta lebih cepat, tanggap, dan nggak banyak basa-basi. Saya sampai culture shock pas tinggal di Semarang yang orangnya slow.
- Peluang side hustle terbuka lebar. Mau nyambi taksol, part-time barista, dropshipper, sampai jadi content creator—semuanya bisa. Banyak orang Jakarta kerja Senin–Jumat tapi tetap punya passion project atau tambahan income.
- Networking gampang. Komunitas apapun ada di Jakarta. Mau gabung ke komunitas lari, fotografi, start up, penulis, sampai crazy rich club juga ada.
Jadi, nggak pengen pindah ke Bali atau #kaburajadulu ke luar negeri? Nggak! Masa-masa ingin kabur sudah lewat. Di usia segini, ogah mulai hidup dari nol lagi. Bisa makan enak dan tidur nyenyak aja udah bersyukur. Lagi pula, support system saya semua ada di sini.
Selamat ulang tahun ke-498, Jakarta! Meski sering dimaki, Anda tetap layak dicintai.
Kalau Anda, mengapa (masih) tinggal di Jakarta?
Kalau Anda menikmati tulisan-tulisan perjalanan saya di blog yang sudah berumur 20 tahun ini, bolehlah traktir saya uang jajan. Terima kasih banyak!
Leave a Reply