The Best Beach Resorts in Bintan!

The Best Beach Resorts in Bintan!

Mau cerita tentang liburan saya sama Yasmin lagi, ah! Kali ini kami ke Bintan, sebuah pulau di provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Karena jaraknya hanya sejam naik kapal dari Singapura, Pulau Bintan jadi tempat liburan favorit warga dan ekspatriat Singapura. Namun entah mengapa kurang populer bagi warga Jakarta, padahal hanya terbang kurang dari 1,5 jam ke Tanjungpinang. Saya sudah berkali-kali ke Bintan dan selalu suka! Alamnya asri, masih sepi, dan tidak ada macet. Baru mendarat saja langsung disambut langit biru tak berpolusi. Wisatanya juga lengkap, mulai dari kuliner, alam, budaya, sampai religi.

Sebagai penggemar pantai, saya seringnya menginap di daerah Lagoi di utara Pulau Bintan karena pantainya pasir putih, lautnya biru, dan bersih. Minggu lalu, saya dan Yasmin menginap di Kawasan Laguna Bintan yang terdapat tiga hotel resor (Banyan Tree, Angsana, Cassia) dan satu lapangan golf 18-hole (Laguna Golf). Keempat properti tersebut dimiliki oleh Banyan Group, perusahaan global yang memiliki 70 hotel dan 63 spa di 23 negara.

Kolam renang dan pantai di Cassia Bintan.

Berikut ulasan ketiga hotel yang terletak bersebelahan dan saling terkoneksi;

Banyan Tree Bintan

Banyan Tree Bintan merupakan resor mewah yang terdiri dari 70 vila eksklusif terbentang di lereng bukit dikelilingi pepohonan rimbun. Desain vilanya bergaya tradisional yang serba kayu dan beratap rumbia. Ini satu-satunya hotel di Bintan yang semua vilanya memiliki kolam pribadi dan menghadap Laut Cina Selatan. Pantainya sungguh cantik dengan bebatuan besar dan jembatan kayu. Dua kolam renang infinity menghadap pantai juga cantik! Benar-benar tranquil!

Kami menginap di vila tipe Rainforest Oceanview Villa yang luasnya sekitar 100 m², lengkap dengan teras dan plunge pool. Kami disambut dengan sekeranjang buah-buahan dan kartu ucapan selamat datang, juga wangi aromaterapi kamar sehingga bikin relaks. Furniturnya serba kayu dengan lantai marmer. Kamar mandinya luas dengan jendela besar menghadap laut. Setiap sore ada turn-down service di mana gorden ditutup dan kamar dirapikan sebelum tidur. Ranjangnya yang berkelambu sangat nyaman, sampai skor tidur di smart watch saya mencapai 90-an!

Rainforest Seaview Villa at Banyan Tree Bintan.

Setiap pagi kami sarapan di restoran Treetops yang menunya ekstensif. Ciri sarapan prasmanan hotel mewah: pasti ada smoked salmon, aneka susu, dan aneka keju yang semuanya kesukaan saya! Wajib coba makan di restoran Saffron yang spesialis masakan Thailand dan sering memenangkan penghargaan. Chef-nya didatangkan langsung dari Thailand sehingga rasanya otentik; Pad Thai dan Mango Sticky Rice-nya juara! Kalau pengin gastronomi mediterranean, bisa makan di restoran The Cove. Paling enak makan Hokaido Scallop dan Norwegian Salmon. Kalau malas keluar kamar, bisa order paket Blue Moon BBQ. Teras vila kami berubah romantis menjadi ‘restoran’ penuh lilin dan bunga! Chef memanggang ikan sea bass, udang, ayam, steik Angus Beef di depan kami,lalu butler menyajikannya. termasuk aneka appetizer dan dessert. Wow banget rasa dan pelayanannya!

Menginap di Banyan Tree tidak lengkap tanpa merasakan relaksasi di Banyan Tree Spa yang sering memenangkan penghargaan dunia. Serangkaian produk perawatan kulit dan aromaterapi buatan Banyan sendiri, terapis yang berstandar internasional, dan kamar spa yang asri membuat pengalaman spa-nya luar biasa, sampai bikin Yasmin ketiduran!

Angsana Bintan

Angsana Bintan adalah hotel resor bintang lima yang memiliki 109 kamar berlantai empat di tepi pantai eksklusif. Fasilitasnya yang lengkap, seperti kolam renang, Angsana Spa, Rangers Kids Club, taman bermain, gym, dan Marine Centre (bisa kayaking, snorkelling, standup paddle board, jetski, ATV, beach volleyball, dll) membuatnya disukai untuk liburan keluarga. Misalnya, anak-anak ke Kids Club, mamanya spa, papanya main golf.

Kami menginap di kamar tipe Island Suite seluas 76 m² yang terdiri dari dua ruangan, yaitu bedroom dan living room termasuk dapur dan meja makan, dengan balkon yang menghadap laut. Kamar mandinya ada bathtub dengan amenities lengkap. Interiornya paduan antara furnitur kayu modern berwarna krim dan cat tembok oranye warna khas Angsana. Warna kimono batik, sendal kamar batik, sendal jepit, dan handuk pantai pun oranye. Ranjang dan sofanya empuk–Yasmin sampai semalaman tidur di sofa saking nyamannya!

Island Suite at Angsana Bintan.

Sarapan prasmanan tersedia di Lotus Cafe dengan menu yang variatif, termasuk booth khusus Instant Noodle yang ternyata disukai banyak turis asing! Setiap hari menunya ganti, paduan kuliner Indonesia, western, Thailand, China, dan India, jadi tidak pernah bosan. Untuk nongkrong cantik melihat sunset atau makan malam, paling oke ke Xana Beach Club. Saat weekend wajib coba paket International BBQ berupa seafood dan steak AYCE (All You Can Eat), termasuk kepiting dan steik ribeye enak!

Enaknya lagi, relaksasi di Angsana Spa. Kalau suka pijatan keras sampai ke deep tissue kayak saya, pilih paket 60-minute Javanese Massage. Kamarnya luas dan resik menghadap taman, mbak terapisnya jago banget dan pijatannya keras, setelah itu dikasih teh jahe dan semangkuk buah dan yogurt.

Cassia Bintan

Cassia Bintan yang baru berdiri pada 2017 ini memiliki 176 apartemen yang terdiri dari 1-bedroom dan 2-bedroom lengkap dengan dapur. Desainnya berjiwa muda dengan warna-warni cat tembok dan furniturnya, serta berbagai mural yang vibrant. Kolam renangnya panjang bermodel infinity di tepi pantai yang kadang dipakai untuk foam party.

Sesuai dengan motonya Live, Laugh, Love Your Way, Cassia berkonsep self-service. Selain bisa masak sendiri di kamar karena ada dapur lengkap, Cassia tidak ada room service, tidak ada daily make up room (kamar dibersihkan hanya setiap dua hari sekali), tidak ada bellboy yang mengangkat koper ke kamar (tapi disediakan troli di lobi)—jadi sangat ramah lingkungan yang minim jumlah staf dan limbah. 

Kami menginap di 1-Bedroom Apartment Ocean View yang luasnya sekitar 50 m². Layout-nya efisien dengan WC dan shower terpisah. Dapurnya ada kompor listrik, microwave, toaster, mesin kopi kapsul, teko listrik, berserta peralatan masak dan makan yang lengkap, termasuk sabut dan sabun cuci piring. Handuk pantai, payung, sendal jepit, tas pantai berwarna kuning khas Cassia pun sudah tersedia di lemari.

Kamar menghadap laut!

Masak sendiri? Tenang saja, berbagai bahan makanan untuk masak tersedia di toko Market 23 yang buka 24 jam. Kalau malas masak (kayak saya), bisa makan di restoran Vista. Rekomendasi menu favorit saya: Salmon Teriyaki yang salmonnya gede dipanggang dan Mookata Combo berupa shabu-shabu daging sapi dan seafood. Bagaimana dengan sarapan? Ke Lotus Cafe di Hotel Angsana yang cuma jalan kaki 2 menit.

Aktivitas

Selama seminggu kami menginap, sama sekali tidak bosan karena aktivitasnya banyak! Baca saja daftar aktivitas harian di setiap lobi hotel, lalu lakukan reservasi. Buktinya, setiap pagi saya jadi rajin olahraga dengan berenang, ikut kelas yoga atau Zumba, ikut trip Nature Bike (naik sepeda mountain bike), Nature Walk (jalan-jalan santai), Ranger’s Trail (trekking di hutan dan bukit)—semua dipandu dengan instruktur berpengalaman. Sorenya kami ikut Cooking Class (masak Nasi Kecombrang dan Thai Papaya Salad dipandu chef), Body Scrub Workshop (dari bahan alami yang langsung dipakai dan bikin kulit kinclong), dan Sound Healing (terapi suara dari mangkuk logam yang dipandu instruktur India).

Sebagian aktivitas seru! Eh, ada mukanya Yasmin!

Selain makan di dalam restoran ketiga hotel tersebut, kami makan di outdoor dengan setting spektakuler melalui paket Destination Dining. Contohnya, Dinner of the Legend di mana kami makan masakan Indonesia di tepi pantai yang diselubungi kain transparan dan temaram lilin sambil diceritakan legenda lokal. Menu favorit kami: Tongseng Kambing dan Bubur Candil. Atau Kelong Escapade di mana kami dibawa naik kapal ke tengah laut untuk makan seafood di sebuah rumah apung. Menu favorit kami: Kepiting Lada Hitam dan Es Pisang Ijo. Saya sungguh salut mereka bisa mengangkat masakan tradisional Indonesia ke level gastronomi internasional yang bukan hanya cantik dilihat, tapi juga nikmat dirasa.

Dinner of the Legend.

Salutnya lagi, ketiga hotel ini mengutamakan sustainability supaya lebih ramah iklim seperti yang saya tulis di sini. Contohnya, semua air minum yang telah difilter, disediakan di dalam botol beling. Kantong laundry menggunakan kantong kain. Kalau mau bungkus makanan, diberikan kotak karton. Kita juga bisa melihat langsung konservasi penyu, belajar konservasi di Conservation Workshop, atau melihat para chef memetik sayuran di organic farm.

Jadi, liburan selanjutnya di Bintan, kalian pilih menginap di hotel yang mana? Banyan Tree yang tranquil, Angsana yang family fun, atau Cassia yang vibrant? Yang jelas, semuanya the best!

Tonton videonya:

2 Comments

  • Anonymous
    August 29, 2024 12:31 am

    Hai, T.

    Saya pembaca bukumu dari tahun 2009. Suka dengan pace cerita di setiap tulisannya. Sampai di tulisan kali ini.

    Entah kenapa, saya merasa kok pacenya terlalu cepat, seperti dikejar sesuatu. Bacaan sebelumnya punya pause-time cukup banyak, gak dirasain di tulisan ini. Seperti SKS jaman kuliah. Sistem Kebut Semalam.

    Saya jadi menduga-duga, apakah tulisan blog sudah lekang dimakan waktu dan terganti dengan postingan audio visual, sehingga membuat tulisan aslimu semakin samar akhir-akhir ini.

    Saya juga tahu, ini bisa jadi blog advertorial, alias dipesan, saya tahu itu. Tapi jika dibandingkan beberapa advertorial di postingan blog kamu sebelumnya, terasa jauh bedanya. Kocaknya masih ada, julid dikitnya masih ada, karena gak semuanya harus bahagia. Itu yang bikin saya suka sama tulisan Trinity.
    Jujur.

    Saya membaca tulisanmu sekarang seperti mengecap gula dari awal hingga akhir. Tak seperti tulisan Trinity di awal yang saya kenal, yang membuat indera perasa serasa berpesta.

    Salam hangat.
    papayoga.id

    • Trinity
      August 29, 2024 10:34 am

      Terima kasih atas feedback-nya. Blog memang semakin ditinggalkan pembaca, digantikan sosmed visual, jadi terpengaruh juga karena harus beradaptasi, apalagi semua dikerjakan sendiri. Sekarang saya sedang fokus menulis buku baru, jadi semoga saja masih enak dibaca.

Leave a Reply

Leave a Reply