by TJ*
Sebagian orang cukup kreatif menyiasati agar bisa mengirit biaya perjalanan. Kreatifitas itu bisa jadi melanggar hukum seperti menjadi penumpang haram yang tidak bayar tiket, layaknya pengalaman saya. Jangan ditiru ya?
Transportasi paling mak nyus di negeri ini adalah nebeng pesawat Herkules TNI. Penerbangan gratis, kita cuma bayar airport tax Bandara Militer Halim PK sebesar sepuluh ribu rupiah saja. Tidak ada pungli, seratus persen halal, tapi memang tidak semua orang bisa menikmatinya karena secara prosedur resmi pesawat dinas hanya diperuntukkan bagi anggota TNI dan keluarganya. Kebetulan saya punya sepupu Kapten Pilot TNI AU yang bisa menguruskan surat ijin kalau saya mau nebeng. Sayang sekali rentetan kecelakaan pesawat militer yang terjadi akhir-akhir ini membuat TNI menetapkan aturan ketat: hanya anggota TNI yang ditugaskan yang bisa masuk ke pesawat.
Menjadi penumpang haram yang paling mudah adalah di bus malam. Di tempat tertentu ada pengawas yang bertugas menghitung daftar penumpang, kalau semua cocok maka beres. Penumpang haram biasanya naik setelah bus melewati pos pemeriksaan. Tempat duduknya? Kalau ada kursi kosong sih tidak masalah, tapi kalau bus penuh maka penumpang haram harus rela duduk di pojok dekat toilet, atau di mana saja yang berstatus kelas kambing.
Kalau mau jadi penumpang haram kereta api, perlu sedikit ilmu SSI (speak speak iblis) kepada petugas berseragam dinas dan tentunya “salam tempel”. Secara saya punya tampang kriminal, baru senyum saja petugas langsung paham orang ini mau nebeng. Kereta api kelas non-AC paling kondusif untuk mengangkut penumpang haram, karena sudah tidak jelas lagi siapa seharusnya duduk di mana. Sudah menjadi kebiasaan penumpang kereta non-AC berbaring di lantai kereta, tidur di gang, di sela-sela kursi, sampai ke bordes sambungan kereta. Kalau naik kereta eksekutif, penumpang haram bisa duduk di restorasi atau menyelinap ke kursi penumpang yang kebetulan kosong. Ada satu kebijakan KAI yang sangat aneh, dengan alasan kereta penuh tapi penumpang memaksa berangkat, tersedia karcis tanpa tempat duduk, bahkan untuk kereta eksekutif! Saya selalu memandang geli kepada penumpang kelas eksekutif yang seperti itu, bayar ratusan ribu rupiah kok mau-maunya diberi tempat kelas kambing di sudut gerbong, sengsaranya semalam suntuk pula. Mbok ya naik pesawat toh jaman sekarang harga tiketnya tidak terpaut jauh, atau mending ilegal sekalian seperti saya.
Pilihan favorit saya sebagai penumpang haram kereta api adalah di lokomotif. Saya sungguh menikmati naik loko, suasananya akrab karena masinis selalu berbagi rokok, kopi dan makanan. Terlepas dari adanya salam tempel, masinis senang dengan kehadiran penumpang haram karena ada lebih banyak teman di perjalanan, daripada bete cuma berdua dengan asistennya. Anehnya, setiap kali naik loko saya selalu bisa tidur nyenyak walaupun melungker di lantai beralas koran. Sebaliknya, bila membayar resmi duduk di gerbong eksekutif, saya justru tidak bisa tidur karena AC terlalu dingin. Belum lagi pegawai restorasi – yang tidak pernah dididik service quality – dengan cueknya menyorongkan piring tepat di depan hidung penumpang yang lagi tidur,”Nasi goreng?”. Ajegile, ini jam dua pagi, jek!
Menjadi penumpang haram tentu beresiko kena razia. Petugas yang tertangkap bisa di-grounded dengan berbagai sanksi administratif kepegawaian, sedangkan penumpang haram bisa diturunkan di tengah sawah atau ditahan semalam di stasiun terdekat. Saya pernah dipaksa menginap di sebuah stasiun kecil pasca sebuah razia. Karena tidak bisa tidur, saya keluarkan netbook lalu bekerja. Petugasnya geleng-geleng kepala berkata,”Sampeyan punya laptop tapi ndak beli karcis?”. Oh pola pikirnya dibalik, Pak. Kalau uangnya dipakai beli karcis saya tidak bisa nabung buat beli laptop! Hehe…
Suatu ketika saya menjadi penumpang haram di kereta eksekutif bersama seorang sobat. Baru saja kereta berangkat dari stasiun Jakarta Kota, eh ketangkepbasah dan disuruh turun di Gambir. Sobat saya mengajak pindah naik kereta barang dari Senen, tapi saya memaksa naik bus dari Pulogadung. Sampai di terminal ternyata semua bus ke Surabaya penuh. Saya memaksa naik bus secara estafet, pokoknya ke arah Timur, berpindah-pindah sampai Surabaya. Di tengah suasana gaduh, sebuah bus kecil yang tampak kumal lewat di depan kami, kota tujuan berawalan huruf ‘P’. Tulisannya tidak jelas, tapi seingat saya kota itu letaknya di Pantura antara Cirebon dan Semarang. Kenek berteriak masih ada tempat, kami berdua merangsek naik. Bus itu ternyata kondisinya memelas, di tengah jalan turun hujan deras dan atapnya bocor dimana-mana, walaupun berpayung jaket toh tetap saja kami basah. Bus itu pun tak sanggup berlari kencang, entah jam berapa bisa sampai di kota ‘P’. Situasi sengsara seperti itu membuat kami bertengkar.
Hari sudah pagi ketika kami tiba di terminal kota tujuan. Suasananya terasa asing, bukan Pantura Jawa. Di dinding terminal terpampang sebuah peta besar, berdua kami memelototi peta ingin tahu terdampar dimana.
” Di mana sih kita?”
” Kalau lihat nama terminalnya sih Purwokerto.”
” Kok gak ada di peta? Coba nih…Tegal, Pekalongan, Semarang, Kudus…”
” Nih ada Purwokerto, tapi kok di bawah yaa?”
Hening sejenak, sedetik kemudian dua orang kompak berteriak, “Hah? Purwokertooo? Kita seharusnya ke Pekalongaaaan tauu!”. Duh, kesasar 130 km lebih! Itulah upah yang setimpal buat penumpang haram, sekaligus hukuman karena dulu membolos pelajaran geografi. Parahnya, pagi hari tidak ada bus AC dari Purwokerto ke Surabaya. Terpaksa kami meruskan perjalanan dengan bus-bus kumal lagi, pelan-pelan, terhuyung-huyung menuju Yogya, sambung ke Solo, Kertosono, sampai akhirnya Surabaya, dengan jarak 300 km lebih.
——
*TJ: numpang eksis di blog The Naked Traveler yang sudah ramai, daripada membuat blog sendiri belum tentu ada yang mampir baca. Sebagai orang asli Surabaya, cerita-ceritanya cenderung konyol, seperti kesenian Ludruk. Ini adalah tulisannya keempatnya yang selalu kontroversial, contohnya ini.
36 Comments
isna
April 7, 2010 1:02 amSalam pertamax
Wah…..sebagai backpacker saya pengen sekali2 numpang gratis
tp risikonya berat juga hehehe…
fatma
April 7, 2010 2:33 amckckckck…..
wina
April 7, 2010 7:26 amHi TJ, saya juga asli arek Suroboyo yang bonek heheh
Saya dulu juga ada pernah ditawari mudik ke Surabaya naek pesawat Herkules soalnya ada koneksi. Belum sempet nyoba, ehhhh banyak kejadian kecelakaan jadi gagal deh :p
anis
April 7, 2010 11:00 amheuheu…bahasanya gaul pisan…”penumpang haram”…suka..suka..^^
Lisa
April 7, 2010 1:03 pmWahahaha… TJ..TJ…
Kelakuan dari dulu kok tetep sama aja tho..
rika
April 7, 2010 3:05 pmSeru yah jadi penumpang haram hehe..
swr
April 7, 2010 4:15 pmwah, sebagai mahasiswa transportasi, sedih saya baca ini. bagaimana kita bisa maju
stey
April 7, 2010 7:03 pmwah, bener2 gila ya mas TJ ini,,, salut buat laptopnya..
hihihi
Anonymous
April 7, 2010 7:32 pmhahahahaaaa……puerto rico…eh..purwokerto…! ada yaa di peta? upss… sadar pak…sadar…penumpang haram koq bangga…
wied
April 7, 2010 8:27 pmwah sampai purwokerto ya? tempat saya tuh….hehehehehe
kejadian kapan tu? tapi seru juga sepertinya? nice story
dinidini
April 7, 2010 8:29 pmjempol buat tlsn TJ!
heheheh
pernah ngerasain jd pnumpang haram di kereta juga. nagih ya
hikikikiki
Marcel
April 8, 2010 12:45 pmckckck…..tapi seru juga tuh…..
mogomogo
April 8, 2010 6:15 pmwah bener2 urat malunya harus putus beneran kalo jadi penumpang haram ya…
Mayawati
April 9, 2010 1:40 pmTJ… TJ… cerita2nya selalu kontroversial dan seru dan rame! Hahahaha….
dutabesar
April 9, 2010 8:29 pmdadi wong koq konsisten konyol hehehe
tapi salut … ceritanya bisa buat hiburan
avrilleecious
April 10, 2010 6:27 pmmw nyobain ahk kapan2.. ^^
nila
April 13, 2010 3:19 pmhahahha…gw jd inget pengalaman waktu kuliyah duluuu.
sering banget gw jadi penumpang haram K.A jabotabek.
suatu hari wkt lagi jd penumpang kreta jabotabek eh ada razia, di sebelah gw ndilalah kok kebetulan duduk bapak2 yg ternyata petugas Jawatan Kereta Api ( gw nglirik seragam yg dipake ), sementara razia masih di gerbong sebelah blm nyampe gerbong gw, dgn gemeteran ( takut diturunin dan di omelin ama petugas K.A ) gw nekad minta tlg bapak2 di sebelah gw (sampe mohon2 segala…)yg berseragam dinas K.A spy diaku anak, pas petugas yg lg ng-razia dtg bapak2 itu bilang : “saya dari Jawatan K.A wilayah Timur dan ini istri saya”..
ya ampun tu bapak gw cuma minta diaku anak biar lolos pemeriksaan eh malah diaku istrinya, yee oloooh :))
novi
April 13, 2010 4:42 pmgw pernah jadi penumpang haram di kereta api dari Purwokerto ke Jakarta, rasanya deg-degan setengah mati takut ketangkep 😉 padahal tetap bayar walaupun dibawah harga tiket. triknya duduk ga jauh dari toilet atau sambungan gerbong saat petugas udah dekat dengan kita duduk langsunglah kita melipir ke toilet/sambungan kereta tsb sambil kasih salam tempel ke petugas. seru juga tapi jangan sering-sering ah kasihan bikin KA ga maju-maju 🙂
tuti
April 15, 2010 1:40 pmwwkkkkk ….wkkkk…wwwkkkk ha h a ha aha (sambil pegang perut)
cicilia Tristan
April 20, 2010 1:02 pmPenumpang haram di KRL Pakuan banyak,ada ciri2nya tuh,duduk di gerbong dkt masinis,brisik,biasanya berkelompok,setelah krt lewat gambir salah satu bandar mengedarkan koran yg di buat corong teriak “arisan…arisan” kesel dan gemes bgt..sekali waktu kena razia di turunkan di sawah..nahh..biar kapookk…hehehe…
fatma
April 24, 2010 8:13 pmsalam kenal buat TJ dari arek suroboyo jg !
Evy
April 25, 2010 6:36 pmseru..nekad…aku gak berani ah…tp kalo sama TJ bisa jd..
bigina
April 30, 2010 9:34 amsaya pernah jadi penumpang “haram”… :D. trayek pendek sih. Yogya-solo naek Argo kasih salam 5000 (tapi yang lain “selamat”…qiqiqi). walau deket, sebenarnya ga boleh. Temen saya malah disuguhin teh anget & snack, padahal “nebeng” juga…wkwkwkwk
toko keripik
May 1, 2010 10:15 pmpernah jadi penumpang haram Kereta Jakarta-Bogor he he he.. ketangkep juga deh, akhirnya bayar 10x lipat.. hmm.. blom jago soalnya masih anak SMA hehehe.. takutt..,. sekarang sih.. hmm.. mending bayar aja deh yah, rada trauma he heh eee..
astro
May 2, 2010 2:28 amwaduh.. ini nih contoh buruk yang sangat dilarang untuk ditiru!!! tipe-tipe penumpang yang bikin buruk wajah dunia transportasi umum negara kita. saya kuliah di jurusan teknik sipil, dan transportasi adalah bidang yang sangat saya sukai dan tekuni lebih dalam dibanding bidang teknik sipil lainnya. ngebaca cerita ini sungguh bikin saya sakit hati *teriris-iris dah!! walau masih bisa komen pake haha-hihi-hehe* lol
jangan dilanjutkan ya, pak TJ 🙂
dan buat yang lain, jangan ditiru!!!
Nelda
May 10, 2010 7:37 pmPaling nggak sudah pernah merasakan jadi orang sengsara hehehe…abis ini bayar ya mas?:)
violet
May 14, 2010 1:11 pmWalah kL gt Q jg sering, wLopun cewek tp nekat puol…..
jd pnmpang liar dgerbong mpe dLoko jg prnh,
kL dtanya msti jwb:makLum mahasiswa, eh mahasiswi…
deg2annya itu Lho yg bkn sru…(adrenaline junkies)
ninuk
May 16, 2010 7:37 pmmas TJ, saya pernah ada fase sering jadi penumpang haram di ka eksekutif semarang – jkt pp(pas masih nomaden nyarii kerja di jkt).. terutama pas harus ada interview hari senin. kebayang dong pas lagi penuh kereta, pas kantong lagi cekak, tapi pake kereta ekonomi gak berani.. andalannya malah di kereta makan dulu duduknya, trus dengan wajah memelas, bilang jujur ke pak kondektur kalo mau interview.. sering dikasih kursi selepas tegal (setelah ada yg turun, atau pasti tidak ada lagi penumpang naik), pernah juga ditawari tidur bareng sama mbak2 stewardess-nya di ruangan mereka, dapat makan pula.. tapi pernah juga disuruh bayar penuh, tapi semaleman duduk di kursi restoka..
paling apes? pernah sampe semarang, gak ada yang bangunin…
walhasil baru bisa turun di stasiun bojonegoro.. jadinya musti balik smg nunggu kereta dari surabaya..
jadi penumpang di loko?
wah itu paling menyenangkan…(jadi tahu kalo kereta itu 5 speed, dan bagaimana mereka menjalankan keretanya..)
jarang ada cewek yang mau di loko, selain karena penumpang lain cowok semua, juga krn smoking areanya itu.. paling penuh loko diisi 12 org! tidur berdiri deh kita2.. paling seru, pernah ditawarin makan jatahnya pak masinis.. enak1 nasi oseng2, tempe, ayam+ sambel dan teh panas manisnya kental…
pengalaman tak terlupakan..
sekarang? gak sanggup deh..
sudah renta, badan gak kuat lagi..
sylvana
May 28, 2010 11:02 pmwahhh aku pernah tuh jadi ‘penumpang haram’ naik kereta JKT-BGR.. padahal harganya karcisnya murah cuma seribu. Tapi masalahnya kalau beli karcis nggak ada seninya…enak jadi penumpang haram..ada challenge *hehehehhe
renata
June 6, 2010 10:13 amjadi penumpang gelap kok bangga?
ardhy
July 4, 2010 7:09 pmwah itu sih ala mahasiswa banget kalo naik kereta gak bayar,,,hahahahah
bukan karena gak punya duit tapi ada rasa puasnya gak ditangkep….
siasatnya sih mudah aja kalo ada yang nagihin kereta kita jalan ke gerbong yang belakang, nah pas keretanya berhenti di stasiun kita keluar terus pindah ke gerbong depan yang gak ada penagih karcisnya,,,,.
heheheh
Hayley
August 29, 2010 5:20 pmlah gue tinggal di purwokerto =__=
Kevin
September 1, 2010 6:50 pmNaked Traveler emang nekad…
rara
January 6, 2011 1:41 pmnguakak mas baca tulisannya, harusnya bikin blog pake bahasa suroboyoan aja mas
wonder girl
March 3, 2014 11:09 pmstasiun jakarta kota kagak ada eksekutif jek, eksekutif hy brgkt dr gambir.. Lwt jatinegara tp gak naikin penumpang, cm nurunin doang kalo dr luarkota. Kalo bikin tulisan jgn trlalu byk bumbu
Rahma
February 24, 2018 4:18 pmSaya juga pernah jadi penumpang haram, .. gak tau kenapa saya merasa it’s chalengging. Memompa adrenalin banget, sayang hanya bentar nyebrang dari Larkin Terminal Johor Bahru ke Singapore.
Jadi ceritanya, saya nyampe Larkin dari Ipoh, jam 2.30 pagi. Bus gak ada lagi ke SG, sedangkan saya harus ke SG, dan ngantor senin paginya. Bus Larkin – SG itu berakhir midnight, jadi kita harus nunggu jam 5 pagi, bus paling awal. Sedangkan monday morning, JB – SG bakal macet, dan ngantri lama di checkpoint, jam 4 sudah mulai rame di checkpoint JB buat pekerja.
Tiba-tiba, saya melihat bus executive gitu parkir di terminal Larkin, lalu saya masuk aja ke bus dengan wajah ngantuk, dari Larkin kita ke JB checkpoint yg jaraknya kira2 15 menit perjalanan. Lalu kita di drop di Checkpoint JB, .. saya turun.. cap passport, lalu nunggu bus tersebut lagi, dengan wajah ngantuk masuk ke bus. Dan nyebrang ke SG, di SG di drop lagi di checkpoint SG.. lalu, naik ke bus sampai Golden Mile complex, SG… Udah deh. Kira2 jam 5 pagi, nyampe.. MRT udah mau beroperasi, saya langsung ke Kantor, mandi di Kantor. Dan gak telat. Kalau saya tunggu jam 5 pagi dari Larkin, mungkin jam 9 baru nyampe SG.. Sorry ya bus eksekutif, hihi.. saya gak ada jalan lain selain jadi penumpang gelap.
Leave a Reply