by TJ*
Perhatian: kisah ini jangan ditiru!
Sudah bawaan orok bahwa saya punya kemampuan mengibul. Yah dipakai untuk iseng-iseng saja lah, tidak untuk menjadi penipu profesional membawa lari uang orang atau “mem-buaya-i” anak gadis yang masih lugu. Paling sering, kemampuan mengibul itu saya pakai di dunia maya, saya biasa login di chat room menjadi orang yang sama sekali bukan diri saya, tujuannya supaya ngobrolnya asyik saja. Tidak terpikir sama sekali sebelumnya bahwa saya bisa mengibul untuk pelesir irit.
Salah satu hobi saya adalah nyemplung laut, dan karena saya tinggal di Surabaya maka liburan favorit terdekat adalah ke Pulau Menjangan di Bali Barat Daya, sekitar 7 jam perjalanan. Pertama kali ke sana bersama dive master dan rombongan belajar menyelam, setelah itu saya mengajak teman-teman yang lain. Karena saya sudah tahu seluk beluknya maka saya menjadi koordinator rombongan: membeli karcis, menyewa perahu, dan memesan bekal makan siang untuk dibawa ke tengah laut. Saya heran ketika membayar karcis kok dihitung minus satu orang, begitu pula ketika memesan makanan. Ternyata saya dikira pemandu wisata yang sedang membawa rombongan wisatawan. Saya jadi paham bahwa pemandu wisata lazim mendapat fasilitas gratis sebagai komisi transaksi.
Di kesempatan lain ketika saya dan istri pelesir ke Bali, kami bertemu seorang teman kuliah yang bekerja sebagai manajer sebuah perusahaan agen perjalanan. Dia mentraktir kami di restoran mahal, tapi tidak membayar. Teman saya menjelaskan bahwa sudah semestinya dia mendapatkan perlakuan istimewa karena dia mendatangkan bisnis buat restoran dan hotel. Muncullah ide sinting di kepala saya. Saya bertanya kepadanya apakah saya bisa mencoba role play menjadi orang dari agen perjalanan. Dia menjawab kalau berani boleh saja, coba mengaku sebagai surveyor dari kantornya, nanti pasti diberi diskon walaupun tidak 100% karena wajah saya belum dikenal pelaku bisnis di sana. Kalau ketahuan bohong gimana dong, nanti dilaporkan polisi. Teman saya menjamin, kalau sampai ada apa-apa telepon saja nanti dia yang membereskan.
Petualangan pun dimulai. Saya menyewa mobil dari persewaan yang memang langganan kantor teman saya, lalu keliling Bali. Dasarnya ‘Astuti’, saya sukses menjalani role play itu. Hotel dan restoran semua saya ‘taklukkan’. Dari Kuta, Jimbaran, sampai Ubud, dilanjutkan nyemplung laut di Pulau Nusa Lembongan, saya berhasil mendapat diskon spesial. Pokoknya jauh deh dari harga resmi.
Cukup lama berselang, ketika bisa cuti lagi saya ingin mengulangi menjadi ‘Astuti’, kali ini tujuan saya ke Lombok. Dari Surabaya, saya menghubungi per telepon dan faksimil ke salah satu perusahaan agen perjalanan di Mataram, mengibul bahwa saya perlu melakukan survei untuk calon pelanggan.Seperti bisa diduga, sukses mendapat diskon spesial. Saya dan istri berangkat ke Lombok dengan hati berbunga-bunga karena pelesir kali ini tentunya bisa irit lagi akibat sukses jadi tukang kibul sebelumnya.
Sialnya, saat itu pasca tragedi bom Bali sehingga masih banyak teror bom dimana-mana. Bisnis pariwisata macet total, tidak hanya di Bali tapi juga di Lombok. Setibanya di Mataram saya diminta mampir ke sebuah kantor bertemu manager untuk membicarakan peluang bisnis. Ia bertanya sejauh mana kemampuan ‘perusahaan agen perjalanan’ saya untuk mendatangkan pelanggan di masa suram ini. Mampus! Benar-benar ini ujian untuk kemampuan ‘Astuti’ saya. Kibul sana-sini akhirnya sih ‘sukses’, tapi saya jadi tidak se-pede sebelumnya.
Di Gili Trawangan saya kembali kena batunya. Bisnis pariwisata saat itu sudah hancur lebur. Begitu banyak bangunan yang sebelumnya merupakan hotel dan restoran yang akhirnya terlantar, kosong melompong, ditumbuhi semak ilalang, dan tidak sedikit yang sudah roboh. Satu dua pemilik hotel dan restoran yang masih mempertahankan bisnisnya mengajak saya ngobrol, berkeluh-kesah atas hancurnya bisnis dan ternyata sudah begitu lama tidak ada orang dari agen perjalanan yang datang bahkan untuk sekedar survei. Mereka benar-benar berharap saya bisa mendatangkan tamu! Duh, saya tambah tidak enak hati. Perasaan bersalah menghujam saya. Suara saya bergetar dan keringat dingin pun menetes. Rasanya saya ingin segera masuk bumi karena malu.
Di Gili Air, kami menginap di sebuah hotel yang dimiliki oleh orang Italia. Untungnya saat itu si pemilik sedang ke Denpasar. Coba kalau dia ada di sana dan mengajak saya curhat, tidak terbayang bagaimana caranya saya harus ngibul dalam bahasa Inggris! Ampun deh, saya benar-benar kapok dan berjanji tidak akan mengulangi lagi. Malam itu, saya dan istri duduk berdua di tepi pantai yang sangat sepi di bawah bulan purnama sambil bergenggaman tangan… Sebuah akhir yang romantis bagi petualangan seorang ‘Astuti’.
——
*Astuti adalah cerita kedua TJ di blog ini. Cerita sebelumnya dapat dilihat di sini.
30 Comments
nika
March 1, 2009 1:09 pmwaaa… gak berani nyoba deh..
rere
March 2, 2009 1:03 pmKejamnyaaaa… berani mempermainkan perasaan orang.. 😛
damz
March 2, 2009 6:30 pmwaaah, hebat euy.. kalo gue nyoba praktek role play ini kayaknya bakal keringet dingin deh (walaupun kata orang sih bakat astuti gue cukup gede, hehe) salut deh buat TJ!
Cerita petualangan
March 3, 2009 8:03 amhmmm? this will be a good tip for those who are planning to have multiple blogs.
Silva
March 6, 2009 4:12 pmhahah…asyik jg yah!
klo gw sih pst ga brani..mati kutu deh.
slamat bt kesuksesannya mjd “Astuti”
Yg lain jgn d tiru yach.
angger
March 11, 2009 7:29 pmkereeeeeeeeeeeeeeeeennnnn…………….
Dyah umara
March 19, 2009 1:41 pmAmit2 deh!!dosany bnyk tuh’
andry
March 23, 2009 2:10 pmheheehehe……
harusnya dilanjutin dengan bener2x sebagai travel agen.. hehehehe…. jd ngobatin rasa bersalah
wewet
March 25, 2009 4:47 pmuntung dah insyaf ya…
Aiden
March 26, 2009 3:57 pmSebanding nggak ya antara rasa degdegannya dengan jumlah uang yang diirit?
kalau sebanding sih boleh dicoba juga tuh…..
Ivon
May 9, 2009 2:46 pmgokilll`ya..hahahhaha
tapi`kena`batunya`juga`tu..=p
reo
June 13, 2009 5:55 amasyiiiikkk.. hahaaha 😀
yosep
June 16, 2009 3:42 pmHI ASTUTI..you’re gonna pay in others way..Karma berlaku man..gua cuma percaya itu saja.
Berapa banyak duit bayaran eloe yang aturan bisa buat bayar tukang cuci piring dapur hotel, supir, tukang bersih taman dll tapi harus di tanggung pemilik hotel.
you so gonna pay in others ways..belive me and get prepared for that..karena biasa karma lebih kejam.
Kalau gak ada duit gak usah jalan2 lach,nabung dulu kek..eloe mau enaknya saja leha2 tanpa mengeluarkan keringat tapi memeras keringat orang lain.
lihat aja ntar ada akibatnya, gak selalu harus ketangkep polisi atau di gebuki pemilik hotel,tapi bisa dengan cara anak eloe dapat celaka terus harus bayar mahal buat biaya Rumah sakit, mobil eloe hancur ketabrak dll, itu maksud ” you’re gonna pay in another ways “..
SO NOT RECOMENDED !
josh
June 17, 2009 4:43 pmsaya emang ga setuju dengan cerita TJ, tapi untuk yosep gak usah kayak geto deh….dibawa santai aja. nikmatin aja sharingnya, dan gak usah nyumpah2. beres kan?
nicho
June 30, 2009 6:44 pmya ampun
untung sudah bertobat ya
kalo saya sih
ga tahan prasaan bersalahnya, bukan sok suci loh, hehe
ya, yg penting uda insyaf kan
Dwi
July 6, 2009 9:00 pmAku sih lebih ngeliat faktor ‘curious’ TJ yang cukup besar. Asyik jg being bad sesekali. Bagusnya, alam bkerja …what yosep said as karma.. well I don’t know or perhaps guilty feeling of TJ. Ini membuktikan kamu tuh ngak siap jd bad person TJ. Ditunggu crita yg lain!
Orang Indonesia
August 25, 2009 8:47 amPertama2 bohong kecil2an, tipu2, selanjutnya nilep uang rakyat…
Sorry mas, saya sangat tidak setuju dg cara mas menghemat biaya dg tipu2 begini. Apa bedanya dengan pejabat yang suka mark-up uang proyek? Apalagi mas menceritakannya dengan bangga. Walaupun di akhirnya mas bilang ada rasa bersalah, percayalah, kalau mas lakukan ini 2-3 kali lagi, rasa bersalah itu akan hilang.
Sangat tidak layak. Apalagi hal ini mas lakukan di usia yan g seharusnya secara dewasa sudah bisa membedakan baik dan buruk.
Anyway, saya tetap menghargai tulisan dan sharing mas TJ.
Happy travelling! 🙂
imeymooy
October 28, 2009 2:18 pmAduuhhh…hiikk kok tega banget sih pak…
nikmat di atas dusta 🙁
kalau liburan kan niatnya refreshing,
tapi kalo nipu gini mana bawa bini lagi
mana bisa menikmati liburan, kecuali kl udah tidak ada NURANI lagi hiikk….
mending liburan murah ke garut ato kebon binatang
yang penting GA NIPU pasti berasa lebih nikmat dibanding Watersport di Benoa tapi NIPU, aku pekerjaannya marketing bisa ngerasain gimana rasanya punya harapan yg tinggi pada prospek, lalu gimana kl ternyata orang itu cuma mo numpang menikmati fasilitas yg kita jual dowank waduuuhhh,….
Ingat Gusti Allah ora sare pak, yang namanya KARMA itu ada, apa yg kita perbuat itu yang kita TUAI, besar atau kecil (walau sebesar butir zarrah) pasti ada ganjarannya…percayalah…
sari
December 10, 2009 12:16 pmuntung dah insyaf yah pak…nice experience
Satria
February 3, 2010 11:13 pmHahaha….
Ko aku malah tertawa sampe ke luar air mata ya
Gila nih ASTUTI yang 1 ini
Parah Men!
oldexpat
April 9, 2010 9:13 pmhahaha …. another dark perspective of TJ, doing those crazy & unthinkable things.
He is bad but I guess he is just like a child doing things without knowing d full consequences of his action.
I may not agree with his actions and may be he’ll get his karma in other ways …. but do we have 2 judge him with his stories and loath him?!?!?!?!?
Either u LOVE or HATE his stories. Then leave it at that point. We barely even know him, so why all the loathing???
TJ
April 26, 2010 7:17 pmhe he he.. finally I think I can give comment to those who gave comment. A story is just a story. Any story will have some “bumbu” otherwise it will be just a plain and uninteresting though maybe the story was really took place. Even that famous true-story Laskar Pelangi got “bumbu” in it. And I’m sure Trinity herself is full of bumbu, if not you won’t laugh nor smile reading her books. My point is, don’t judge any person based on their story, it’s barely explain the true character of the writer.
I’m just a newbee writer who don’t even have my own blog, so it is very nice for me to know that I can bring some of the readers to an “emotional stage”. In this term, I can be considered succeed enough as a writer ha ha !
After all, I think we have to put things in their term. This is a blog dedicated to travel matters. So in my humble opinion, any comments should be on traveling point of view. It is a pity, for example, there is someone who stood against Trinity oh her story about toilet joroks in a certain country.
Akhirnyah, guah lagih belajar bahasah Inggris nih, mogahmogah gak banyak salahnyah
Mayawati
April 27, 2010 2:02 pmHahahaha…. TJ… TJ…. nice try!
fey
May 1, 2010 11:26 pmHmmmm, suka banget ma gaya penulisannya mas TJ… Tp… Mboknya bumbunya jgn terlalu ‘melenceng’ ngarangnya yo mas… Dikit aja asal sedap…
Keep writing!
elim
November 30, 2010 12:18 ammantep bos, kayaknya boleh dicoba nih! saya jg di surabaya & kebetulan hobi wisata kuliner. di bali memang wisata kuliner manca negaranya top banget cuma sering gue terbentur biaya. kalo boleh tau kira2 bisa diskon sampe brp persen? thx
dita
February 21, 2011 2:50 pmwah kebeneran banget ya kena kibulnya di Lombok…hehe… pengen liat waktu keringat dingin,,,salam kenal dari anak Lombok.
Lingerie
May 27, 2011 3:49 pmWaduh Bos,Astuti tingkat tinggi nich,jangan lagi yah..Kasian orang2 yg ditipu,he3 🙂
Januar
October 3, 2014 6:26 amNajis… jalan2 dgn cara haram kok dibanggain. Cukup ditulis di buku harian pribadi aja mas dan diketahui ber2 dengan istri anda aja..
Jawabnya pake english jg sdh menandakan kalau si TJ panik…
galau
October 13, 2016 7:40 pmGw yakin mas TJ bukan bangga dengan ‘Astuti’ nya lho.. bener kata mas TJ ngga usah nge judge hanya dari sebuah cerita. dia hanya sekedar sharing pengalaman. setuju atau tidak ya kembali pada diri kita sendiri. tidak perlu pakai sumpah serapah apalagi bicara kotor. keep writing mas TJ and mba trinity..
Leave a Reply