by Tjahja Junindra*
Sudah ‘tuwir’ baru bisa jalan ke luar negeri. Begitulah nasib saya, yang kiranya cukup mewakili sebagian besar orang kantoran level menengah Indonesia. Sekalipun punya corporate title cukup keren, belum tentu gajinya cukup besar. Kalaupun bekerja di perusahaan asing, belum tentu dapat fasilitas overseas training. Kalaupun bisa menabung, sebentar kemudian menikah, dan setelah itu mencicil rumah, mengkredit mobil dan mengangsur ini itu, habislah alokasi tabungan. Boro-boro pelesir ke luar negeri, ke Bali saja belum tentu lima tahun sekali. Sebetulnya pelesir bisa disiasati agar bujetnya minim. Tapi buat orang kantoran seusia saya, pelesir irit-irit cenderung dipandang aneh, yang ketuaan untuk sebuah petualangan lah, yang pelit lah, dll. Tapi saya dan istri sih biasa jalan-jalan irit. Ke Bali misalnya, naik mobil, tanpa punya target lokasi, tanpa reservasi hotel, patokannya cuma satu: tanggal sekian harus pulang karena cuti sudah habis.
Menjelang usia 36, saya dan istri baru bikin paspor untuk perjalanan yang sederhana sekali: ke Singapore dan lanjut ke Malaysia. Karena sudah biasa pelesir di dalam negeri tanpa rencana detail, maka pola yang sama kami lakukan juga untuk perjalanan perdana ini. Kami cuma membeli tiket pesawat one way ke Batam dan memesan budget hotel di Singapore untuk satu malam. Selebihnya urusan nanti. Tips pelesiran kami googling dari internet, dan karena kami cinta laut maka salah satu keyword-nya adalah pantai mana yang bagus di Malaysia, hasilnya adalah Perhentian Island atau Langkawi. Wah, mencar banget tempatnya! Yah itulah, lihat nanti saja di sana. Tiba di Marina Bay Singapore, saya dapat cap perdana di paspor yang masih polos itu, rasanya bahagia banget. A dream came true! Sudah lama ingin ke luar negeri, baru kesampaian sekarang. Singapore segalanya sempurna, ya kotanya, ya manusianya, ya hotelnya, pokoknya puasss! Untuk lanjut ke Malaysia, kami bertanya ke beberapa travel agent soal paket wisata pantai. Ternyata hanya ada paket ke Langkawi, itupun mahal. Maka rencana diubah: ke KL dulu, baru disana nanti dipikir lagi.
Sore hari kami pun berangkat ke KL naik bus, sekitar jam 11 malam tiba di perbatasan sisi Singapore. Begitu lancarnya proses imigrasi: penumpang turun dari bis beserta seluruh bawaannya, paspor dicap, dan masuk bus lagi. Bus lalu berjalan dua kilometer dan berhenti lagi untuk pemeriksaan imigrasi sisi Malaysia, sekali lagi kami turun berikut semua bawaan. Seorang petugas imigrasi yang masih sangat muda memeriksa paspor saya. “Mau kemana?”, katanya galak. “KL”, jawab saya. “Tiket pulangnya ?”, tanyanya lagi. “Nanti saya beli tiket train di KL ke Singapore”, jelas saya. “Tidak bisa, tidak boleh masuk, kembali ke Singapore, bawa tiket pulang baru boleh masuk”. Saya berusaha menjelaskan bahwa kami hanya ingin melihat KL satu hari saja dan menunjukkan voucher hotel semalam. Petugas tetap galak, “Pokoknya tak boleh masuk Malaysia, pergi ke seberang jalan sana nanti ada bus ke Singapore”. Dialek Melayu orang sana cukup sukar dipahami, apalagi dalam suasana tegang seperti ini. Kami semakin panik karena semua penumpang lain telah sukses melalui imigrasi dan sudah masuk bus. Akhirnya petugas bertanya, “Berapa banyak uang yang kamu bawa?”. Kepanikan lain muncul, kami akan menjadi korban pemerasan. Ternyata maksudnya untuk membuktikan bahwa kami punya cukup uang untuk beli tiket pulang dan hidup beberapa hari di sana. Saya buka dompet dan tunjukkan beberapa ratus Ringgit. “Tidak bisa. Terlalu sedikit”. Saya tunjukkan beberapa kartu kredit gold. “Tidak bisa. Tunai”. Saya buka ransel dan ambil simpanan USD (memang uang saya umpetin di tas terpisah-pisah buat jaga-jaga kalau kemalingan biar masih ada yang lain). Setelah saya tunjukkan USD itu, si petugas nyerocos, “Mau jadi apa negara saya kedatangan orang seperti kelian… bla bla bla “. Aduh sakit hati ini, rasa kebangsaan ini benar-benar diinjak. Sering saya baca berita pelecehan kepada WNI oleh orang Malaysia, sekarang saya alami sendiri. “Kami pelancong”, itu kata terakhir saya, dan dibalas dengan cacian atas realita pendatang haram dari Indonesia. Namun akhirnya cap diberikan juga di paspor kami. Cis!
Setelah masuk bus, beberapa penumpang bertanya apa yang terjadi. Seorang penumpang usia akhir 20an yang duduk di dekat kami memperkenalkan diri, katanya dia aslinya orang Bandung tapi sudah beralih warganegara Malaysia, profesinya EO untuk band-band Indonesia yang tour ke Singapore dan Malaysia. Teman baru ini menjelaskan bahwa di Malaysia tidak mudah untuk pelesir irit-irit karena karakter bangsa sana yang memang dasarnya unfriendly dan belum sadar wisata. Jam 3 dini hari, bus sampai di Puduraya KL. Saya kira terminalnya bagus, ternyata tidak lebih bagus daripada terminal bus Bungurasih di Surabaya! Sialnya lagi, penumpang diturunkan di pinggir jalan yang suasananya seperti di Pulo Gadung. Deretan taksi butut dengan sopir berwajah India memenuhi sepanjang jalan. Mengerikan! Si teman baru berkata, “Mas, orang-orang ini semua evil (itu exactly yang dia bilang: evil), catat nomor hape saya ini, nanti kalau ada apa-apa telepon saya”. Lalu dia berjalan meninggalkan kami yang terbengong-bengong di pinggir jalan. Beberapa saat kemudian dia kembali lagi. “Saya tidak tega meninggalkan kalian disini, sebentar lagi adik ipar saya menjemput, saya antarkan sampai ke hotel”. Aduh leganya. Saya berikan nama dan telepon hotel tujuan kami kepada si penolong dan dia menelpon ke resepsionis hotel minta diberitahu arah. Lama berputar-putar tak karuan, akhirnya kami bertanya kepada seseorang. Sial, rupanya si resepsionis memberikan arahan yang salah! Begitu tiba di hotel yang katanya bintang tiga itu, saya berpikir pantas saja hotelnya ngasih diskon abis, rupanya sepi pengunjung, kurang terawat, dan punya resepsionis yang dodol tanpa minta maaf pula.
Kami bangun ketika hari sudah cukup siang. Tiba-tiba istri saya berkata ngambek, “Pulang! I don’t want to be here! I don’t want to go to Langkawi“. Yah, beginilah kalau kesan pertama yang buruk membuat kami kapok. Maka siang itu kami cari tiket kereta ke Singapore sambil mampir ke Petronas tapi tidak bisa naik ke atas menara karena kesiangan, lalu putar-putar kota dengan bus dan sky train, kemudian mencari Petailing (pasar produk fake branded) tapi tidak ketemu juga walaupun sudah tanya sana sini. Duh! Besoknya kami ‘kabur’ naik kereta non AC, pemandangan yang disuguhkan pun cuman kebun karet dan sawit yang monoton. Rasa lega yang luar biasa ketika kami tiba di Singapore. Kami pun menghabiskan sisa liburan di Singapore, naik turun subway, keluar masuk mall, ke kebun binatang malam-malam dan jalan kaki keliling kota sampai gempor.
—–
* Tjahja Junindra (TJ), hampir 40 tahun, pengusaha kecil bidang survei riset pemasaran, tinggal di Surabaya tapi berkantor di Jakarta. Punya hobi nyemplung laut tetapi tidak bisa berenang, alhasil dia terpaksa ribet membawa jaket pelampung kemana-mana. Di dunia maya, TJ adalah salah satu penggiat pada milis Paguyuban Karl May Indonesia.
110 Comments
wendy
January 28, 2009 2:43 pmmas tj, saya juga punya pengalaman hampir sama di penyebrangan dari singapur ke johor baru. teman seperjalanan ditolak masuk karena visa malaysia-nya ada di paspor lama (yang masih berlaku) sedangkan dia sudah punya paspor baru.
jadi begitulah. demi solidaritas, kita yang lolos imigrasi pun langsung balik arah lagi ke singapore, sesudah “bertualang” di balik pagar imigrasi selama beberapa menit.
lucy
January 28, 2009 4:09 pmsaya juga punya pengalaman ditipu oleh supir taxi berwajah india di Pudu Raya, saya & rombongan terpaksa bayar RM 25.00 untuk jarak yg luar biasa dekat karena argo mereka argo kuda. Ternyata tarif yang sebenarnya di lain waktu adalah hanya RM 6.00…
Lil
January 28, 2009 8:23 pmaduh gw melas banget baca cerita mas, seharusnya ketika mas ada rencana jalan2 ke malaysia, coba kontak dulu temen2 di millis naked traveler yang kebetulan tinggal di malaysia sehingga bisa kita kasih sedikit info gitu loo..yah emang seh harus gw akui, 80% org2 disini agak2 memandang rendah para pendatang dari Indonesia, kemungkinan besar karena mereka hanya melihat para pekerja kita yang rata2 bekerja di malaysia hanyalah pekerja kasar yang memang kurang pendidikan.jadi bagi seorang malaysian yang belum pernah ke jakarte or ke bandung atau ke Bali, Indonesia itu adalah sebuah negara yang miskin yang hanya bisa export penduduknya utk kerja disini..
sebetulnya banyak juga beberapa tempat tujuan wisata yang bisa didatangi disini, yah gak jauh2 banget dari KL. misalnya pantai Port dickson, taman safari malam di melaka (sekitar 1 jam dari KL) genting (pusat permainan super besar kayak yg di dunia fantasi) aku suka ama meseum mereka karena ditata apik dan gak kesan meseum yang lembab dan seyem,atau ada meseum islam di masjid negara.
nuninth
January 29, 2009 1:35 pmsaya juga punya pengalaman yang kurang baik dengan malaysia.. sedikit trauma.. salahnya saya juga seeh perjalanan perdana ke malaysia dimulai dari singapore jadi ada kesan membanding2kan segala fasilitas dan keteraturan yang serba ok di singapore dengan malaysia… jadi begitu di malaysia langsung ilfil… untungnya masih sempet jalan2 ke genting dll dulu kalo ngga bakal mutung deh 2 hari di sana (sampai sekarang saya masih enggan kalo di ajak ke malaysia)
Tonny
January 29, 2009 2:42 pmYang saya heran, ada lho temen saya bilang kalo KL lebih bagus dari Singapura. 😕
imuyachan
January 29, 2009 7:02 pmhi mas.. emm, entah kenapa pengalaman saya beda dgn mas. saya jalan2 ke Singapura dan nyebrang ke Malaysia juga naik bis, semuanya berjalan lancar. Itu adalah kali kedua saya ke Malaysia , tapi first time lewat spore dan temen saya adlh firstimer juga… mungkin kebetulan saya dapet imigrasi yg ga aneh orangnya… saya leave spore jam 5 pagi… mungkin shift pagi dgn shift malam beda karakteristik ^^.. eniwei, emang plg enak siy klo punya kenalan di Malay.. tapi saya siy seneng ke Malay karena belanjanya bisa 2x lipat drpd spore ^^ (maklum cewe) . Spore is fun, yet it’s boring if u stay for more than 3 days…. but,everybody has their own favorites rite ^^ cheers… n thx 4 sharing ur story.. ^^
Gaby-Bali
January 30, 2009 2:53 pmTenang Mas TJ, saya usianya tuaan dikiiiit aja dari mas, tapi lebih hebat lagi soalnya belum pernah ke Singapore or Malaysia, paspor dah diperpanjang 2x, teuteupppp nggak pernah ke luar negeri lagi sejak dulu thn ’86 masih ikut paspor nyokap. Tapi dari ceritanya, mmmh..saya jadi pikir2 mau backpacker-an ke KL.Ogah ah, wisata shopping & makan di Bandung aja kali ya, jauh lebih asyikk..
Thanks utk tulisannya,mas!
gono
January 31, 2009 9:11 pmTravelling dengan beaya irit memang perlu banyak akal bulus. Harus tahu kapan berpura-pura nggak bisa inglis, dan kapan harus beringlis ria dengan aksen persis anggota kerajaan. Kalau ketemu budak melayu imigrasi, maka rule number one, pakailah inglis Anda semaksimal mungkin, sefasih mungkin. Kalau dia ngomong melayu, dijawab pakai inglis: speak inglis plis dengan lidah yang ditekuk. Dijamin mereka percaya bahwa Anda bukan TKI (pendatang haram). Soal taksi di Pudu, gampang saja tuh kiatnya, begitu turun, berjalanlah beberapa puluh meter/langkah ke arah hulu, cegatlah taksi yang sedang lewat, maka dijamin Anda dapat harga bandrol. Untuk Menara Petronas, infonya juga tidak jelas, bahwa jam pelayanan naik ke bridge tower (jembatan antar 2 menara) itu terbatas, dan dimeniti (dijatah sekian menit harus turun lagi, nggak bebas), akibatnya: harus ambil nomer sehari sebelumnya.Sayang hal-hal remeh begini ini belum banyak ditulis oleh para traveler Indonesia.
aca
February 3, 2009 11:38 amsaya juga punya pengalaman tidak menyenangkan di malaysia.sama lihat hampir kebanyakan penduduknya tidak ramah dan susah sekali cari taxy..kebanyakan nolak jika saya bilang ke tempat tujuan.sekalinya saya berbelanja dan penjualnya ramah eh ternyata orang medan.
Maya
February 3, 2009 4:06 pmTh 94 pertama kali ke luar negeri, saya nyeberang lewat darat (by bus) dr Spore ke Malaysia, tengah malam di perbatasan. Ngga ditanya macem2 tuh… Malah kami ngga punya voucher atau bukti buking hotel di KL, krn emang ngga niat nginep, mau langsung balik lagi ke Spore tengah malam berikutnya. Apa waktu itu Malay blm sok ketat ama WNI ya?
Kalo soal ditipu taxi bersupir India, pernah 2 th lalu dr KL Central ke Petaling. Sial bener… kena 30 RM, pdhal cuma 5 RM!!! Hrrgggh…. Malaysia buat saya, enough… Apalagi Airasia skrg udh ada yg ke Bangkok. Ngga mau lagi lah lewat KL. Males lesss…
early
February 7, 2009 3:08 pmhehe, tapi ngga kapok ke LN lagi kan Mas TJ? 🙂
siwi
February 7, 2009 5:55 pmMemang penduduk KL kurang ramah, kotanya juga biasa2 aja makanya gw juga ga pernah niat wisata lagi ke KL. Kapok!!
Rika
February 10, 2009 2:29 pmaku ga tertarik jalan2 ke malaysia tuh..
karina
February 17, 2009 11:52 pmhehe aku jalan ke KL tapi ga dapet kesan negatif dari petugas imigrasinya karena aku punya visa mahasiswa dari Singapur, dan aku jalan bareng orang-orang kulit putih (prejudis sekali). tapi membaca cerita mas TJ jadi sakit hati juga dibegitukan (rasa nasionalisme tersentil). Tapi kalo direncanain bisa oke juga lho jalan2 di KL. Petronas towers, Menara KL, Batu Cave, Petailing, etc, dan jangan lupa nawar kalo naik taksi (karna argonya kudaa abiss!!!)
Maya
February 18, 2009 12:05 pmPertama kali ke luar negeri sendiri waktu itu ke Malaysia berhubung dapat tiket gratis Air Asia dari teman yang di Malaysia jadi selama perjalanan meraba-raba apa yang harus di buat karena belum paham. Nah Aku pernah tuh dapat kesan negatif pas di KL, di LCCT tepatnya. Pas kedatangan lancar..nah pas kembali ke Indonesia saya dapat kesulitan dari pihak imigrasi hanya karena gara-gara saya membawa sebuah pembuka surat yang lupa diletakkan di tas untuk bagasi.
Setelah saya dimarahi, disuruh kembali ke counter depan untuk menyimpan pembuka surat tersebut ke tas bagasi. Pas saya keluar waduh antrian panjang sekali padahal waktunya mepet untuk berangkat akhirnya saya panik mencari-cari orang untuk saya berikan souvenir tersebut beruntung ada orang Indonesia yang mau menerima souvenir tersebut sambil mengucapkan terima kasih..wah..lega rasanya.
Kembali ke ruang Imigrasi eh dimarahin lagi karena katanya tidak boleh keluarlah, tidak boleh bawa-bawa barang begituanlah, bla, bla, bla..
Tapi satu yang pasti membuat senang ketika saya berkunjung ke Masjid Putra Jaya, seorang penjaga wanita Malaysia bertanya harga kamera yang saya bawa ya saya sebutkan saja 2200 ringgit. Dia tidak percaya terus saja saya bilang “oh orang Indonesia banyak yang punya seperti ini dan banyak orang Indonesia yang bisa holiday” sambil saya ngeloyor pergi 🙁
Bravo
February 20, 2009 1:21 pmMas, saya juga pernah punya pengalaman yang sama dengan Mas waktu masuk ke Malaysia lewat Singapore. Lebih parahnya, waktu itu saya bener2 “gembel” abis, bawa tas punggung, celana pendek ama sandal jepit plus tampang belon mandi. Seperti Mas, petugas juga minta liat uang didompet saya, yang untung saja waktu itu ada bawa cukup uang tunai.
Saya juga pernah ke Penang, bersama pacar, naek bus, sampai sudah malam. Parahnya lagi, terminal busnya dipinggiran kota. Naek bus yang rada2 bobrok ke tengah kota dan turun di-daerah yang gelap dan seperti tidak ada kehidupan. Kita turun disitu karena menurut peta, itu yang paling dekat ke arah hotel dijalur bus itu. Saat itu sudah sekitar jam10 dan daerah itu seperti daerah berbahaya, untung ada satu orang India, pegawai rumah sakit yang sempat kita tanya tentang lokasi hotel, yang dengan baik hatinya menawarkan mengantar kita ke hotel itu. Eh sialnya, hotelnya sudah tutup, maklum hotel kecil. Akhirnya kita berhasil cari hotel lain didaerah itu. Singkat cerita, kita berhasil survive disana dan menikmati Penang dan Batu Feringi. Puas.
Ohya, yang lucu juga, keesokan harinya waktu kita jalan2 dipantai, didekatin sama salah satu orang, dia rupanya menawarkan permainan2 di laut plus info2 hotel. Terus waktu kita bilang kita dari Indonesia, dia langsung bilang begini, ‘kalau hotel yang paling murah tuh letaknya didaerah sana tuh’. Lucu, karena begitu dengar Indonesia dia langsung menawarkan hotel yang paling murah.
Pengalaman diminta buka dompet di imigrasi, nyasar2 di Penang dan banyak lagi kehebohan di Malaysia buat saya akhirnya jadi pengalaman lucu untuk dicerita-ceritain ke orang.
Setelah beberapa kali, KL ternyata asik juga kok.
Panjang banget komen-nya nih.
Anonymous
February 23, 2009 9:12 amtahun lalu punya pengalaman tak terlupakan juga , menyeberang dari Spore ke Malaysia via darat. Pengalaman di imigrasi kebetulan berjalan lancar malah ditanya mau jalan- jalan yach:) dan padahal kita juga berencana pulang balik tidak pakai menginap malah tiket pulang dari Malaysia ke Spore kita juga belum beli. Dari Pudu kita naik taxi ( orang Medan ceritanya ) ke terminal bis titiwangsa untuk cari bus ke Genting kena RM 25 🙁 . Di terminal bis kita dibantu oleh petugas di terminal yang malah tanya – tanya dan terkagum – kagum sama kita yang karyawan biasa tapi bisa jalan-jalan ke Malaysia dan malah dia tanya tempat wisata di Batu – Malang. Terus kita dianter deh ke jalur bus ke Genting…
schizilly
February 23, 2009 3:02 pmhehehe i just got back from so called backpacking to singapore and KL. Singapore was fine, as expected. KL was a different story. 3 days in Malaysia was a nightmare! got ripped off by taxi driver twice! the trick to get around is get yourself some public transport maps (bus & train). We have been warned by people at home never to take taxi in Malay. but we did it anyway.. and we regret it heaps! No offense, but after seeing Malaysia for the first time, i’m (really) glad i’m Indonesian. 🙂
nika
March 1, 2009 1:12 pmkaya saya, suka laut tapi gak bisa brenang hehehehe…
Ori
March 2, 2009 10:59 amSaya juga punya pengalaman kurang menyenangkan ketika berjalan-jalan irit ke Kl via Singapore tahun 2006 lalu. Ketika berangkat tidak ada masalah saat menyeberang dari Sing ke Johor Bahru, tidak juga ditanya macam-macam oleh pihak imigrasi Malaysia.
Namun ketika berkeliling di Johor Bahru, kena tipu oleh supir taksi. Dari pusat kota ke terminal bus, dikenakan charge RM15 (tanpa argo), padahal ketika siangnya kami naik taksi dari Terminal ke pusat kota hanya kena RM6 🙁
Di KL kami justru banyak dibantu oleh orang sana. Karena kami tidak booking hostel sebelumnya, terpaksa kami musti berkeliling mencari hostel yang kosong..dan sialnya hampir semua hostel penuh. Namun di Puduraya Hostel, yang awalnya dibilang penuh, ternyata kemudian ada 1 kamar kosong ketika tahu kami dari Indonesia. Bahkan pegawai hostel tersebut berkata sesama orang Melayu musti saling tolong menolong 🙂
Nah ketika hendak balik dan masuk ke Singapore kembali, di imigrasi Singapore saya sempat diinterogasi di ruangan khusus oleh petugasnya. Padahal 2 teman saya yang lain tidak ada masalah. Paspor saya baru di cap setelah saya bilang saya hanya transit di Singapore 1 malam dan saya tunjukkan ID Card kantor saya…heran, padahal di paspor saya sudah berjibun cap imigrasi Singapore karena hampir tiap bulan saya berkunjung ke Singapore, eh masih gak dipercaya juga 🙂
permata
March 3, 2009 3:50 pmemang malaysia bukan negara yang asik untuk dikunjungi..(maaf ya orang malaysia..kenyataan kok) Sekali saya pernah kesana sama kakak dan sepupu saya. WUih..orang-orang disana gak ramah sama sekali , judes, sok gak bisa bahasa indonesia, ngomong inggris dengan nada melayu yang enggak banget…Pokonya kapok deh ke malaysaia, apalagi pake acara travel ngirit..idih gak lagi deh , yang ada harga diri terinjak-injak…
syuaib
March 8, 2009 1:47 pmmalaysia bukan negara yang ramah untuk pelancong indonesia. imigrasi juga kampungan, kecuali jika datang pergi selalu dengan pesawat terbang.
me and family been there melancong 3 kali, dan yang ketiga adalah yang terakhir. jalan mencari kesenangan kok malah tidak nyaman terus.
to the extreme, saya dan istri kerja di MNC yang berbeda. dan setiap kali ada conference bisnis bertempat di malaysia, kami pilih skip saja. sudah cape dan bosan mendengarkan orang malaysia membanggakan diri hehe..
Lisa
March 13, 2009 9:15 pmIya nih, benar kalo saya dikasih tiket jalan2 gratis ke Malaysia, ngak mau deh. Negara Malaysia itu benar2 ngeremehin bangsa kita. Pernah sekali waktu saya jalan2 ke Petaling street, ehh…ehhh..nyeletuk kakek-kakek tua yg dengan sengajanya mengatakan dari Indonesia ya. Kirain nya mau kasih komentar bagus. Taunya. Dari Indonesia ya, Indonesia kan tukang makan duit. Duh, pengennya kuhabisi tuh kakek. Belum lagi petugas imigrasinya, kita2 ini dianggap TKI, pdhl bukan. Mereka ngak sadar kalo tanpa kita sebagai turis, mana bisa berkembang negaranya. Cape deh lihatnya, entah sampe kapan mau membanggakan diri.
handry
March 20, 2009 10:04 amyaa gitu deh yg namanya malaysia,,apalagi liat kita2 yg tampangnya orang melayu,,ngerendahin bgt,,so next time kita kesana,,ngomongnya pk inglish aja,,,jgn ngomong melayu,,!
sebenarnya sih banyk tempat2 yg bagus,,tp ya itu,,kesan terhadap orang2nya,,,rude ! kasar !
saya cuma bertahan ga lebih dr 2 hari di KL,,genting,,petronas,,naek MRT nya,,ga mao naek taksi,,,
mending ke thailand drpd malaysia,,,
ra
March 24, 2009 4:23 pmSore pak TJ, saya jadi ikut prihatin dengan cerita Bapak. Tapi saya tau bpk pasti gak pernah kapok untuk terus jalan-jalan.Kalo Bpk butuh info tentang Malaysia,Singapore,dan Thailand saya bersedia. Bapak bisa hubungi saya. Mana tau info saya bisa bermanfaat dan dapat mengurangi kejadian yang tidak menyenangkan.
Kalo Bapak ke Batam, bapak bisa hubungi saya nanti saya bawa muter-muter Batam.
Karena diBatam juga banyak tempat yang menarik.
ema
April 14, 2009 8:55 amWaduh aku jadi jiper nih,padahal ikutan gabung disini krn pengen nyoba ber backpacer ria yah sbg GP yg PNS uang pas pasan,sponsor dar farmasi juga jarang. Jadi gmn neh masak plan ke Sing Malays gagal???? Hiks hiks help me please
nik
April 16, 2009 2:11 pmaku juga jiper neh. rencana weekend ini mo traveling ke sing n malay lewat batam. apa ke sing aja ya, ke malay di tunda dulu. singapore… here I come
btw…lam kenal semua
icha
May 13, 2009 4:46 pmduh mas, kok ngenes yo pengalamannya…tp gpp, kan jadi tau karakter imigrasi malaysia yg suka mandang rendah orang “indon” (sebutan yg mereka ciptain & ga enak bgt didengernya) **walopun ga smua orang malaysia menyebalkan yaa..**
Kejadian juga sama gw waktu pertama kali ke Singapore. bedanya gw punya tmen disana dan diajak sama ortunya dia untuk road trip ke Kuala Lumpur. Waktu itu kita brkt malem naek mobil & begitu sampe di imigrasi M’sia, ortu tmen turun sambil bawa passport kita dan minta kita untuk nunggu di mobil aja. Cukup lama mereka di imigrasi tapi akhirnya balik lagi dengan passport yg udah di stamp. Ternyata, alesan knp mereka cukup lama di kantor imigrasi itu adalah karena ada dua paspor Indonesia dan mereka minta jaminan ke ortu tmen gw itu dengan menunjukkan brapa banyak uang yg kita bawa.”OMG, racist sekali mereka” itu respon yg keluar dari mulut gw. Dan alhamdulillah-nya, ortu tmen gw sudah punya pengalaman yg sama waktu bawa sodaranya yg dari Indonesia ke M’sia, jadi beliau bawa uang SGD 2000 malem itu bwat ditunjukkin k pihak imigrasi klo kita tuh punya duit…
Pengalaman kedua, gw berempat sama tmen terbang ke Phuket tapi transit di Kuala Lumpur dulu dan saat itu kita harus lewatin imigrasi dulu. Gw berhasil melalui imigrasi tanpa ada halangan apapun, malah imigrasi officernya ramah banget **(makanya spt yg gw bilang di awal, ga smua orang malaysia menyebalkan)**
Tapi pas giliran tmen gw yg kebetulan bentuk fisiknya kecil & berkulit gelap, petugas imigrasi di counter yg satunya langsung nanya “mau apa kamu kesini? berapa uang yang kamu bawa?” sembari ngecek dompet & back pack tmen gw…menyebalkan! dipikirnya tmen gw itu TKW…huh…
Tapi setelah diliatnya dompet tmen gw, dia langsung kasih stamp di paspornya. Dasssaarrr!!!!
Semoga pengalaman ini ga kejadian lagi sama yg laen…ato mungkin kita lebih baek jalan2 ke negara yg ga mandang rendah negara kita, jadi kita bsa have fun tanpa ada pengalaman yg menyebalkan 🙂
yumi koeanda
May 16, 2009 1:19 amMas TJ, Pengalaman pertama saya keluar negeri adalah ke S’pore thn 2000 karena mendapat bonus gratis`jalan2 dari kantor.. alhamdulillah, pertama kali pasporku ada capnya! hehehe..
Waktu rombongan kantor balik ke jakarta setelah 3 hari di S’pore kami dengan teman2 n my bos berlima melanjutkan ke KL. Dengan dalih ingin irit kami naik kereta jam 11 malam (kurang lebih 75rb rupiah dgn kurs saat itu)dan besok lusa kami sudah harus di s’pore lagi mengejar pesawat kembali ke Jakarta. Tas koper kami titipkan di hotel bintang lima tempat kami menginap di S’pore sedangkan kami hanya dengan ransel saja melanjutkan perjalanan ke KL. Ketika memasuki Johor Bahru kami diperiksa dan disuruh turun dari kereta.. pasport kami diperiksa dicap dan ditanya mau kemana?.. Agak lama disini dan mereka tidak ramah.. Untung ada my bos yg menyelesaikan itu semua, dia yg menjelaskan ke petugas dan kami hanya nurut saja dibelakangnya.. Memang dompet kami diperiksa semua, untung saya membawa uang dollar di selipan dompet yg lumayan banyak.
Selama perjalanan terasa sekali perbedaan antara S’pore yg super maju dengan Malaysia… lebih ndeso, kok jauh banget bedanya(maaf).. selama perjalanan tidak ada yg dapat kami lihat selain gelaaaaap, maklum malam.
Sampai di KL jam 5 subuh, waduh kami bingung mau kemana.. gak ngerti. Padahal badan gatel mau mandi dan istirahat sejenak. Stasiun kereta sepi..Untung ada rombongan teman2 yg sudah sampai duluan di KL dan mereka menginap dihotel. Kami telpon aja mereka untung numpang mandi.. hehehe…
Kami juga di kerjain dgn supir taxi india yg menyebalkan. Menuju Petronas sangat mahal, kalo gak salah sekitar 30 ringgit ya, padahal dekat sekali. Tapi karena gak ngerti bayar aja.. Kami kelililing2 kota, turun ditempat2 yg direferensikan oleh petugas hotel, sedikit belanja hanya dalam 1 hari! Kami harus mengejar kereta api kembali nanti jam 11 malam untuk kembali ke S’pore. Untung kereta kami ini yg bisa tiduran (aku gak tau namanya apa) yang kasurnya diatur ada yg diatas dan bawah berjejer. Selama perjalanan saya pura2 tidur, males ditanya2in sama petugas kereta. saya bangun hanya untuk menunjukkan pasport saya.
Tidak banyak hal yg menyenangkan selama di Malaysia, mending di S’pore aja deh yg penduduknya lebih ramah terhadap orang Indonesia…
Kamelia
June 15, 2009 4:49 pmOrang Malaysia sekarang ini banyak bersliweran di Bandung.. di Pasar Baru apalagi banyak bgt encik2 dengan penampilan yg “nggak banget”.. baju2nya jadul deh.. masih gaya orang Bandung dehhh..
Tapi.. orang kita ramah2 banget tuh sama mereka..sekali2 jgn terlalu diramahin dehhh..biar ga ngeremehin sm orang Indonesia kalo main ke kesana.. Kalo perlu harga2 buat mereka dimahalin aja.. Males banget dehh kalo gitu main ke Malaysia.. mending ke Mesir dehhh.. Alexandria.. wait for me..
pitty
June 26, 2009 12:44 amEmang ga bgt Malaysia itu,bkn trauma jln2 ksana.Pdhal waktu itu msknya lwt airport,tetep aja ptugas imigrasinya nanya2nya ga sopan n kliatan bgt cr gara2nya.Gw ksana dlm rangka promosi pariwisata qta(visit indonesia year)brg rombongan kesenian yg orgnya segambreng.Krn spanjang perjalanan gw tidur(kbetulan pelor) jd pas sampe n ngelewatin imigrasi msh dlm keadaan ‘stoned’ dg msh pake sunglasses.Yg terjadi berikutnya adlh gw d bentak2 ama petugas imigrasi d suruh copot kacamata dg bsh malay-nya itu! Awalnya gw blom ngerti dia ngomong apaan,gw tanyalah dg bhs inggris yg baik n bnr…klo gw ga ngerti dia ngomong apa n minta d ulang pertanyaannya.Eh dia tetep keukeuh sumeukeuh dg bhsnya yg kriting(dia pikir bhs-nya tuh internasional apa,yg qta kudu ngerti) Anjriiiiittt bgt…n sialnya lg dia slh paham ama gw,menurutnya gw ga trima dg peraturanyg ada n mo laporin k sluruh staf dsitu dg teriak2.Bnr2 menghina,memojokan bgt.Sumpah gw msh ga trima klo inget2 kjadian itu(pengen ngegampar tu ptugas sialan)…Ga abis pikir nurun dr mana tabiat mrk,pdhal kan qta serumpun…ko bs2nya ky bumi n langit.Tmn2 gw yg bule aja berpendapat yg sama,rata2 ga suka ama mrk(unhappy,unfriendly) Ko bs ya mrk sombong2 ama qta,ga sadar diri bgt deh…ga ngaca gitu(mn ada org asli sono yg cakep)Apa jgn2 krn itu ya mrk ga ramah ama qta,sbg perwujudan dr sifat sirik tanda tak mampu!!! Malaysia trully asia…CUIIIHHH!!!! Ooh so not recommended gethooo!!!
Henny Panda
July 3, 2009 1:36 pmBetulllll bgt!!!! kapok ke Malay…iklannya aja yg bagus!!!
Trully Asia… weeekkk…cukup sekali dah kesana.. orgnya pada sombong, kumuh, gak ramah & emg gak ada apa2 disana..sumpah deh… dulu kalau diberitahu teman gak enak ke Malay, gw gak percaya tetep ngotot pgn kesana krn dekat aja ma Sing.Biarpun pengalaman gw nggak setragis p. TJ tp emg membawa kesan buruk disana.Masa kita sekeluarga pernah diteriakin ma petugas di bukit yg ada patung gede bersepuh emas palsu bentuk dewa Hindu itu (hehe lupa namanya)gara2nya kita nggak tahu kl masuk ke tempat yg ada monyet n nggak ada apa2nya itu bayar!!!! lha wong cm kayak kerangkeng biasa gt.amit2.friends percaya deh dont visit Malaysia.mending ke Thailand beda2 dikit.
nita
August 27, 2009 9:26 amhmm… ndak semua orang Malaysia seburuk itu sih..
saya ketemu dua rekan dari http://www.couchsurfing.com yang sangat welcome sekali dengan kedatangan saya di negara mereka. yang satu ngasih saya nginep gratis di rumahnya selama 2 malam, yan satu sekali ketemu udah seperti sahabat lama aja.
ada baiknya memang kalau mau ke suatu negara yang belum pernah dikunjungi, kita cari tau secara detil dulu, kalau bisa cari teman yang tinggal di sana.
untuk penginapan, kalau mau irit, coba daftar ke http://www.couchsurfing.com. banyak teman di berbagai belahan dunia yang bersedia menampung kita. however, kita juga mesti setidaknya bersedia nemenin temen-temen dari negara lain buat jalan-jalan atau ketemuan kalau mereka mampir ke sini dan ngajak kita 🙂
selama di KL saya cuma mengalami dua kejadian buruk. Diremehin petugas Air Asia di KL Sentral dan diajak kencan sama sekuriti komplek rumah teman saya, karena diangap maid 😀
sisanya oke banget. ketemu ibu2 yang baik banget nemenin saya dari stasiun KLCC ke menara Petronas, dan dia tau saya WNI. ketemu mbak2 penjual pulsa yang sabar banget ngasih saya tips nyari provider yang paling murah, dan meregistrasikan kartu SIM hape saya.
I had quite a blast actually there 🙂
Santy
October 26, 2009 12:02 pmPertama ke Malaysia akhir Agustus 2009 lalu, saya dikerjai oleh agen taxi di LCCT AirAsia.
Kami berlima (2 dewasa + 3 anak umur 8,7 dan 5thn) “diwajibkan” untuk naik taxi sejenis Pregio dengan alasan karena kami berlima, sedangkan taxi biasa hanya boleh memuat 4 orang saja.
Jadilah kami naik itu taxi dan harus membayar RM 200,3 untuk jarak LCCT – Novotel Hotel (di Jl. Kia Peng, downtown).
Keesokan harinya, kami dipanggilkan taxi oleh pihak hotel, (taxinya sejenis Carens) dengan tujuan Sunway Lagoon, tarif yang harus dibayar RM 73.
Anehnya… pas pulang dari Sunway (saya cegat taxi di Sunway Pyramid) dengan tujuan Novotel, tarif taxi hanya RM 23, memang sih jenis taxinya tidak sebagus taxi sebelumnya (taxinya sedan model lama, tapi bersih dan ber-AC), tapi dengan selisih harga yang lumayan, sebal juga…
Pulangnya, saya booking si uncle dari taxi yang terakhir ini dari Novotel ke LCCT hanya kena RM 80.
dian
December 3, 2009 10:33 pmJalan2 ke Malaysia emang bittersweet sih… gw pergi ke malaysia 4 tahun yang lalu, pertama kali keluar negeri, 5 hari disana, KL-Genting-Malaka. kebetulan temen ada yang dikirim training di kantor 3 hari dan nginep di JW Marriot, ya pasti saya dan seorang temen lagi memanfaatkan kesempatan….
beberapa catatan soal negara jiran tsb
1. ga ramaaah, terutama orang melayu n chinesse nya (bukan racist lo ya).nanya jalan ke mereka pake proper english malah ga ngerti, baru pas pake bhs indonesia dijawabnya yang intinya “ga tau” atau “pake taksi aja” (ini jawaban pramugari air asia di KL Sentral, pas kita nanya terminal monorail untuk ke bukit bintang.) Paling ramah jawabnya kalo ditanya itu orang india. ternyata menurut temen orang indonesia yang kerja di malaysia, orang malaysia banyak yang ga tau jalan soalnya mereka jarang jalan2, kalo abis kerja pulang ke rumah. malah orang asing yang lebih suka ngubek2 kota.
2. untungnya karena udah survey bahwa taksi HARUS DITAWAR, makanya aman…
3. sering dipandang rendah, apalagi kalo dekil hehehe. pas hari ke4-5 mau pindah hotel ke dorset di jalan imbi (yang lebih murah cuma selemparan kol*r dari JWM), dipandang rendah juga sama resepsionis dorsett, dipersulit lah pokonya, dibilang baru bisa cek in jam 1, harus bayar lunas, inilah, itulah, pdhl kita udah harus cekout dari marriot n udah mau jalan lagi. ya udah diputuskan kita book kamar deluxe (bukan standard) barang dititip aja buat dimasukin ke kamar pas jam cek in, dan kita keluarin duit lah bayar kontan, langsung kamarnya ready dan bisa dimasukin saat itu juga. dia nanya juga, kita mau pindah dari mana, kita bilang marriot, mukanya skeptis ga percaya, pas barang2 kita dateng n bawa paper bag marriot mukanya langsung merah kuning ijo, secara kita dekil semua :)) (padahal di marriott gratisan tapi kan dia ga tau)
selama disana ga pernah dianggap tkw sih… at least ga pernah di say out loud, indo-malay masi damai soalnya. malah pas sampe airport jakarta, pas lagi ngantri bea cukai disuruh pindah ke antrian tkw sama petugas bandara, galak lagi nyuruhnya… what’s wrong with tkw, ko dapet perlakuannya separti itu, padahal kan nyumbang devisa buat negara.. overall si ga pengen lagi kesana. sori panjang
maharsi
January 17, 2010 11:11 amkalau saya menjadikan KL sbagai tujuan trakhir sepulang perjalanan kami backpacking sing-thai-malay. kami udah gonduk berat setelah di chiangrai diunderestimate sama travel agent dan sedikit disingkirkan dibanding bule2 yg mau tour chiang rai gara2 kami ribut nawar harga, dan saat di chiangmai kami ngrasa kapok pergi kesana lagi.
jadilah saat di KL kami ngrasa ada di tanah sendiri..walopun sebenernya enggak. kami udah ngga ngurusin gmana judesnya mereka dan gmana mereka nganggap kami TKI, yg pnting km udah ga di thailand.
ditambah lagi senengnya krn kami dapat hostel murah-bagus di persimpangan bukit bintang yg aksesnya kmana2 gampang,dkat mcd dan resepsionisnya baik banget.. dia tau kami remaja2 tanggung haus pengalaman yang emang sekilas keliatan kyk tki krn dekil bgt,, tapi dia melayani kami dg sgt baik, malah pas malem2 kami sibuk menggunjing kelakuan bule-bule yg nginep di hostel itu.
ga semua org malaysia nyebelin kok, emg sih sering direndahin, tp yg pnting positive thinking. yg pnting nyari hiburannya aja deh.. walopun masih kalah sama singapore… hahaha
skalian mau tanya, kalo ke KL itu tujuan2 wisata2 bagus yang dekat sama KL apa aja ya? yg bsa ditempuh bis hnya beberapa jam perjalanan?
saya kapok ke genting. wktu balik naik bus blakang sndiri busnya jelek alhasil kami di belakang muntah2..ga lagi deh.. hahaa
maaf panjang.
moonlight
January 17, 2010 10:20 pmsaya dan anak2 saya yg udah teenagers, ngga begitu suka jalan2 ke KL, karena begitu2 aja, boring, ngga beda jauh ama jkt, terus terang lebih enak ke Penang/Batu feringhi/Malaka, lebih menarik daripada KL, tapi kalo ke Singapore/Thailand ngga pernah bosen tuh, selalu enjoy n fun… Kalo di KL, supir taksi mau india/cina/melayu semua sama, jangan mau ketipu, tawar aja lagi kalo terpaksa naik taksi (mereka emang nyebelin, ngga pernah mau pake argo), dan kalo bisa selalu pake monorail dan bus, enak dan nyaman (itu doang kelebihan KL kalo dibanding JKT). Yang saya bener2 ngga suka di Malaysia, wc/toilet-nya kok super duper bau n jorok ya? masa di mall semewah kayak Petronas toiletnya bau banget? saking ngga tahan, lebih baik ke toilet VIP bayar 2ringgit daripada di toilet umum.. apalagi di airport dan daerah2 turis lainnya, dari luar aja udah kecium baunya, ngga ngerti kenapa bau banget!
fara
February 1, 2010 1:28 ami’m from malaysia. once u arrived at LCCT or KLCC, make sure u get the taxi ticket at the authorised counter, so that u will not be cheated by other taxi drivers. Another place to go rather than KL, is either Genting Highland, Langkawi Island and Penang Island. If you want to travel around KL, to be safe, it’s better if u take public transportation such as comuter train (LRT/STAR/COMUTER), faster and the fare is same and fixed. Actually, there’s a lot of budget hotel near Bukit Bintang Road which is actually near to Pudu.
Anna
February 9, 2010 3:07 pmArrrrgghhh terhina skli aq mndgrnya! Mank ga tau diri tu org ‘malay’ pdhal artis2ny pda ngemis2 cri krjaan dsni…hrsny jgn dksih krjaan tu…ckepan artis2 qta 1oox lipat! Aq jg prnh trnst dKL, mank nybelin tuh org sno..udh pnjiplak abis..reog mrk pny lah,kbaya mrk pny lah, btik jg mo d-akui! Skalian aja tsunami&bnjir bandang d-akui..biar tau rasa jg mrk! Ga tau diri…GO iNdOnESia…NO maL*****
dimas
February 10, 2010 9:54 pmi don’t mind going to KL again, love the food and the shopping is pretty nice since it’s cheaper than jakarta, walaupun mall2nya banyakan jakarta dan bagusan jakarta. yang nyebelin sih udah pasti customer servicenya, they rarely say thank you or even smile, dih situ oke?!! plus udah pasti taksinya sangat bermasalah, heran negara yg udah cukup maju koq taxinya masih ngga pake argo!
sebel juga kalo ngomong bahasa inggris dibalesnya bahasa melayu, mana gue ngerti, emang bahasa sampean international, sorry ya ngga minat bgt ngomong pake bahasa melayu!
kesimpulannya adalah, KL is not as good as people say and advertised, but i really miss the airport, pavilion, klcc, nasi lemak and nasi kandar..
Mutia
February 22, 2010 3:50 pmmalaysia oh malaysia… gara2 muak sama habit orang malaysia, kakak saya udah nggak mau ke malaysia lagi. dulu mah bisa sebulan sekali kesana, urusan kerjaan sih tapi ya nyambi main juga. he he
Anita Dwi
March 12, 2010 11:55 amWaahh klo saya sangat bersyukur sekali ketika ke Malaysia sekitar akhir february 2010 kemarin. Alhamdulillah prosesnya lancar sekali ketika menyebrang dari Perbatasan Singapore-Johor Bahru Malaysia sampai KL. Pas di imigrasi Malaysia, temenku yang dah pengalaman, pesen2 banyakin senyum sama petugas imigrasi Malaysia. Trus kita berlima gak ditanya2 tiket pulang. Kebetulan waktu itu petugasnya banyak yang masih muda2, kliatan gaul dan ramah. Walopun aku kebagian petugas ibu2, dia malah nanya ramah, Anita ya?? wuihh dapet angin sejuuuk gt.
Nah, pas di hentian Puduraya kita sih jauh2 hari dah prepare pake google map untuk tahu arah ke hostel kita di Bukit Bintang. Biar gak perlu keluar ongkos mahal gt. Dan satu lagi yang penting dalam acara plesiran irit ala back packer adalah well prepared jauh2 hari, dari tiket PP, hostel, trus tahu panduan dari Lonely planet book or googling cari info sebanyak2nya. Untuk hostel yang bagus dan murah kita dapet dari web hostel booker. Trus hostel kt di KL very recommended, namanya Rain Forest Bed n Breakfast di Jalan Messui 27 Bukit Bintang, KL. Interiornya kaya istana tersembunyi, nyamannn bgt, owner n recepcionistnya sampe OB nya super duper ramahhh…
Luc
March 12, 2010 10:45 pmWoooowww…!!!Gw pikir,gw aja yang dapat perlakuan tidak baik dari imigrasi malaysia,ternyata korban2-nya buuaanyak jg ya…??? kalo yang terjadi pada gw masih segeer bgt niih. Bulan ini(Maret’10)gw certanya mau pergi cari angin muter2 di Johor Bahru ma pacar gw(orang s’pore). gw dapet kejadian hampir serupa dengan korban2 senasib n senegara sebelumnya. Perjalanan ke-1 dan ke-2 gw luancaar nggak ada masalah dengan pihak imigrasi malaysia,tapiii yg ke-3 ini nieeh…sumpah,asli,g bo’ong…gw di riject tanpa alasan yg jelas. Sama seperti kejadian yang lain,gw 3X ditanya dengan 3 orang yg berbeda,yg isi pertanyaan nya sama “tujuan gw datang ke malaysia mau ngapain?” dan 3X pula gw kasih jawaban yg sama,”gw datang untuk liburan”,(hotel sudah di booking on line via internet)trus…gw disuruh turun n dibawa ke kantor pejabat imigrasi. Didalam kantor semua karyawan yg ada didlm kantor melihat gw dngan pandangan jutek n rendah (gillaa….gw ini palancong!!!).Disitu gw ditanya berapa banyak uang yg gw bawa,jadi gw buka aja dompet gw selebar-lebarnya ‘n yg bikin gw tmbh sebel udh gw buka dompet gw,mereka nggak mau lihat isi dompet gw(padahal ada uang SGD dan RM yang sangat cukup bgt buat jln2 n shopping). Gw disuruh balik lagi ke Singapore dengan membawa surat reject yg ditanda tangani langsung oleh atasan imigrasi…lebih menyakitkan lagi mereka nyuruh pacar gw untuk masuk sendiri tanpa gw ke malaysia 🙁 gw tersinggung dooong….!!!! Gw tidak ada catatan kriminal di malaysia,gw bukan teroris n gw bukan kurir narkoba,gw hanya turis yg mau berlibur karena iklannya yg bilang Malaysia Truly Asia…Prpreeettt….!!! Kalo tidak suka orang Indonesia datang liburan di Malaysia,g usah pasang iklan nya di TV lokal Indonesia,cabuut aja!!!Buat apa bikin iklan yg tujuannya mengundang kita datang, tapi hanya untuk dapat perlakuan yg tidak menyenangkan hati dan pikiran seperti ini…Kapok…kapok…kapokkk….!!!!
wewet
March 14, 2010 5:25 pmDikasih gratisan juga gw ogahhhh ke Malayshit!! *Dituker uang aja boleh gak? Hahahaaaaa…
mimi
March 26, 2010 8:15 amhi mas…
gitu deh, saya sering pergi ke spore, tapi gada kepikiran sama sekali untuk mampir ke malaysia….. cuma punya petronas aja suombongg…
jadi ngapaain ke malaysia..ga ada apa apanya juga…
setujuuu??? :p
Mayawati
March 26, 2010 4:06 pmSetujuuuu…. Ini topik udah lama, tp tetap seru buat dikomenin nih…
nia
April 21, 2010 3:00 pmsy br aja baca tulisan ini ^^ telat bgt ya…
mo ikutan komen… dr dl sy gak pengen jalan2 ke malaysia krn denger cerita 2 org temen deket sy pernah dipersulit imigrasi sana. temen yg 1 kesana krn diajak ibu kosnya yg warga negara sana tp krn beda ras jd gak dipercaya mereka pergi bareng. trus temen yg ke 2 kerja di Spore di perusahaan besar semacam BUMN gitu. dia kesana bareng2 rombongan kantor yg pake bis sendiri. temen2 laen 1 bis lancar bgt lwt imigrasi tp temen sy itu ditahan di suatu ruang pake di foto tampak depan, samping kanan kiri segala. kayak kriminal aja… amit2 deh!
nor
May 15, 2010 9:44 pmsaya dari malaysia, emm entahlah kan..maaflah kalau mana-mana yang silap..tapi memang saya akui..saya sendiri pun agak prejudis dengan indonesia tapi masih hormati..kamu juga kena fikirkan rakyat indonesia yang datang disini,bagaimana pulak perangai dia orang, tanya kami..kami gembira ke mereka buat perangai..emmm entahlah..
Leave a Reply