Author page: Trinity

Anthology Posts

Jadi monster pas berhaji

by Nurul Rahmawati*

Nurul (paling kiri) di bus bersama teman2 sekamar

Nggak banyak orang Indonesia yang berangkat haji di usia muda. Padahal, haji adalah totally Ibadah Fisik banget! Bayangin aja, selama Haji, kita kudu ngelakoni Thowaf (muterin bangunan Ka’bah selama 7 putaran), plus sa’i (jalan cepat antara bukit Shofa dan Marwah) juga selama 7 kali.

Bangunan Masjidil Haram yang luas banget itu, juga kudu ditempuh dengan berjalan kaki. Kebayang kalo yang harus ngejabanin itu semua adalah nenek-nenek berusia 70-an tahun, lumayan bikin encok rematik jadi kumat bukan? Syukurlah, saya diberi kesempatan oleh Tuhan untuk berhaji di usia yang masih lumayan “pagi”: 29 tahun. Walaupun bobot bodi saya lumayan bikin ngos-ngosan—berat saya 69 kg dengan tinggi badan 155 cm, tapi, saya kan masih muda banget jadi saya optimis dan super-pede dengan perjalanan Haji pertama saya ini.

Ternyata, di Mekkah, saya kudu nginep di maktab (penginapan) di kawasan Syisya yang berjarak sekitar 6 kilo dari Masjidil Haram. Untungnya, gara-gara lokasi yang cukup jauh, saya dapat cash back dari pemerintah RI senilai 700 reyal. Selain itu, untuk menjangkau Masjidil Haram cukup naik bus Saptco 2 kali, dengan rute: Syisya-Terminal Mahbaz Jin, lalu ganti bus lagi, dengan jurusan Terminal Mahbaz Jin-Masjidil Haram. Busnya gratis pula. Jadi, pemerintah Indonesia menyiapkan sejumlah armada bus dengan rute yang disesuaikan berdasarkan lokasi maktab. Karena maktab saya bernomor 203, maka saya kudu naik bus nomor 2, jurusan Syisya. Nah, di Syisya itu bercokollah ribuan umat manusia yang juga pengin naik bus gratisan dengan destinasi yang sama: Masjidil Haram. Namanya aja bus gratisan, butuh perjuangan ekstra untuk bisa nangkring manis di dalam bus, baik dalam perjalanan dari maktab ke Masjidil Haram, maupun sebaliknya.

continue reading

Thoughts

My #Happy Job!*

Setelah kerja kantoran belasan tahun, saya mulai mikir… Kok kayaknya nggak ada perkembangan yang berarti ya? Kalau kerja di perusahaan yang sama, paling kenaikan gajinya cuma 10% per tahun. Kalau pindah kerja baru deh bisa naik lebih banyak tapi seumur (tua) begini pindah kerja tanggung. Promosi juga kok tak kunjung datang. Sebagai seorang yang sangat hobi jalan-jalan, motivasi terbesar saya…

continue reading

Anthology Posts

Tersesat dalam makanan Korea

by Milka Yeanne*

Desa Seongsan dilihat dari puncak Seongsan Ilchulbong, Jeju

Gara-gara AirAsia buka penerbangan baru di bulan Agustus lalu dengan destinasi ke Seoul, jiwa traveling saya bergetar hebat saat itu juga dan sukseslah saya membooking tiket KL-Incheon pp seharga Rp 750,000 untuk keberangkatan awal Desember 2010. Seperti mimpi saja rasanya bisa mengunjungi Korea Selatan karena bisa dibilang pengetahuan saya tentang Korea selama ini nol besar, alias tidak tahu apa-apa sama sekali. Saya pun bukan penggemar drama serial Korea, sehingga tidak familiar dengan bahasanya, budayanya, makanannya, dll. Maka setiap malam saya habiskan waktu luang untuk survey dan browsing di internet selama 3 bulan sehingga sebelum berangkat saya merasa telah mengenal negara ini 90%.

Setelah saya tiba disana, terkagum-kagum jadinya karena ternyata hampir semua tanda dan petunjuk jalan di Korea disertai dengan bahasa Inggris yang jelas, bahkan di dalam bis umum pun tersedia pengumuman dalam bahasa Inggris, Jepang dan Mandarin untuk setiap halte yang akan dilewati sehingga kita tidak perlu takut kebablasan. Intinya, saya sama sekali tidak mengalami kesulitan saat bepergian kemanapun saat disana, padahal saya hanya menggunakan subway dan bis umum serta berjalan kaki tentunya. Tak pernah saya mengalami yang namanya disorientasi ataupun tersesat, bertanya arah ke orang lokal pun tidak karena banyak orang Korea yang tidak bisa berbahasa Inggris.

continue reading

Travel

Mandi bugil rame-rame

Myojinkan open air bath

Yang saya tahu sebelumnya, onsen adalah mandi ala Jepang. Padahal onsen artinya adalah hot spring atau sumber mata air panas di Jepang yang dialirkan ke tempat pemandian umum. Dengan banyaknya gunung berapi di Jepang, onsen mudah ditemukan di mana-mana, terutama di daerah pedesaan. Untuk buka onsen harus ada lisensi khusus atas 19 kandungan mineralnya dan banyak onsen yang buka 24 jam saking lakunya. Onsen dipercaya dapat menyembuhkan penyakit, seperti sakit persendian, sakit kulit, sampai diabetes. Dulu onsen hanya sekedar tempat mandi umum, tapi sekarang telah menjadi gaya hidup orang Jepang dan sumber pemasukan industri pariwisata.

Pertama kali saya mencoba onsen bersama cewek Jepang bernama Kyoko di sebuah hotel di Takayama jam 10 malam. Teman saya, Riki, via bbm bilang bahwa onsen melarang orang bertato masuk karena takut disangka anggota Yakuza. Lah, udah jauh-jauh ke Jepang masa gara-gara bertato saya nggak bisa nyoba onsen? “Diplester aja!”, usulnya. Lah, mau seberapa banyak plester untuk nutupin? Apa ntar malah keliatan kayak punya penyakit kulit? Saya pun mengaku kepada Kyoko kalo saya punya tato. Dia bilang, “Blagak cuek aja, kan kamu orang asing yang nggak ngerti peraturan.” Saya mengangguk setuju dan berjalan pede masuk ke onsen.

continue reading

Travel

Siapa bilang Jepang mahal banget?

Mount Fuji

Mendengar kata “jalan-jalan di Jepang” rasanya langsung terbayang 1 kata, yaitu “mahal”. Tapi apa benar Jepang semahal itu? Setelah merasakan sendiri jalan-jalan di Jepang, saya berkesimpulan bahwa Jepang tidak semahal yang saya bayangkan. Malah masih lebih murah daripada Eropa. Soal bahasa, ternyata tidak sesulit yang saya bayangkan. Malah jauh lebih sulit ketika saya traveling di China daratan. Orang-orang Jepang itu ramah dan sopan, meski tidak bisa berbahasa Inggris tapi kalau kita bertanya akan diberi tahu dengan detail bahkan kadang diantar.

Anyway, mahal memang relatif, tapi kalau tahu caranya, kita bisa kok menekan budget. Berikut tips jalan-jalan hemat di Jepang secara general (Catatan: 1 Yen = Rp 108, harga di November 2010);

continue reading