By Ariyanto*
Green Bus membawa saya keluar dari Chiang Mai Arcade Bus Station dengan tujuan ke Chiang Rai. Bus yang bagus, nyaman dengan kaca rendah, sehingga pemandangan di luar terekam sempurna. Menghajar wilayah utara Thailand yang berbatasan dengan Myanmar adalah misi saya. Bus cakep ini akan membawa saya ke Mae Sai, wilayah akhir sebelum mengakses kota kecil miskin dan kumuh yang berada di ujung selatan Myanmar, yaitu Tachileik. Bus pun melaju di jalan bebas hambatan yang bagus, halus dengan pemandangan kanan kiri hutan atau perbukitan, serta permukiman penduduk. Saya sengaja berangkat agak pagi, biar bisa puas melakukan tur sehari di Myanmar.
Semua serba lancar sampai kemudian dinginnya AC bus memaksa saya ke toilet di bus. Untung toiletnya bagus dan tidak bau. Bus belum masuk ke Mae Sai, saat saya memulai ritual buang air kecil. Pintu toilet pun saya tutup. Belum juga tetes terakhir, gedoran berulang di pintu membuat saya kaget. Dengan belum membetulkan ulang celana secara sempurna, saya bergegas membuka pintu. Dalam benak saya, mungkin pagi ini ada yang makan cabe terlalu banyak sehingga seperti kalap ingin menggunakan toilet. Perkiraan saya keliru. Di depan saya berdiri laki-laki berseragam hijau, dengan senjata entah jenis apa di tangan kanannya, dan topi ala tentara Jepang namun tanpa penutup telinga. Ekspresi wajahnya datar saja. Dia adalah tentara!