Paralimpiade (disebut juga Paralimpik) merupakan ajang pertandingan olahraga antar penyandang disabilitas yang diadakan setelah Olimpiade empat tahun sekali. Di Tokyo 2020 kemarin ini atlet Indonesia berhasil meraih kesuksesan tertinggi sepanjang sejarah keikutsertaan Paralimpiade, yaitu mendapat 2 emas, 2 perak, dan 4 perunggu – lebih bagus perolehannya daripada Olimpiade lho! Atlet Paralimpiade penyumbang medali pun mendapat bonus uang milyaran dari pemerintah.
Paralimpiade awalnya diprakarsai oleh Sir Ludwig Guttmann, seorang dokter ortopedi dari Inggris yang mengadakan pertandingan olahraga antar veteran Perang Dunia II yang menderita cacat saraf tulang belakang pada 1948. Lama kelamaan gerakan ini didukung oleh negara lain hingga akhirnya diadakan Paralimpiade pertama di Roma pada 1960 yang diikuti 23 negara. Bandingkan perkembangannya dengan Tokyo yang diikuti oleh 162 negara!
Tahukan Anda bahwa ada 1,2 milyar manusia penyandang disabilitas? Ini merupakan 15% dari jumlah seluruh manusia di muka bumi. Disabilitas (sering disebut “cacat”) adalah orang yang dalam jangka waktu lama mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, sensorik, atau kombinasinya. Contohnya orang yang tidak punya tangan, tidak punya kaki, lumpuh, buta, dwarfisme, celebral palsy, autisme, dan lain-lain. Penyebabnya bisa karena genetik, penyakit, maupun kecelakaan.
Sedihnya, penyandang disabilitas itu sering di-bully sejak kecil sehingga banyak yang merasa tidak percaya diri dan tidak berguna. Bahkan di negara berkembang mereka masih sering dikucilkan, ditambah lagi fasilitas disabilitas yang tidak memadai. Di buku The Naked Traveler 8 saya menulis betapa sulitnya saya sebagai difabel untuk berjalan di tempat umum.
Sebagai penyintas disabilitas dan mantan atlet, saya menonton banyak pertandingan di Paralimpiade Tokyo yang inspiratif. Menjadi atlet adalah salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan diri para penyandang disabilitas, apalagi kalau bisa mengharumkan nama bangsa. Tidak perlu muluk-muluk sampai ke Paralimpiade, tapi setiap ajang pertandingan olahraga berskala besar pasti ada versi atlet disabilitas, misalnya Pekan Paralimpiade Nasional atau Peparnas (bersamaan dengan PON) atau Asian Para Games (bersamaan dengan Asian Games), dan kejuaraan lainnya berdasarkan cabang olahraga.
Saya pun jadi belajar tentang bagaimana negara-negara lain meraih kesuksesan Paralimpiade dan merangkumnya sebagai berikut;
- Negara yang menjadi tuan rumah Paralimpiade lebih berusaha membina atlet disabilitasnya.
Contohnya Tiongkok yang secara budaya cenderung mengucilkan penyandang disabilitas. Namun karena menjadi tuan rumah Paralimpiade Beijing 2008, Tiongkok benar-benar mempersiapkan kontingen bertahun-tahun sebelumnya dengan cara mengetuk pintu ke rumah-rumah keluarga yang memiliki anak penyandang disabilitas untuk direkrut menjadi atlet. Soal bagaimana melatihnya kita semua sudah tahu betapa keras sistemnya, tapi di sini saya menekankan pentingnya data kependudukan dan perekrutan.
Contoh lain adalah Inggris yang merupakan tuan rumah Paralimpiade London 2012 dan Brasil yang tuan rumah Paralimpiade Rio 2016. Selain perekrutan, exposure Paralimpiade membuka mata masyarakatnya sehingga menginspirasi para penyandang disabilitas untuk mau mengharumkan nama bangsa dengan berprestasi dalam olahraga. - Di Amerika Serikat ada hukum yang menyatakan persamaan hak penyandang disabilitas, termasuk masuk sekolah umum dan berolahraga bersamaan dengan murid normal.
- Sejumlah negara maju sudah memiliki klub olahraga khusus penyandang disabilitas, bahkan spesifik berdasarkan cabang olahraga. Bahkan ada pusat pelatihan olahraga disabilitas nasional yang didukung oleh para ahli sports science.
- Di Eropa dan Amerika, olahraga penyandang disabilitas diperkenalkan sejak dini. Mereka mendatangi sekolah-sekolah untuk berpromosi dengan cara mengadakan pertandingan olahraga atau mendatangkan atlet disabilitas berprestasi jadi pembicara. Kadang diadakan pula acara sehari penuh di suatu tempat untuk perkenalan olahraga disabilitas.
- Peran orangtua memegang peranan sangat penting bagi kesuksesan atlet disabilitas. Karena merasa kasihan dan bersalah, orangtua ingin anaknya yang disabilitas menjadi mandiri dan memiliki kebanggaan diri. Merekalah yang mengantar anak berlatih dan bertanding. Kalau membaca biografi atlet Paralimpiade, hampir semua atlet mengatakan orangtua adalah sumber inspirasi mereka.
- Peran guru olahraga juga penting untuk mengetahui bakat. Lagi-lagi di negara maju, guru olahraga bisa menyarankan murid disabilitas yang mana yang cocok untuk olahraga apa.
- Peran Lembaga Swadaya Masyarakat untuk menyumbangkan fasilitas bagi penyandang disabilitas. Ntando Mahlangu asal Afrika Selatan diberi kaki palsu oleh salah satu LSM pada usia 11 tahun yang membuatnya bisa berdiri dan berlari. Tiga tahun kemudian dia meraih perak pada Paralimpiade Rio dan pada usia 19 tahun meraih 2 emas di Paralimpiade Tokyo cabor atletik!
- Banyak atlet yang baru menjadi difabel saat dewasa, tapi umumnya peraih medali Paralimpiade adalah yang suka berolahraga bahkan sudah menjadi atlet sebelum difabel. Salah satunya adalah Leani Ratri Oktila, peraih 2 medali emas Indonesia di Paralimpiade Tokyo. Sebelum kecelakaan motor yang menyebabkan satu kakinya lebih pendek, dia merupakan atlet bulu tangkis yang sering berkompetisi dengan orang normal.
- Klub olahraga wajib menerima atlet disabilitas untuk berlatih bersama. Memang tidak bisa semua cabor, tapi minimal bulu tangkis dan renang yang tidak perlu peralatan khusus pasti bisa. Dari situ baru diarahkan untuk ikut pertandingan khusus disabilitas.
- Akses pertandingan olahraga disabilitas yang dapat ditonton oleh semua orang. Tak jarang atlet disabilitas mendapat inspirasinya dari menonton Paralimpiade.
Semoga Indonesia bisa menirunya dan menjadi lebih baik di Paralimpiade selanjutnya!
4 Comments
Jonni
September 17, 2021 10:37 amIndonsia memang keren
peralatanbakery
September 21, 2021 8:47 amsemangat selalu untuk Indonesia 😀
MSI
July 22, 2023 1:26 amsemangat terus
habi yakso
November 16, 2024 6:37 pmBerapa jumlah medali yang diperoleh atlet Indonesia di Paralimpiade Tokyo 2020? visit us Universitas Telkom
Leave a Reply