Ada yang ikut berpartisipasi dalam lomba lari Pertamina Eco Run 2018? Hasil penjualan tiket dari Anda (kalau ikut) dan ribuan pelari lainnya itu dimanfaatkan untuk pelestarian satwa Elang Bondol dan Gajah Sumatera lho! Donasi yang terkumpul lebih dari Rp 1 Miliar itu dibagi dua peruntukkannya: setengah untuk pelestarian Elang Bondol, setengah lagi untuk Gajah Sumatera. Pada 24 Januari 2019, Pertamina pun menyerahkan donasi untuk konservasi Gajah Sumatera kepada Balai Penelitian Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli. Dan saya beruntung jadi salah satu yang diundang untuk melihat konservasi gajah tersebut!
Rasanya baru saja saya kelar melihat harimau India, langsung dilanjut melihat gajah Sumatera. Sebagai pencinta satwa tentu saya senang sekali! Apalagi kunjungan ini bersama teman sendiri @MarischkaPrue yang udah lama nggak jalan bareng. Pagi itu kami pun terbang ke Medan, lalu berkendara menuju TBBM (Terminal Bahan Bakar Minyak) Pertamina di Pematang Siantar. Alasan Pertamina membantu konservasi gajah yang di Aek Nauli adalah karena letaknya dekat dengan TBBM ini sehingga turut memberdayakan masyarakat dan alam sekitarnya.
Konservasi gajah yang dinamai Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC) ini letaknya hampir sejam berkendara dari kota Pematang Siantar ke arah Parapat. Di kanan jalan raya terdapat bangunan bercat putih yang berisi Galeri informasi tentang gajah-gajah ANECC berserta foto-fotonya. Rupanya gajah-gajah di sini memang sudah didomestikasi atau yang sudah dijinakkan di berbagai Pusat Pelatihan Gajah di seluruh Indonesia.
Karena gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) statusnya satwa kritis terancam punah (critically endangered species), maka program domestikasi bermanfaat sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengawetan sumber genetik, peningkatan populasi, dan ekowisata gajah. Saat ini ada sekitar 500 ekor gajah jinak di Pusat Konservasi Gajah di Sumatera, Jawa, dan Bali dari sekitar 1800 ekor populasi gajah di Indonesia.
ANECC merupakan lembaga yang ditunjuk sebagai pemangku Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) dimana di dalamnya terdapat konservasi gajah sumatera. Mereka bekerja sama dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara, Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli, dan Veterinary Society for Sumatran Wildlife Conservation (Vesswic). Jadi memang konservasi gajah resmi pemerintah.
Di seberang Galeri, barulah tempat gajahnya tinggal. Dari gerbangnya kami harus berjalan kaki agak menanjak sekitar 700 meter untuk sampai ke pusat gajah. Di sepanjang jalan setapak yang dikelilingi hutan ini terdapat beberapa plang informasi edukatif mengenai gajah, seperti perbedaan gajah Afrika dan gajah Asia, dan Klasifikasi dan Morfologi Gajah Sumatera.
Lalu kami dipersilakan duduk sambil diperkenalkan kepada para gajah. Datanglah empat ekor gajah bersama para mahout (pawang gajah) masing-masing. Lucunya gajah-gajah itu bernama Luis Figo (berusia 12 tahun), Vini Alvionita (30), Esther Juwita (36), dan Siti (37). Kami pun mendengarkan kuliah tentang gajah dari Pak Ilham, mahout senior. Contohnya kuping gajah yang berisi banyak urat itu berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh gajah makanya sering dikibas-kibas supaya badannya dingin bak AC. Makanya juga kuping gajah Afrika lebih besar daripada gajah Asia karena di Afrika suhunya panas. Saya juga baru tahu bahwa gajah itu giginya hanya ada 4 gigi geraham saja, meski ukuran gerahamnya super besar tapi gajah adalah vegetarian. Sambil menerangkan, satu per satu gajah yang dipanggil “sayang” oleh Pak Ilham itu maju mengibaskan kupingnya atau membuka mulut untuk memperlihatkan giginya.
Gajah jinak ini memang sangat pintar dan menggemaskan. Mereka bisa disuruh berpose ala model, bermain bola, bahkan berhitung. Saya mengetes dengan memberi soal, “Delapan kurang dua sama dengan?” Eh si Esther datang dengan membawa papan bertuliskan angka enam! Saya juga sempat dikalungkan bunga oleh Luis Figo dan diajak salim. Wow, pinternya!
Saya lalu diajak berkeliling konservasi. Sore itu gajahnya sedang mandi. Sayang saya tidak bawa baju ganti karena rasanya pengen ikut nyebur aja mandi sama gajah. Setelah mandi, gajah dikasih makan. Makanannya sebak mobil! Maklum gajah itu sehari makan sebanyak 10% dari berat tubuhnya. Jadi kalau si Siti beratnya 2700 kg, maka dia butuh makan sebanyak 270 kg per hari! Minumnya aja perlu 30-40 liter per hari. Jadi siapa bilang jadi vegetarian itu bisa kurus? #eaaa
Tingkah polah empat gajah pintar tersebut tak lepas dari peran 10 mahout yang sehari-hari mendidik mereka dengan kasih sayang. Mahout bertugas merawat gajah, termasuk menjaga kenyamanan kandang, menjaga kesehatan gajah, dan memonitor reproduksi gajah. Jadi jangan harap Anda datang ke sini untuk menunggangi gajah keliling hutan karena gajah di sini bukan untuk wisata konvensional dan bertujuan komersil.
Dengan donasi Pertamina melalui program CSR Keanekaragaman Hayati ini membantu kekurangan biaya pemeliharan gajah seperti kebutuhan pakan gajah, suplemen gajah, obat-obatan, monitoring, galeri, dan lain lain. Semoga semua ini dapat menciptakan ekosistem alami untuk Gajah Sumatera berkembang biak dan dapat menjadi sarana edukasi.