Apakah benar Jamaika itu isinya orang-orang berambut rasta dan tukang nyimeng semua? Itulah bayangan orang pada umumnya tentang Jamaika. Termasuk saya. Makanya saya seneng banget traveling, karena bisa membuktikan bahwa anggapan umum tentang sesuatu itu cialis 5mg benar atau tidak. Indahnya traveling ya gitu, rasanya seperti ke sekolah tanpa ada guru yang meneror.
Berikut adalah beberapa mitos dan faktanya:
Semua orang berambut rasta
Sering orang menyebut rambut panjang gimbal itu sebagai “rambut rasta”. Padahal rasta itu adalah singkatan dari Rastafari dan itu adalah kepercayaan sebagian orang Jamaika. Dalam bahasa Inggris model rambut gimbal itu disebut dreadlock, bukan rasta. Orang Jamaika menyebutnya dreadlock juga atau natty dread. Kenyataannya, di Jamaika yang berambut gimbal sedikit, bahkan kurang dari setengah dari penduduknya.
Yang berambut gimbal pun umumnya cowok. Rambut gimbal ini milik segala umur, namun tidak semua rambut bisa gimbal. Hanya yang pure dan memiliki rambut kasar dan ngembang yang bisa digimbal. Martin, satpam hostel di Negril, bilang waktu kecil rambutnya berdiri dan besar, makanya rajin dipilin sehingga membentuk dreadlock. Tanpa jenis rambut begitu, seseorang memerlukan wax untuk membentuknya dan setengah mati bikinnya. Kalau Martin sih didiemin aja rambutnya akan begitu terus, rambut yang tumbuh langsung otomatis ikut terpilin. Topi rajut yang besar itu kadang digunakan untuk menutup kepala beserta pilinan rambut yang kalo diuwel-uwel kayak ular. Lucunya, ada tetangga hostel seorang kakek-kakek yang rambutnya putih semua… tapi gimbal! Jadi, dreadlock uban itu eksis, saudara-saudara! Hahaha!
Kembali tentang Rastafari. Kepercayaan ini berasal dari Etiopia yang memiliki nabi yang dipercaya merupakan keturunan langsung dari Raja Salomo dan titisan tuhan, bernama Haile Selassie I, Emperor of Ethiopia yang bertahta tahun 1930–1974. Akar ajarannya diambil dari agama Yahudi dan Kristen, bahkan lebih strict karena mereka adalah vegetarian. Sebagian istilah yang sering kita dengar dalam lagu reggae berasal dari ajaran Rastafari, misalnya “Jah” yang berarti Allah, “Zion” yang berarti Tanah Perjanjian/surga di bumi yang merujuk ke Ethiopia – lawan katanya adalah “Babylon”, dan “Lion of Judah” yang merupakan simbol Rastas.
Bahasa Inggrisnya kacau
Sebenarnya kurang tepat juga. Jamaika memang bekas jajahan Inggris, dengan bahasa resmi pemerintahannya adalah Inggris. Namun bahasa sehari-hari mereka adalah Patois yang merupakan gabungan antara bahasa Afrika dan bahasa Inggris. Pada abad 17 budak-budak dari Afrika Barat dikirim ke Jamaika oleh bangsa Inggris, maka terjadilah percampuran bahasa.
Saya sendiri mengalami kesulitan mengerti pembicaraan mereka karena terdengar seperti nge-rap. Contohnya, “weh yuh live?” artinya “where do you live?” dan “mi luv yuh” artinya “I love you”. Lalu diperparah dengan bahasa slank, contohnya “wah gwaan” artinya “what’s up?” dan “Mi deh leff, lickle more!” artinya “I am leaving, see you later!” Setelah 2 minggu, saya cuma bisa lancar ngomong “Ya, man!” (“man” dibaca seperti “nyaman” dalam bahasa Indonesia) setiap bilang “yes!” dan kalau setuju banget jadinya “Yaaa, man! Yaaaa, man!” Hehehe.
Semua orang Jamaika jago lari, kayak Usain Bolt
Nggak juga. Tapi secara fisik orang Jamaika memang sudah diciptakan Tuhan memilki gen yang menunjang seseorang menjadi pelari. Badannya keras kayak kayu jati dipahat dengan kaki kuat. Tapi ingat, mereka hanya terkenal sebagai pelari sprint. Kalau pelari jarak jauh/marathon rajanya dari Ethiopia karena alamnya memang sulit sehingga endurance-nya lebih tinggi tapi kurang jago sprint. Saya pernah tanya kepada pemilik warung bernama Montell, kenapa mereka jago sprint. “Di sini banyak penjambretan dan perampokan, jadi kita harus bisa lari cepat!” jawabnya sambil terkekeh.
Secara ilmiah, menurut penelitian Professor Errol Morrison, presiden University of Technology, orang Jamaika jago lari karena selain gen ras kulit hitam yang kuat, makanan pokoknya yam (semacam umbi-umbian) dan pisang hijau yang dipercaya memiliki zat mirip steroid dan sumber energi tinggi. Ditambah disiplin dan kerja keras, pantaslah pelari Jamaika berjaya di dunia.
Semua orang nyimeng
Cimeng, cannabis, marijuana, atau ganja adalah sejenis tumbuhan yang dapat memberikan efek relaks, menaikkan mood atau euforia, dan meningkatkan selera makan. Sebagian besar negara di dunia memasukkan cimeng sebagai narkoba makanya ilegal. Meski bagi kaum Rastafaria nyimeng itu merupakan sebagian dari ritual, tapi cimeng di negara ini ilegal baik pemakai, penjual, pendistribusi, maupun penanaman.
Tapi memang cimeng itu ada di mana-mana dan cuek aja. Saya masih ingat begitu mendarat di Jamaika dan keluar bandaranya, bau yang tercium pertama kali adalah bau cimeng! Seterusnya di mana-mana, bahkan di udara terbuka yang tercium ya bau cimeng, padahal orang-orangnya tidak terlihat. Mungkin seperti di Indonesia dimana orang merokok kretek. Bau kretek yang khas itu yang tercium oleh orang asing, termasuk saya. Mendapatkan cimeng mudah dan harganya pun murah. Waktu itu pernah ditawari tukang kebon hostel seplastik kecil dibandrol cuma sekitar Rp 20.000,– Rp 40.000,-, bandingkan di Jakarta dengan harga Rp 50.000,- cuma dapat 3 linting.
— Ini adalah sebagian kecil tulisan di buku terbaru saya, “The Naked Traveler: 1 Year Round-the-World Trip” (#TNTrtw), yang akan terbit September 2014! Pre order (PO) dengan bonus tanda tangan dan kartu pos foto-foto jalan-jalan saya, dapat langsung dipesan ke toko buku online, seperti @mizanstore, @kutukutubuku, @inibuku, @bukabuku, @pengenbuku, @bukukita, @tokobaca, @temanbuku, @parcelbuku, @bookoopedia. Jangan lupa kumpulin struk pembeliannya untuk memenangkan hadiah Nobar Timnas U-19 berlaga di Myanmar bareng saya!