Travel

My gadgets for #TNTrtw

By Trinity

January 28, 2014

Ultrabook Acer, Kamera Lumix, Hape S3, Camcorder Panasonic

Jalan-jalan setahun keliling dunia (#TNTrtw) wajib memikirkan masak-masak bawa gadget apa aja. Masalahnya, hidup literally di jalan dengan modal satu tas berarti nggak boleh bawa barang yang berat. Padahal masih harus bawa lagi charger, power bank, plug adaptor, colokan T. Berikut gadget yang saya bawa:

[] Tablet atau Laptop? Awalnya sempat bimbang, mending bawa tablet atau laptop. Tablet memang sangat praktis dan ringan, tapi buat ngetik nggak nyaman. Kalau dipakein keyboard tambahan, ya sama aja tebelnya. Lalu saya pikir, selama #TNTrtw ini saya traveling sembari kerja menulis, baik untuk blog maupun jadi kontributor di majalah. Oleh karena itu fungsinya lebih banyak ke kerja, bukan untuk entertainment, maka saya memutuskan untuk bawa laptop. Saya bawa Ultrabook merk Acer Aspire S3 karena saat itu merupakan laptop tertipis (13.3 mm) dan ringan (kurang dari 1,4 kg) – penting banget supaya nggak pegel kalo dibawa-bawa setahun. Layar yang gedenya 13.3” dan keyboard-nya luas bikin mata dan jari-jari nyaman kalau kerja, seperti kondisi biasa di rumah.

[] Smartphone Salah satu alasan kenapa saya tidak membawa tablet karena smartphone saya udah cukup banget untuk melakukan seluruh hal yang ada di tablet, hanya saja layarnya lebih kecil. Smartphone yang saya bawa adalah Samsung Galaxy S III GT-I9300. Kamera 8 megapixel dengan kualitas foto yang bagus plus layar 4.8” sehingga nyaman untuk baca dan nonton video, mantap juga untuk mainan social media. Tahun lalu hape tersebut lagi ngetren abis sehingga hape saya sering dilirik orang sehingga bisa jadi pick up line. Ciyee! #modus Saya juga bawa hape Blackberry jenis Pearl yang kecil, utamanya untuk berkomunikasi dengan ibu saya. Maklum, tahun yang lalu Android belum bisa bbm. O ya, saya tidak pernah membeli SIM Card lokal karena dengan bermodalkan WiFi kedua hape saya itu berfungsi dengan baik. Jadi selama setahun saya benar-benar “fakir WiFi”!

[] Kamera Dulu saya penggemar kamera SLR, tapi sejak jadi tukang jalan-jalan, saya lebih memilih bawa pocket camera (kamera saku) karena alasan kepraktisan. Untuk #TNTrtw ini saya mencari kamera yang lebih tahan banting mengingat saya jalannya naik-turun gunung dan masuk-keluar laut. Saya pilih Panasonic karena kamera 12.1 megapixel yang bisa merekam video kualitas full-HD ini waterproof, shockproof dan dustproof! Kerennya lagi, bisa dibawa snorkeling sampai kedalaman air 12 meter, nggak apa-apa kalau jatuh dari ketinggian 2 meter, dan tahan beku sampai -10°C! Kalau saya nyasar entah di mana, kamera ini sudah ada GPS, kompas, altimeter, bahkan barometer. Kurang canggih gimana coba? Apalagi saya yang kemproh begini, sering careless sama barang elektronik.

[] Kamera video (camcorder) Biasanya sih saya nggak pernah memvideokan perjalanan saya, tapi  #TNTrtw ini kan spesial karena ke tempat yang termasuk paling jarang didatangi oleh orang kita. Sama seperti laptop, saya pilih camcorder yang kecil, ringan, namun sudah berkualitas Full-HD (High Definition). Saya pilih karena memenuhi semua syarat itu, ditambah lagi bisa Zoom 50x. Saya akui ini kali pertama punya camcorder, jadinya semua belajar sambil jalan. Sebagian hasil videonya (yang lagi berpose) sudah di-posting di YouTube TheNakedTraveler dengan resolusi yang dikecilkan. Footage lain masih banyak lagi dengan berbagai angle, jadi kalau ada yang tertarik untuk menjadikannya program acara travel, silakan hubungi saya ya? #TeteupPromosi

[] External hard disk Karena tahu bakal banyak banget nyimpen file video, saya diajarin sama @edwardsuhadi untuk selalu bikin back-up. Saya beli dua hard disk, yaitu 1 Tera dan 500 GB. Setiap malam, camcorder di-transfer ke laptop, lalu ke kedua hard disk supaya aman. Pada bulan ke-6 saya beli 1 hard disk lagi di Ekuador.

Sekian lama kemudian…

Pada bulan ke-3, layanan Blackberry saya mati di Chile. Gara-garanya si Yasmin memasukkan SIM Card Chile ke dalam hape saya, dan ternyata layanan BB provider selular saya pun jadi mati.

Pada bulan ke-5, camcorder mulai ngadat di Peru. Tiba-tiba saja moncong lensanya nggak mau masuk! Mungkin karena kemasukan pasir di padang gurun. Setelah dibersihkan dengan seksama sih bener lagi. Anehnya, sejak itu dia suka tiba-tiba ngadat saat sedang di tempat “seram”, seperti di kuburan, gua, dan hutan yang sepi. Setiap dia mogok, bulu kuduk saya berdiri! Boleh percaya atau tidak, camcorder bener lagi ketika kami bilang, “Misi, bang!” lalu kami saling komat-kamit membaca doa. Udah kayak si Kumbang aja bernyawa.

Pada bulan ke-8 di Colombia tiba-tiba aja hape Samsung saya mati seada-adanya! Layarnya gelap aja gitu, nggak bisa dipencet apa-apa. Saya pun sibuk cari Service Center Samsung yang ternyata hanya ada di kota besar. Saya pergi ke Service Center di kota Medellin dan Bogota, mereka sama-sama mengatakan bahwa hape tidak dapat diperbaiki karena dibeli di Indonesia. Duh, nggak bisa lagi baca e-book, dan nggak bisa Instagram! Hikz. Saya pun meminta balik hape Windows yang saya pinjamkan ke Yasmin. Saya baru tahu kalo saat itu Windows nggak punya apps Instagram. Dobel betenya!

Yang sampai pulang masih baik-baik aja adalah kamera Lumix saya. Memang terbukti tahan banting! Ultrabook Acer saya juga baik-baik aja, hanya bantalan karet di dasar laptop udah coplok.

Lesson learned

– Kalau sedang berada di pegunungan setinggi ribuan meter, alat elektronik harus dimatikan saja, terutama smartphone. Manusia aja bisa kena mountain sickness, rupanya gadget pun demikian. – Setahun itu ternyata banyak yang terjadi di dunia per-gadget-an. Barang semakin cepat obsolete. Kecuali hape, semuanya tidak tersedia lagi di pasaran karena sudah ada produk baru yang berjenis sama namun lebih advance. – Jagalah baik-baik gadget Anda. Sebagian besar traveler yang saya temui pernah kecopetan gadget-nya. Saran saya, saat berada di tempat/kendaraan umum, jangan biasakan main hape. Lebih aman meninggalkan gadget di dalam safety box/locker/ransel yang terkunci di hostel. Kalau sedang men-charge gadget, selalu tunggui di dekatnya. – Yang terpenting, enjoy your journey! Jangan terlalu terlalu disibukkan dengan bermain gadget sehingga lupa untuk menikmati pemandangan atau ngobrol dengan real humans. Saya pernah sebulan tidak ada sinyal hape maupun internet sama sekali di Kuba, dan saya tetap hidup kok!