Travel

[Adv] Nikmatnya Menyepi di Bandung

By Trinity

July 23, 2012

Nyebur yuk!

Profesi travel writer terdiri dari dua pekerjaan, yaitu traveling dan writing. Memang keliatannya enak karena kerjaannya jalan-jalaaaan melulu. Tapi ketika jalan-jalannya kelar, maka kami wajib menuliskannya – bahkan sering harus kejar-kejaran dengan deadline.  Saya sendiri sedang dikejar deadline untuk menulis buku “The Naked Traveler 4”. Sampai rasanya sumpek dan pengen pindah nulis ke tempat sepi.

Menyepi memang bisa di mana aja, tapi lebih nikmat lagi kalau di tempat yang udaranya sejuk.  Tadinya saya mau pulang kampung aja ke Sukabumi, tapi jalan ke sananya lagi supermacet. Cara terbaik adalah ke Bandung. Saya dibilang “gila” begitu saya bilang mau menyepi sejenak di sana. Maklum kota itu terkenal dengan ramai dan macet, apalagi pas weekend. Triknya adalah menginap di hotel yang enak sehingga bikin betah dan nggak pengen ke luar ke mana-mana.

Jadilah saya menginap di Sheraton Bandung Hotel & Towers yang terletak di Jl. Juanda No. 390, Dago. Enam tahun yang lalu saya pernah menginap di Sheraton dalam rangka menghadiri pernikahan seorang teman kantor yang juga diadakan di hotel tersebut. Pestanya begitu berkesan karena diadakan pada suatu sore di taman hotel yang masih rindang dikelilingi pepohonan, dan saya yang saltum pakai baju model kemben doang sampe menggigil kedinginan! Saking berkesannya dengan keasrian Sheraton, saya balik lagi deh untuk menyepi di tempat yang rindang dan sejuk ini.

Bobo yuk!

Kali ini saya mengajak teman saya yang sesama penulis buku travel di Bentang Pustaka, Rini Raharjanti, yang lagi sumpek sama kerjaan kantorannya. Surprise, ternyata meski bentuk bangunan Sheraton Bandung tetap sama, namun interior kamar tipe Deluxe Room berbeda sama sekali. Dulu furniturnya serba kayu dengan warna monoton, sekarang lebih modern dengan warna yang segar. Sofa, lampu, lampion, TV flat screen 37” juga baru dengan kualitas yang lebih bagus lagi. Interior kamar mandinya pun senada dengan kamar tidurnya dengan aksen warna hijau toska dan sedikit pink. Saya sih merasa selain relaks, juga memacu kreatifitas. Ditambah lagi sekarang wifi-nya lumayan kencang dan masih nyampe di terasnya yang menghadap taman. Kata seorang staf hotel, Sheraton memang secara regular merenovasi hotelnya setiap beberapa tahun sekali, sehingga hotel tetap baru dan terjaga kualitasnya. Apalagi untuk repeat customer yang tidak pernah bosan karena mendapatkan kamar yang baru.

Sarapan yuk!

Malam-malam saya sama si Rini sengaja ke Feast Restaurant untuk makan burger-nya yang juara kelas. Eits jangan salah, sebagai penggemar burger asli yang patty-nya terbuat dari daging giling olahan sendiri, Sheraton merupakan salah satu yang terenak. Rotinya lembut, isinya padat, dagingnya besar, ditambah lagi kentang gorengnya yang garing… enaaak! Dasar ya wis tue, meski makan burger, minumnya tetap bandrek! Hehe!  O ya, di restoran ini juara keduanya adalah Sop Buntut Balado-nya. Cobain deh! Kalau sarapannya, di hotel bintang lima ya pasti komplit – bebas makan ala prasmanan masakan Asia dan Barat. Jadi memang harus makan pelan-pelan deh biar banyak yang bisa dicoba. Tapi yang paling wajib dicobain adalah susu coklat dinginnya yang enaak banget!

Om Badut & Rini

Salah satu sarapan kami pas jatuh hari Minggu sehingga restoran yang terletak persis di samping kolam renang agak ramai. Rupanya anak-anaknya pada nyebur di kolam, ortunya santai-santai makan di restoran. Eh ada badut yang jalan-jalan sambil menyapa anak-anak. Seorang anak dengan mata membelalak bertanya, “Om Badut rumahnya di mana?” sampe bikin kami ngakak. Kata staf restoran yang bernama Pak Iri (begitu namanya di tag bajunya), weekend memang dipenuhi dengan tamu keluarga sehingga ada badut untuk menghibur, bahkan ada kuda yang bisa disewa di belakang hotel.

Kegiatan lain selain menulis, makan, tidur, sebenernya bisa berenang, tapi Bandung yang dingin begini bikin malas nyebur. Mendingan juga spa mantap di Katineung atau ke Fitness. Karena tidak bawa mobil pribadi, kami memanfaatkan shuttle service gratis dari hotel ke pusat Factory Outlet di Dago pp. Tapi sebenarnya kalau mau naik kendaraan umum juga gampang. Jalan Dago itu cuma lurus doang, dan Sheraton ada di hampir ujungnya. Kami sih santai aja naik angkot dan turun persis di depan hotel, lumayan mengurangi emisi karbon. Kalau nggak pengen ke mana-mana juga nggak apa-apa banget, karena fasilitasnya lengkap. Atau seperti saya mengurung diri di kamar hotel yang baru untuk menulis. Well, doain tulisan saya cepat kelar dan buku TNT4 segera terbit ya?