Travel

[ADV] Liburan di Bandung sama travel writers

By Trinity

November 15, 2011

Kamar di hotel The Papandayan

Apa jadinya kalo sesama travel writers liburan bareng? Sudah lama berteman dan merencanakan, tapi baru tanggal 11-13 November 2011 kemarin bisa diwujudkan. Nggak usah jauh-jauh ke luar negeri, cukup ke Bandung aja. Setelah woro-woro, berhasil lah saya ngajak Rini dan Ariy, serta Ditta dari Bentang Pustaka. Kalo udah ngumpul begini, si Ditta malah ‘memanfaatkan’ liburan kami dengan nyempilin acara Meet & Greet di Gramedia PVJ deh.

Kami semua berangkat sendiri-sendiri untuk berkumpul di Hotel The Papandayan yang terletak di Jl. Gatot Subroto 83, Bandung. Begitu saya bilang akan menginap di Hotel Papandayan, banyak yang komen, “Hah? Bukannya itu hotel lama gitu?” Nah, banyak yang belum tau bahwa Hotel Papandayan yang sudah berdiri 20an tahun itu telah direnovasi selama 2 tahun terakhir, dan April tahun ini resmi menjadi Hotel “The Papandayan” yang termasuk hotel bintang lima dengan 172 kamar.

Tadinya saya pikir hotel bintang lima yang manajemennya bukan dari jaringan hotel luar negeri akan berbeda, tapi ternyata justru kelebihan The Papandayan adalah kelokalannya. Interior kamarnya bergaya klasik yang Indonesia banget dengan menggunakan dominasi kayu, namun furnitur dan barangnya tetap standar bintang lima (toiletries-nya aja merk Molton Brown dari Inggris). Perbedaan lain adalah keramahtamahannya. Hotel ini dimiliki orang Indonesia asli, value yang dianut ya Indonesia banget, jadi semua stafnya ramah dan baik. Meski manajemen lokal, mereka tetap jaga kualitas.

Vertigo bener naik ini!

The Papandayan ini lokasinya hanya 3 menit naik mobil ke Bandung Supermal dan Trans Studio Bandung. Tentunya kami langsung coba dong! Kali ini saya ngajak teman-teman lain, yaitu Deni dan Danti, karena Rini dan Ditta belum datang. Ternyata dibanding Trans Studio Makassar, yang di Bandung ini lebih luas dengan jenis permainan yang lebih ekstrim. Empat favorit saya adalah: Yamaha Racing Coaster (roller coaster tercepat di dunia dengan manuver gerakan mundur!), Vertigo (kincir raksasa yang berputar 360° di ketinggian), Giant Swing (ayunan tinggi dan berputar), dan Negeri Raksasa (kita dijatuhin dari puncak menara) – keempatnya ‘serem’ banget sampe jantung rasanya mau copot dan dengkul ngilu! Eh, turun-turun si Danti sampe pipinya penuh ludah karena mulutnya ngowoh sepanjang permainan dan Ariy sampe keleyengan mau muntah loh! ?

Malam hari sampai pagi kami kumpul-kumpul di kamar Executive Suite ini karena ruangannya besaar. Dasar travel writers yang aktif di social media, kami duduknya berjauhan (saya di meja kerja, Rini di sofa depan TV, Ariy di tempat tidur) sambil buka komputer masing-masing karena Wi-Fi hotel kenceng. Kami malah ngerumpi via chat dan twitter, meski duduk berjarak beberapa meter aja. Mau ke toilet nggak berebutan karena 1 kamar ada 2 kamar mandi. Begitu lapar, kami menyantap aneka dessert nikmat yang disediakan di meja dan menyeduh teh/kopi di teko listrik. Belum puas juga, sesekali kami ke luar kamar karena lantai 5 ini adalah Executive Floor yang memiliki resepsionis dan ruang makan sendiri. Mantab bener!

Yang paling oke, makanan yang tersedia di Pago Restaurant yang didominasi oleh makanan Indonesia banget sehingga berasa homey, meski ada juga stall makanan Jepang, Cina, India dan Eropa. Jadi selain saya bisa menyikat sashimi salmon dan dim sum sepuasnya, bisa makan juga gepuk, semur tahu, gurame goreng, bahkan bubur kacang ijo. Breakfast (yang sudah termasuk paket menginap) dan lunch buffet ini variasinya tetap banyak dan enak-enak. Saya tentu makan yang paling banyak dan lengkap mulai dari makanan pembuka sampai penutup. Rini irit banget makannya karena dia cuma makan ayam dan ikan. Ariy sistemnya langsung makan main course dan langsung kenyang. Ditta ini penyikat karbohirat alias doyan nasi, kentang, roti, dengan lauk sedikit. Kesamaan kami semua adalah doyan makan es krim. Apalagi es krim di The Papandayan ini home made jadi enaknya nggak ketulungan! Coba deh yang rasa Chocolate Chip dan Kopyor, pasti ketagihan! Sedangkan untuk dinner, kami memilih menu a la carte. Yang paling enak adalah Buntut Bakar (Grilled Oxtail). Udah porsinya gede, rasanya enak banget, plus sambalnya nendang!

Setelah sukses dengan acara Meet & Greet di PVJ rame-rame sekalian sama Mantos, acara di Bandung tentunya ke FO dong. Psst, jarang-jarang kami belanja baju loh, tapi kali ini kami beralasan “saatnya menghadiahi diri sendiri”. Catat, kami sama sekali tidak membeli oleh-oleh apapun untuk orang rumah. Hehe! Setelah susah payah cari ukuran gede, saya dapat juga 3 potong blus rapih yang modelnya klasik. Rini tentu dengan baju kantornya, Ditta dengan baju gaya Korea, dan Ariy yang nggak belanja apa-apa. Malam hari kami makan di daerah Dago atas sambil menikmati sejuknya Bandung. Jam 10 malam saya malah lanjut meeting sama bos-bos Bentang Pustaka di Mirten Lounge sambil minum bandrek.

Edelweiss Spa

Hari terakhir, rencananya kami mau berenang di Hurubatu Pool yang keren berlatar belakang pegunungan, tapi karena bangun siang dan keenakan bolak-balik makan di breakfast buffet jadilah batal. Sebenarnya ada fitness juga, tapi lebih enak liburan gini menikmati spa! Cocok, di The Papandayan ada Edelweiss Spa. Kamar spa-nya keren, spa therapist-nya profesional. Kami pun termerem-melek dipijat! Belum puas juga, kami berendam di whirlpool air panas dan keluar masuk sauna dan steam room – sambil teriak-teriak menonton pertandingan bulutangkis tim Indonesia di SEA Games melalui TV layar lebar yang tersedia di ruangan spa! Ya, biar bagaimanapun kami tetap cinta Indonesia!