by: Hairun Fahrudin*
Suatu pagi di akhir pekan, saya ditemani Paolo, seorang kawan yang berkampung halaman di Filipina, mendatangi Safa Park tempat digelarnya pasar loak. Meski hanya pasar loak, nama resminya lumayan keren, yakni Dubai Flea Market. Itu adalah kali pertama saya mengunjunginya. Terus terang, saya tidak terlalu berminat membeli barang bekas. Namun, setelah mendengar cerita seru tentang kemeriahan pasar loak ini, saya jadi tertarik mengunjunginya.
Safa Park adalah semacam Central Park-nya Dubai. Lokasinya tepat berada di pusat kota Dubai yang sangat modern itu. Meskipun beriklim padang pasir, Dubai memiliki banyak taman-taman hijau nan ribun bak kebun raya. Taman-taman kota seperti Safa Park ini kerap digunakan warga untuk berpiknik sambil memanggang barberque, atau tempat menggelar event seperti Dubai Flea Market.
Waktu masih jam tujuh pagi, namun antrian di depan pintu masuk Safa park sudah mengular. Safa Park yang biasanya sepi mendadak meriah dengan kehadiran ratusan pengunjung. Suasananya benar-benar seperti miniatur dunia. Segala bangsa dan ras berkumpul di sana hanya untuk berburu barang loak! Para penjual yang sebenarnya pedagang kagetan itu nampak lalu lalang mengangkut barang dagangan dari bagasi mobil mereka ke lokasi pasar loak digelar. Meskipun hanya berdagang barang-barang bekas, tapi alamak, kendaraan yang dipakai mereka kebanyakan bermerek kelas atas. Koper dan tas berisi barang-barang bekas dikeluarkan dari bagasi mobil Jaguar, BMW, Mercedez Benz dan yang setaraf itu. Bahkan ada yang membawa mobil sport seperti Ferrari dan Porsche.
Dubai Flea Market digelar tiga minggu sekali setiap hari Sabtu. Pada musim panas, sekitar Juni sampai September, lokasinya tidak di Safa Park, tapi digelar berpindah-pindah dalam ruangan tertutup. Maklum, musim panas di Dubai bukan main menyengat, bisa mencapai 45 derajat celcius di siang hari. Salah satu tempat yang dipilih untuk Dubai Flea Market di musim panas adalah ballroom hotel Ritz Carlton di kawasan prestisius Sheikh Zayed Road. Pasar loak digelar di ballroom hotel berbintang lima? Apa tidak salah tempat? Jangan heran, ini Dubai, bung!
Saking hobinya berdagang barang bekas, warga Dubai tak hanya memiliki satu pasar loak saja. Selain Dubai Flea Market di Safa Park, ada Mirdiff Flea Market yang khusus menjual barang-barang seni dan Jumeirah Flea Market yang hanya menjual baju-baju bekas keluaran desainer kelas dunia. Asal tahu saja, Mirdiff dan Jumeirah merupakan kawasan hunian eksklusif dan bukan orang sembarangan yang tinggal di sana.
Tepat pukul delapan pagi, pintu masuk Safa Park akhirnya dibuka. Ada jarak sekitar 300 meter dari pintu masuk ke lokasi Dubai Flea Market digelar. Tak sedikit yang berlari-lari menuju ke lokasi, seolah-olah takut barang yang diincar dibeli orang lain lebih dulu. Saya dan Paolo ikut-ikutan panas, kami turut berlari di atas rerumputan hijau Safa Park sampai mandi keringat. Benar-benar pasar loak yang heboh!
Ternyata Dubai Flea Market adalah sebenar-benarnya pasar loak, menjual barang bekas dengan harga murah-meriah. Hampir semua pernak-pernik yang kita pikirkan dijual di sana. Mulai dari perlengkapan dapur, mainan anak, barang pecah belah, furniture, baju, aksesoris, elektronik, komputer, perlengkapan olahraga sampai alat musik. Namun, barang yang paling diincar biasanya buku dan DVD bekas. Harganya tentu saja jauh lebih murah dibanding membeli yang baru.
Dibanding Mirdiff atau Jumeirah Flea Market, Dubai Flea Market di Safa Park lebih terkenal dan pengunjungnya paling banyak. Ini seperti pasar kaget saja, barang-barang ditata seadanya di atas meja atau ditumpuk begitu saja di atas rumput. Sebagian pedagang ada yang berteriak-teriak untuk menarik pengunjung. Ada juga yang berpakaian seperti badut serta memainkan alat musik untuk mencuri perhatian pengunjung. Benar-benar meriah!
Ketika kami sudah sampai di arena pasar loak, Paolo teman saya langsung mencari stand yang menjual aksesoris dari perak. Saat menemukan kalung perak yang diidamkannya, Paolo menawar harga sambil memasang wajah culunnya, “Pleaseeee, I wanna give it to my girlfriend”, rayunya. Dasar jago ngibul, Paolo sebenarnya tidak punya pacar dan kalung itu akan dipakainya sendiri. Tapi, begitu rupanya trik untuk menawar di Dubai Flea Market. Pedagangnya, seorang perempuan bule muda itu akhirnya luluh. “Oh, you’re so cute”, balasnya dengan nada yang tak kalah manja. Huh, drama antar rasial yang benar-benar tidak menarik, guman saya dalam hati. Kalung perak itu akhirnya berpindah tangan dengan harga 10 dirham (sekitar 24 ribu rupiah).
Lalu tibalah giliran saya. Mata ini mencari-cari, kira-kira apa yang bisa dibeli di pasar loak ini. Perhatian saya kemudian tertuju pada tumpukan celana jeans yang dihamparkan begitu saja di atas rumput. Mata saya hampir terbelakak ketika tahu semua celana jeans itu bermerek Levi’s. Kondisinya hampir seperti baru, bahkan ada yang masih tertempel label harga. Artinya, celana jeans itu belum pernah dipakai pemiliknya. Entahlah, apa yang ada di benak pemiliknya hingga memutuskan menjualnya. Saya kemudian langsung menyambar dua potong celana jeans dan membayarnya tanpa menawar lagi. Ukurannya benar-benar pas dan yang penting tak ada yang menyangka kalau celana itu dibeli di pasar loak! Saya membayar 30 dirham (sekitar 70 ribu rupiah lebih) untuk tiap potong celana jeans merek Levi’s asli itu.
Sejak itu, saya menjadi pengunjung setia Dubai Flea Market. Ini adalah cara paling mudah untuk menghemat uang sekaligus bersikap ramah lingkungan. Jadi, kenapa harus gengsi memakai barang loak?
— *Hairun Fahrudin, mantan TKI yang kini menulis buku traveling. Tulisannya yang lain bisa dibaca di easybackpacking.blogspot.com