Baru-baru ini saya harus ke Surabaya untuk menghadiri sebuah meeting penting. Maka dimulailah perburuan tiket pesawat melalui internet. Hari gini saya jarang beli tiket melalui travel agent. Jakarta yang muacet begini mana sempat untuk wara-wiri cari tiket. Lagian pekerjaan saya kan di depan komputer sehingga lebih nyaman melakukan segalanya melalui internet. Sayangnya situs pembelian tiket online perusahaan penerbangan domestik hanya beberapa saja yang reliable.
Lagi browsing, mata saya tertuju pada situs berwarna pink beralamat citilink.co.id. Surprise, ternyata itu adalah Citilink! Tadinya saya pikir Citilink sudah berhenti beroperasi karena nggak pernah kedengeran lagi. Duh, ketinggalan jaman banget saya, ternyata Citilink masih eksis. Saya ingat sembilan tahun yang lalu, Citilink merupakan salah satu pelopor low cost airline di Indonesia. Pesawatnya dicat warna-warni dekoratif, berbeda banget dengan pesawat-pesawat lainnya yang berkesan kaku dan formil saat itu. Saya juga ingat pramugari Citilink dulu satu-satunya yang berseragam wearpack ketat berwarna ngejreng yang didesain oleh perancang busana terkenal.
Balik ke rencana awal, meeting saya ini superduper penting. Saya akan presentasi di depan sejumlah pimpinan perusahaan untuk sebuah proyek. Kalau gol, duitnya lumayan untuk jalan-jalan. Tentu saya tidak mungkin telat. Tapi akhir-akhir ini, pesawat sering banget delay. Alasannya pun nyebelin, “Maaf, pesawat ini mengalami keterlambatan karena terlambatnya kedatangan pesawat dari kota lain”. Lha, itu sih bukan alasan! Sepertinya karena naik low cost airline, kita sebagai penumpang dipaksa maklum kalau telat. Soal kecelakaan pesawat sih amit-amit ya. Tapi kalau insiden yang dikarenakan perawatan pesawat yang nggak bener kan ngeri juga. Harga Citilink memang tidak paling murah dibanding low cost airline lainnya, tapi pada saat itu prioritas saya adalah keamanan dan ketepatan waktu. Sebagai anak perusahaan Garuda Indonesia, tentunya Citilink akan diperlakukan sama dalam hal safety, security dan reliability. Meski beda segmen, perawatan pesawat Citilink pasti pakai fasilitas dan standar Garuda.
Maka saya pun segera memproses pembelian tiket Citilink yang berkonsep ‘bayar seperlunya’. Tipikal low cost airlines yang hanya menyediakan harga dasar dan harus membayar ekstra untuk jasa tertentu. Untungnya tidak ada tambahan biaya untuk bagasi sampai 20 kg. Bayarnya selain pakai kartu kredit, bisa pakai debit BCA – langsung secara online. Saya print tiketnya, wah kode pesawatnya pun “GA XXX” alias berkode penerbangan Garuda. Gaya banget kan? Rupanya Citilink menempati Terminal 1C di Bandara Soekarno-Hatta. Ini lah kelebihannya. Saya tidak perlu berdesak-desakan seperti penerbangan domestik lainnya yang berada di Terminal 1A dan 1B yang juga dipenuhi calo dan tukang jualan parfum. Dasar Citilink anak perusahaannya Garuda, standar keamanannya pun tinggi. Contohnya perhatiin deh, cuma Garuda yang memeriksa KTP dua kali. Satu kali pas check-in, satu kali lagi sebelum boarding. Citilink pun menerapkan hal yang sama.
Memasuki pesawatnya, saya disambut oleh para pramugari yang berseragam polo shirt merah, celana pendek coklat, dan sepatu kets putih. Uhuy, otak saya yang penuh pikiran bisnis jadi merasa santai karena berasa liburan! Berbeda dengan ‘kakak’-nya Garuda, pramugari Citilink muda-muda dan ceria lho! Saya duduk di pesawat jenis Boeing 737 dengan jok kulit berwarna biru dongker. Saya salut sama pramugarinya yang berani menegur para penumpang yang masih main handphone, juga menerangkan cara penyelamatan penumpang yang duduk di deretan emergency window dengan suara tegas.
Yang paling saya acungkan jempol adalah ketepatan waktunya Citilink. Persis pada jam keberangkatan yang tertulis di tiket, pesawatnya jalan! Saya pun hepi bukan kepalang. Jarang-jarang pesawat low cost yang on time bukan? Singkat kata, meeting saya berjalan dengan lancar. Saya pun masih sempat jalan-jalan ke Madura, nyobain jembatan Suramadu yang terpanjang di Indonesia. Mengunjungi Masjid Cheng Ho yang berasitektur khas paduan Cina dan Arab. Tak lupa beli oleh-oleh khas Surabaya seperti aneka kerupuk dan bandeng asap. Kalau pesawat nggak on time, mana sempat saya nambah jalan-jalan.
Terus terang, pulangnya saya masih pesimis dengan ketepatan waktu Citilink karena saya naik pesawat terakhir yang berangkat malam pula. Saya pun santai aja nongkrong di sebuah coffee shop Bandara Juanda. Lagi asik-asiknya ngobrol, tau-tau saya mendengar announcement melalui pengeras suara bahwa penumpang dipersilakan masuk pesawat. Saya lihat arloji, hah, tepat jam 18.00 atau 20 menit sebelum terbang. Saya pun berlari kencang, naik bus, naik pesawat, dan lagi-lagi tepat jam 18.20 pesawatnya jalan. Heibat, on time lagi!
FYI, per tanggal 15 Maret 2010, Citilink buka jalur penerbangan langsung Jakarta-Medan-Jakarta.
—- Catatan: Mulai 2010, blog ini ada tulisan advertorial – yang ditandai [Adv] sebelum judul tulisan, yaitu informasi mengenai produk dan jasa yang berhubungan dengan traveling dan blogging.