El Nido dulu dan sekarang

El Nido dulu dan sekarang

Sebagai delegasi ASEAN Tourism Forum 2016, kami diberi kesempatan untuk ikut post-tour ke salah satu dari 10 destinasi wisata di Filipina dengan hanya membayar USD 150 all in untuk paket 4 hari 3 malam. Lucunya, saya sudah pernah ke 10 destinasi tersebut saking doyannya traveling di Filipina. Maka saya pun memilih untuk ke El Nido karena grupnya kecil, hanya 15 orang khusus media – di destinasi lain grupnya 40-60 orang dan bercampur dengan para buyers dan sellers. Selain itu, itinerary-nya “gue banget”, hanya island hopping dan berenang. Yang jelas kalau paketnya dihitung, value El Nido paling mahal dibanding ke-9 destinasi lainnya.

Pertama kali saya ke El Nido pada 2004 bekpekingan bareng si Nina dan Jade. Kami menginap di losmen busuk di El Nido Town dan patungan nyewa kapal untuk island hopping bareng Christian asal Australia. Nggak nyangka 12 tahun kemudian saya kembali dengan gaya luxury bersama para jurnalis internasional!

Saya baru tahu bahwa sekarang sudah ada direct flight langsung dari Manila yang hanya sejam, jadi nggak usah terbang ke Puerto Princesa dan naik jeepney 6 jam lagi. Mendarat di El Nido Airport pun sudah tidak ada becak (tricycle) lagi yang berbagi runway dengan pesawat, sekarang berganti dengan jeepney. Bangunan bandara sekarang sudah bukan garasi lagi, tapi 2 rumah besar meski tetap terbuat dari kayu dan non-AC, sayangnya hammock sudah tidak ada karena berganti dengan bangku permanen.

Kami menginap di Lagen Island Resort yang terletak di ujung Pulau Lagen yang dipenuhi hutan lebat dan diapit tebing limestone, sekitar 45 menit naik kapal dari El Nido yang terletak di mainland Pulau Palawan bagian utara. Hotel ini sangat eco friendly. Begitu nyampe kami langsung di-briefing tentang pelestarian alam. Kami diberi brosur berisi aneka satwa yang dapat ditemui di sekitar El Nido. Setiap tamu wajib mengisi dan memberi tanda satwa apa yang ditemui, tanggal dan lokasinya, agar satwa tersebut tetap terpantau. Kami juga diberi kantong khusus untuk tempat sampah, baik sampah sendiri maupun sampah orang lain. Di kamar dikasih minum air putih cuman sebotol, sisanya harus refill sendiri untuk meminimalisasi sampah plastik. Karena letaknya yang nyempil, saya bertanya apakah ada sumur air tawar. Ternyata mereka menyuling air dari laut. Pembuangannya pun telah melalui proses waste management yang baik.

Almost sunset in Lagen Island
Almost sunset in Lagen Island

Setiap hari kalo nggak leyeh-leyeh di resort, kami island hopping ke sebagian pulau dari 45 pulau yang ada di Bacuit Bay dipandu oleh guide bernama Marlon. Kami kayaking di Small Lagoon dan Big Lagoon di labyrinth tebing-tebing limestone, snorkeling di Bayog Beach dan Miniloc Island bersama schooling ikan giant trevally, caving di Codognon Cave, hiking di Snake Island, serta makan siang dan berenang di Entalula Island dan Dibuluan Island. Kepulauan El Nido memang mirip dengan Raja Ampat dengan skala yang lebih kecil, maka tak heran ia disebut sebagai “the best beach and island destination in the Philippines”.

Entalula Island
Entalula Island

Apa perbedaannya kawasan itu sekarang dan 12 tahun yang lalu? Bisa dikatakan tidak ada. Semuanya tetap tampak sama. Pemandangannya tetap spektakuler, terumbu karangnya tetap sehat, ikannya tetap banyak, pantai-pantainya tetap bersih tanpa sampah. Yang berbeda adalah pantai favorit saya di Entalula Island. Dulu hanyalah pulau tak berpenghuni, sekarang sudah ada satu restoran – itu pun dibuat eco friendly jadi tidak mengganggu pemandangan dan kebersihan. Peraturan keselamatan transportasi laut Filipina pun tetap ditegakkan – setiap penumpang kapal, sebusuk apapun kapalnya, tetap wajib mengenakan life jacket. Ah, sangat salut!

Yang paling berbeda hanyalah El Nido Town. Meski pemandangan ke arah laut tetap kece, namun sekarang jauh lebih rame, sudah banyak mobil, toko, hotel , restoran, bar. Saya masih ingat dulu di sana hanyalah desa nelayan kecil, penginapan kebanyakan model losmen atau homestay yang menyatu dengan rumah pemilik, restoran cuman ada beberapa – itupun kami sering dipelototin pemuda desa karena kami disangka cewek Pinay asal Manila yang sombong karena hanya ngomong bahasa Inggris. Saking kecilnya, semua kenal semua orang, terutama sesama turis. Tiap malam karena tidak ada hiburan dan sinyal telepon, sesama turis saling jemput dan nongkrong di suatu tempat untuk berpesta.

Dari trip ini, ada cerita menarik. Rombongan jurnalis terdiri dari 3 orang Rusia, 3 orang Turki, 2 orang Polandia, 1 orang Portugal, 1 Belgia, 1 Tiongkok, saya sendirian orang Indonesia, dan 2 orang panitia Filipina dari travel agent Intas dan Tourism Promotions Board. Saking parnonya pemerintah Filipina, rombongan kami dikawal oleh 2 orang polisi! Terus terang rombongan ini adalah rombongan media yang paling aneh. Semuanya takut matahari, termasuk bule-bule. Parahnya, semua saling ngegeng sehingga jarang terjadi percakapan di antara kami kecuali basa-basi, mungkin karena bahasa Inggris mereka yang kacau. Padahal kami makan selalu semeja, tapi mereka memisahkan diri aja gitu.

Jadilah saya ngegeng dengan kakek-kakek Portugal berusia 70 tahun bernama Salvador. Di antara rombongan, dia jurnalis paling profesional – selalu merekam dengan camcorder, memotret, dan mencatat. Meski paling tua, si kakek sangat asik diajak ngobrol, pintar, berbahasa Inggris dan Spanyol lancar, doyan berjemur dan berenang kayak saya. Badannya masih sangat fit, ingatannya masih tajam. Keren aja gitu saat dia bercerita, “50 tahun yang lalu saya ikut perang di Angola”, atau “40 tahun yang lalu saya ke Beijing, orang masih naik sepeda”. Lucunya, memori jangka pendek malah terganggu. Bisa-bisanya lagi posting foto di Facebook, dia bertanya, “Sekarang ini kita lagi di negara apa?” Hehehe!

Malam terakhir saya dan kakek menonton video hasil buatannya di camcorder-nya yang juga berfungsi sebagai projector. Angle-nya menarik, kualitas bagus, bak film dokumenter perjalanan di TV. Saya pun bertanya, “Elo setua gini emang nggak capek ya traveling mulu, apalagi terbang jauh di economy class?” Si kakek menjawab, “If I don’t travel, I’d die.”

35 Comments

  • mswynnz
    February 25, 2016 5:06 pm

    Thank you buat cerita traveling-nya yang selalu menarik, kak!

  • dianeato
    February 25, 2016 9:08 pm

    if i don’t travel i die.- Busett!! udh bau tanah tapi masih aja jalan – jalan. Salutaa!!
    Mba tu kenape bule – bulenya takut kena matahari ? wedeehh lain juga yah tu bule.

  • RinRin
    February 26, 2016 10:59 am

    kereeeeen Miss T, I adore You !!! Gara-gara baca buku The Naked Traveler gw jd doyan jalan2, dan blusukan meskipun masih daerah2 sekitan tempat domisili gw sekarang.

  • Putu Juitama Wirata
    February 26, 2016 12:06 pm

    Kak untung ketemu orang Portugal, umumnya orang Portugal itu memang orang bule yang paling hangat, ramah, murah senyum dan passionate…bareng sama Spanyol! dan biasanya nggak rasis sama orang Asia! karena moyang mereka adalah penjelajah dunia dan banyak yng kawin mawin dengan orang asing dengan orang Indonesia juga! terutama Indonesia timur.

  • Paket Dieng
    February 26, 2016 5:34 pm

    Hebat tuh si kakek-kakek dari Purtugal. Jadi ingin nerusin misinya “If I don’t travel, I’d die.”.

  • Iqbal Rois
    February 26, 2016 9:14 pm

    Ritme tulisannya keren mbak T! Endingnya menggigit. 😀

    Sbg follower blog ini, saya puas.

    #apasih 😀

  • Anonymous
    February 27, 2016 6:52 am

    Semoga tempat2 wisata di Indonesia, seperti Raja Ampat etc .. dikelola dgn baik dan ramah lingkungan juga ya … Sayang nya banyak orang yg masih buang sampah ke laut …

  • dodo
    February 27, 2016 2:14 pm

    Selalu senang membaca blog mba T

    • Irfan
      February 29, 2016 12:15 pm

      Setuju!

  • livesnaturals
    February 27, 2016 9:22 pm

    mirip di luar negeri ya..ternyata indonesia ga kalah sama luar negeri sana..makasih infonya kawan.

  • Ktut Sukarno
    February 29, 2016 2:21 pm

    Si Salvador yg bukan Dali aja msh punya semangat hebat, berarti saya yg hampir 70 th msh pantes jalan2 ya ,, trims sdh berbagi

  • takcemas
    February 29, 2016 4:19 pm

    yah jauh di filiphina sana , ongkos nya berat

  • Reni Susanti
    March 1, 2016 4:42 pm

    Saya rasa Mba T misinya juga sama dgn si kakek, “If I don’t travel, I’d die.”
    Semangat terus ya untuk sebarkan virus travelling…

  • Kharis A. Arief
    March 1, 2016 6:24 pm

    Mba Trinity, boleh tau account sosmed milik si Kakek gak? Dan apa judul acara beliau di Tv? Semakin penasaran deh sama karyanya. Makasi

  • Navia Izzati
    March 2, 2016 1:31 pm

    Wuihhh si Kakek Portugal keren euy!

  • Olive
    March 4, 2016 11:02 pm

    Udah ada pesawat ke El Nido? Wah!

    http://www.olivelatuputty.com/blog

  • Roda dan Roti
    March 6, 2016 9:20 pm

    Suka banget dengan kalimat terakhir

  • Anonymous
    March 8, 2016 9:09 am

    mantappp bangett tu kakek sqalvador 😉

  • LxiA
    March 8, 2016 10:31 am

    Salut sama kakeknya 😀 Lagi-lagi, nggak kecewa dengan tulisan mbak T di Blognya 🙂

  • WilliamLesi
    March 9, 2016 4:08 am

    mantap banget ceritanya mba

  • Fatmawati
    March 10, 2016 3:07 am

    Jadi pengen kembali ke Elnido lagi, dulu pas ke sana tahun 2012 pas musim hujan.jadi sering kabut dan tetap maksa island hopping walopun laut berombak. Terimakasih utk tulisannya yg menyemangati untuk kembali ke tujuan wisata yang sudah pernah dikunjungi 😉

  • Risky Annisa Nurwandani
    March 13, 2016 7:29 pm

    Waaah mantap banget duh kakek, mau dong diadopsi jadi cucunya 😀
    btw, nice story mbak, as always

  • Anita Dwi Mulyati
    March 13, 2016 10:38 pm

    Ehmmm..perasaan gw sama kayak Kakek Salvador..hampa banget idup klo gak ada rencana next trip 😀

  • ziyaziyara
    March 15, 2016 10:36 am

    mau kesana donkkk

  • rnkmbl
    March 15, 2016 8:58 pm

    wishlist 2016 nih El Nido!

  • kamelia
    March 16, 2016 11:29 am

    “If I don’t travel, I’d die” geez it gave me chill

  • Blog vico
    March 18, 2016 6:10 pm

    Wah ternyata di philipine menyimpan pesona juga yah,harus kesana nih,makasih udah berbagi…

  • Hafidz
    March 18, 2016 7:29 pm

    Mbak Trinity kapan main ke Tanjungpinang ? Nginep Di rumah kami. Ntar kita jalan ke Pantai Lagoi. Trus nikmati seafood Kepulauan Riau. Kalo berkenan sy antar ke Dinas Pariwisata Kepri untuk kasih masukan

  • Inewbiee
    March 20, 2016 8:30 pm

    Fotonya indah banget mbak, jadi mupeng..
    sayang gak bisa puas lihatnya, gambarnya kurang gede. 🙂

  • alfatih.prince21
    March 21, 2016 7:14 am

    keren juga ya filipina,, nggak kalah ama bali.. 😀
    Jenis Pempek Palembang

  • indobanged Traveling
    March 21, 2016 3:20 pm

    Penasaran sama aki-aki tersebut, fotonya mana?

  • Muhammad Arief
    March 23, 2016 1:04 pm

    wisata indonesia banyak yang bagus, hanya tidak terexpose media

    Mau Printer Gratis? klik http://www.sewaprinterjakarta.com

  • darah tinggi
    May 4, 2016 3:21 pm

    terima kasih untuk infonya

  • Septianyogatribuana
    September 18, 2016 12:13 am

    Selalu senang mengikuti alur tulisan di blog naked traveler ini
    Semoga bisa bisa menular ilmunya baik itu dalam hal travelling dan juga membuat tulisan perjalanan yang kece

  • Nychken Gilang Bedy S
    January 23, 2019 11:19 pm

    mantaaap banget nih jadi pengen ke sana

Leave a Reply

Leave a Reply to Irfan Cancel reply