Jilbab Traveler

by Nelda Afriany*

Nelda (tengah) bersama teman2

Sebagai wanita Indonesia berjilbab, banyak yang bertanya kepada saya apakah saya pernah mendapatkan masalah selama berada atau bepergian di luar negeri. Beberapa bahkan bertanya apakah saya masih pake jilbab, disangka saya rela melepaskannya demi cari aman. Sulit juga menjawabnya, sebab saya punya pengalaman yang berbeda-beda yang tidak bisa digeneralisasikan.

Dari awal mula mengirim aplikasi untuk pekerjaan di Norwegia, saya ingat saat itu setelah hebohnya peristiwa 9/11. Syukur Alhamdulillah, sampai diterima dan bekerja, kantor saya tidak pernah mempermasalahkan keislaman dan jilbab saya meskipun kantor itu adalah komunitas berbasis Kristen. Salah satu teman kerja yang berasal dari Kanada pernah berkomentar, “Awalnya saya memang nggak biasa melihat kamu dengan penutup kepala seperti itu. Tapi lama-lama ya jadi biasa saja.” Ada juga rekan kerja dari Amerika yang bertanya, “Bagaimana pesta pernikahan di budaya saya sebagai muslim?”. Mungkin dia bingung bagaimana bentuk baju pengantin wanitanya. Beberapa hari kemudian, dia bertanya lagi, “Bagaimana dengan budaya pemakaman orang yang meninggal?”. Rasanya saya jadi duta besar Muslim saat menerangkan hal-hal seperti ini kepada mereka.

Rupanya pakai jilbab itu membuat saya sering disangka berkebangsaan negara lain. Saat saya keluar stasiun kereta api di Kopenhagen, Denmark, eh ada cowok yang langsung menyapa. Dia tanya saya dari mana. Ternyata dia orang Afghanistan dan mungkin berpikir saya dari Afghanistan juga. Dia nyerocos bertanya apa pekerjaan saya, di mana, email saya apa, dan menunjukkan kafe tempat sepupunya kerja. Terakhir dia tanya apakah saya punya pacar. Refleks saya jawab, “It’s none of your business”. Eh, dia tau-tau kabur aja gitu! Suatu kali lagi saat saya keluar dari stasiun kereta di Jerman. Tau-tau di belakang saya ada ibu dan anak perempuannya yang tampak saling berbicara dengan heboh. Tentu saya berasa diomongin karena saya mengenal bahasa mereka, bahasa Turki. Begitu saya menengok, eh mereka langsung diem. Hihihi… mungkin mereka mengira saya orang Turki.

Saya punya satu teman baik di Jerman. Kami sering chatting, malah sudah sempat ketemu satu kali. Satu hari kami chat lagi, saya lupa kami lagi ngobrol apa, tau-tau dia bertanya, “Memang kamu Muslim?”. Lah, memang nggak liat saya pake jilbab? Eh dia bilang,”Saya kira kamu pake tutupan kepala begitu karena di Norwegia dingin.” Hahahaha! Yang parahnya lagi dia bilang, “You don’t behave like a Muslim.” Nah loh, hinaan atau pujian nih? *Saatnya mengintrospeksi diri*

Pengalaman yang cukup menarik karena berjilbab terjadi di Rusia. Teman Rusia saya merasa aneh dengan gaya berpakaian saya yang pake rok panjang dan sepatu keds. Memang  nggak matching sih, bukan tipikal pakaian seorang Muslim di sana. Pernah lagi naik bus, seorang bapak-bapak di sebelah bertanya saya dari mana. Ketika tahu dari Indonesia (mereka cukup mengenal bahwa orang Indonesia kebanyakan Muslim), saking senangnya dia langsung menyodorkan bawang putih yang dibawanya sebagai hadiah. Di Izhevsk, Tatarstan, saya tinggal di apartemen teman saya Elmira, yang keluarganya Muslim dan ibunya juga berjilbab.Yang paling bikin terharu yaitu neneknya yang tinggal di tempat lain, bela-belain datang naik bus untuk bertemu saya. Malah si nenek memberi saya beberapa kain untuk jilbab dan uang!

Kalau di Inggris, Muslimnya cukup banyak. Gaya perempuannya yang berjilbab juga beraneka ragam. Ada yg jilbab Indo/Melayu, jilbab Pakistan, jilbab puanjang bener ala ibu-ibu berkulit hitam dari Afrika, dan juga jilbab gaul ala perempuan berwajah Timur Tengah yang cantik-cantik itu. Ada yang berbaju longgar, ada yang cukup ketat, atau dengan make-up yang tebal. Ketika saya malam-malam menyusuri Edgware Road di London, wih, orang-orang Arab berpesta disitu, termasuk ibu-ibu berjilbab dan anak-anak. Yuuk! Karena pakai jilbab juga saya pernah disapa seorang Malaysia yang akhirnya bermalam takbiran bersama. Sepertinya ada ikatan gitu.

Balik ke Norwegia lagi. Satu kali saya dan beberapa teman kerja pergi nonton konser. Setelah konser usai, teman-teman saya itu pada mau ajojing dulu. Alhasil saya duduk aja, nonton mereka. Satu dua cowok ada yang ngajakin ajojing bareng, duh, terpaksa deh saya tolak. Berikutnya, seorang cewek kulit hitam yang cantik dengan baju superseksi datang dan bilang, “Hai, saya juga Muslim kok, saya dari Namibia.” Nah, bingung kan mau bereaksi gimana?

—-
*Nelda Afriany, masih pake jilbab 🙂 Biasa nge-blog di http://neldasjourney.wordpress.com/ Ini adalah tulisan keduanya setelah ini.

27 Comments

  • Raka
    August 12, 2010 5:54 pm

    Cerita yang sangat menarik tentang pandangan orang-orang sana tentang perempuan berjilbab…

    Tapi ‘ajojing’ apa teh?

  • Trackback: Tweets that mention Jilbab Traveler » The Naked Traveler -- Topsy.com
  • Nando Tampubolon
    August 12, 2010 6:34 pm

    @Raka ..ajojing = dugem atau jedagjedug

    seneng bgt baca artikel ini, kita tidak perlu menutupi identitas kita hanya untuk diterima dalam pergaulan. Justru harus kita tunjukkan kalau perbedaan itu indah ^^

    Sangat menginspirasi sekali ceritanya

  • Anonymous
    August 12, 2010 10:40 pm

    very proud of u, nelda!

  • ronita
    August 12, 2010 10:52 pm

    Wiiiiih keren pake jilbab tanpa perlu merasa ikucilkan

  • dHarto..!!
    August 13, 2010 2:48 pm

    pake jilbab?? pede aja lagi 😀

  • Elfa Tirza
    August 14, 2010 11:22 am

    be your self !! 🙂

  • za
    August 14, 2010 7:49 pm

    setelah sekian lama jadi silent reader di blog ini, akhirnya comment juga, terinsiprasi postingan ini, selama ini masih risih kemana2 karena pake jilbab

  • Ifan Jayadi
    August 15, 2010 2:19 pm

    Sungguh pengalaman yang mengesankan. Ini tentu bisa menjadi menjadi duta tentang indonesia itu seperti apa, dan bagaimana kehidupan umat islamnya.

  • Cendrawasih Panji
    August 17, 2010 11:40 am

    Salam mbak…Sumpah aku suka banget sama blog mbak… saya yang masih SMA jadi ngiri, bisa punya banyak peluang buat jalan-jalan gitu… saya kalau backpackeran paling cuman waktu liburan sekolah..

    Salut!

  • dian madelina
    August 18, 2010 6:17 pm

    menarik sekali artikelnya. saya harap ada tulisan lain mengenai jilbab.

  • Nella
    August 18, 2010 7:18 pm

    Neldaaaa bangga deh ama kamu! Congrat ya buat tulisanmu ini, kereeennn 😀

  • yudi
    August 18, 2010 11:56 pm

    mbak nelda, saya juga sering membaca tulisan di blog anda. cm yang ini kurang detail kejdaiannya, seperti konklusi. ditunggu tulisan berikutnya. congrats…

  • rizz
    August 23, 2010 9:38 pm

    wah, asikkk!!!

  • nie
    August 26, 2010 3:22 pm

    alhamdulilah,,,,

  • cristin
    August 30, 2010 10:09 am

    saya mualaf dan baru berjilbab setengah tahun belakangan ini. selama ini saya pikir saya selamat bekerja dimana-mana, termasuk bekerja dengan orang asing, karena nama saya yang belum berubah. tapi sekarang saya tahu, bahwa identintasmu sebagai muslimah justru bisa jadi sarana syi’ar. saluuuuut wat mbak nelda.

  • Nelda
    September 5, 2010 3:26 pm

    Terima kasih ya semuanya yang udah baca tulisan ini. Sekalian menjelang lebaran: Maaf lahir dan batin ya! *jangan deketin mall, apalagi di Jakarta, maceeet…* 🙂

  • khare
    September 13, 2010 11:31 am

    kak nelda, keren! (^^)b aku pengen punya pengalaman gitu jugaaa…

  • erwan
    October 7, 2010 8:14 pm

    salam kenal mb nelda, boleh dong berbagi klo lg di luar gt. klo kita travelling. sarana solat dan tempat solat gmn ya??

    apa ada banyak masjid gt di kota2nya ??

  • iqbal
    December 9, 2010 8:51 am

    luar biasa mb nelda, bagai bunga yg tumbuh bersemi di guru. meski lingkungan susah menerima tetapi iman tidak boleh digadaikan.

  • duma
    December 20, 2010 12:18 pm

    I’m proud of u miss…..congrats ya tulisan nya di muat lagi…ditunggu tulisan selanjutnya..miss u so much

    dari murid yg bandel hehe

  • Dhika
    March 3, 2011 6:12 pm

    salam kenal mba ^^ tulisannya sangat menginspirasi 🙂

    saya baru 6 tahun berjilbab dan tetep saja merasa masih kurang sekali pengetahuan tentang Islam tapi saya merasa memang banyak hal baik yg saya rasakan setelah berjilbab..terutama pas jalan sendiri kalau terpaksa pulang malam..bahkan preman yg sering nongkrong di depan gang..mengucapkan Assalamualaikum ketika saya lewat..biasanya suka godain cewek2 yg lewat gang itu.. :)selamat untuk menjadi duta Islam walaupun tidak secara langsung ..semangat ya mba ^^

  • uyay
    March 23, 2011 11:36 am

    ehmmm…..sangat menginspirasi…..salut…, bisa tetap istiqomah…..di antara godaan dunia….yang sangat berat…apalgi untuk seorang traveler……trus sebarkan keindahan islam dengan cara yang islami…..sukses ya jalan-jalannya….

  • Iin
    April 23, 2011 7:02 pm

    seru bgt pengalamannya mbak Nelda..atas nama perempuan berjilbab..salut pokokke :-)..keep writing to share your wonderful experiences overseas..

  • andin
    May 17, 2011 2:54 pm

    nice post.. 🙂
    saya juga bejilbab,, dan ttp suka jalan2,, so, jilbab bukan penghalang 🙂 bahkan kita pernah b6 jilbab semua, backpacking Jawa-Bali-Lombok 24hari 🙂 next, mo k Belitung 🙂 ada ygmau gabung?? boleh dunk Nelda Afriany – nya jd Guide klo aku k backpacking Eropa 😀

  • Nurul Lubis
    November 6, 2014 8:02 pm

    Cerita ini mengingatkanku selama travelling. Saat ini aku tinggal di komunitas dimana muslim adalah minoritas. Dan aku juga mengenakan hijab. Macam – macam deh pertanyaan teman2 saya. “Ngga panas ya?” atau “Apa rambut kamu rusak?” sampai pernyataan “c’mon. open up your scarf a bit. don’t be too extreme” Pernyataan yang terakhir ngga tau nanggapinnya gimana. Kalau aku extremis, bagaimana mungkin sahabat2 ku datang dari berbagai bangsa dan kepercayaan. Saat travelling kemana – mana, aku juga tetap mengenakan hijab. Hingga suatu saat saya akan ke Paris. Salah satu teman bilang “ahh hati2 sama jilbab mu. Orang perancis ngga terlalu suka dengan orang Muslim”.. Pernyataan yang salah banget. Aku ke Paris tetap dengan menggunakan hijab. Alhamdulillah, tidak ada kendala sama sekali. Malahan, selama disana aku selalu ditolong orang – orang saat bingung dan kesasar.

  • Ilmu Pengetahuan Umum
    February 23, 2019 9:36 pm

    Hijab adalah pakai terbaik bagi seorang Muslimah, dan hijab tidak akan menghalangi aktivitas seorang wanita.

Leave a Reply

Leave a Reply to Ifan Jayadi Cancel reply