Ke(tidak)rajinan tangan khas Swedia

by Sara Respati*

Kerajinan tangan Swedia seharga hampir Rp 1,5 juta!

Di sela-sela kesibukan saya sebagai mahasiswa di kota kecil bernama Norrköping di Swedia (yang tahun ini punya winter maha dasyat, sempat minus 30°C!), saya sempatkan untuk mengikuti acara yang diadakan oleh AIV (Association of International Visitor). AIV adalah sebuah organisasi untuk para mahasiswa internasional agar bisa lebih mengenal Swedia. Saya dan teman membeli tiket untuk event Swedish Handricaft, harga tiketnya 30 SEK atau Rp 39.000. Event itu diselenggarakan di sebuah kota bernama Linköping, kira-kira satu jam dari tempat saya tinggal.

Dengan tiket harga segitu, termasuk gratis mengikuti pelatihan membuat kerajinan khas Swedia yang bisa dibawa pulang setelah jadi. Asik nih, dapat pengetahuan baru. Setelah memasuki ruangan dan berkumpul dengan para exchange student yang lain, saya terkejut melihat meja kerja utama. Lah, kok cuma ada kayu dan kawat doang? Ternyata yang disebut kerajinan khas Swedia adalah membuat love dari kayu dan kawat yang diplintir-plintir terus dikasih manik-manik! Yaelah, gitu doang! Saya dan teman langsung misuh-misuh dalam bahasa Indonesia, mumpung tidak ada yang ngerti. Kalau dibandingin pas jaman saya SD di Samarinda, saya sudah membuat baju dari manik-manik yang jadi baju adat Kalimantan Timur atau bikin kotak pensil yang jauh lebih rumit dari sekedar kawat-kawat yang gitu doang. Walaupun saya bukan seniman, tapi saya juga bukan orang yang ”gagap seni”. Terpaksalah kami menjalani acara memotong kayu dan memlintir kawat itu. Langsung dong saya kelar pertama kali! Orang Indonesia gitu loh!

Sesi melihat toko kerajiananpun dimulai dan saya menemukan banyak hal yang mengejutkan. Mata saya tertuju pada kerajinan dari anyaman kayu, kalau di Jogja, itu biasanya disebut ”besek”. Wah, ada juga nih kerajinan seperti Indonesia. Tapi begitu saya melihat harganya… WOW, harganya 1125 SEK atau Rp 1.462.500! Buset, hampir 1,5 juta! Saya tidak habis pikir kenapa bisa semahal itu. Ada juga sikat kamar mandi, harganya hampir Rp 200.000. Karena penasaran, saya mendekati bapak-bapak Swedia di sana dan bertanya,”Pak, kok ada sikat kamar mandi disini, kan ini toko kerajinan?”. Si bapak menjawab dengan yakinnya, ”Coba lihat sikatnya, ini kan handmade, ada benangnya. Beda sama buatan pabrik, makanya mahal.” Gubrak! Di pasar Indonesia mungkin sikat kamar mandi itu cuma dijual Rp 5.000. Selanjutnya saya keliling dan menemukan banyak kerajinan tangan Swedia yang biasa-biasa saja tapi harganya gila-gilaan.

Setelah selesai melihat-lihat toko kerajinannya, kami masuk lagi ke ruangan untuk makan sandwich yang memang termasuk dalam tiket yang dibeli. Maklum mahasiswa, lumayan dapat makan malam jadi enggak perlu masak. Tapi lagi-lagi saya kecewa, sandwich yang disediakan itu ternyata cuma roti dikasih keju. Padahal itu adalah acaranya International Visitor! Ih, kalau di Indonesia, acara seperti itu tamu-tamunya disuguhi makanan yang mewah ala prasmanan yang serba menggiurkan. Duh, saya jadi rindu Ibu Pertiwi.

Kembali ke masalah kerajinan, saya punya teman orang Swedia yang tinggal satu studenthouse dan satu koridor. Waktu saya main ke kamarnya, dia nunjukin gelang, cincin, kalung, gantungan HP yang dia buat. Ternyata dia juga punya blog yang berfungsi untuk menjual barang-barangnya itu. Dengan senang dan bangga, ia menunjukkan hasil karyanya. Dengan terpaksa, saya selalu bilang ”Nice!” karena saya orangnya enggak tegaan. Padahal enggak ada apa-apanya dengan apa yang kita punya di Indonesia. Secara kasar, maaf, cuma kelas pasar yang harganya 1.000 sampe 2.000 rupiah. Karena penasaran, sekembali ke kamar saya buka blognya teman saya itu. Kaget juga melihat harga-harganya, rata-rata Rp 100.000! Saya tak mau kalah dengan menunjukkan kerajinan tangan Indonesia. Tapi setiap ketemu, dia masih rajin promosi barang kerajinannya. Terus dia cerita bahwa pembeli barang-barangnya bukan cuma dari Swedia, tapi juga dari negara lain. Wah,  kalau saya mengirim kerajinan dari Indonesia, terus menjualnya disini, mungkin laku keras dan untung banyak. Belum tau mereka bagaimana rumitnya membuat batik tulis, wayang, dan kain songket. Sayangnya, Juni ini saya sudah pulang ke Indonesia lagi, jadi temen saya itu enggak jadi punya rival bisnis. Tapi biar bagaimanapun, saya bangga jadi orang Indonesia.

—–
*Sara Respati, 22 tahun, sedang menikmati menjadi mahasiswa di negara dingin atas bantuan dari beasiswa unggulan Diknas. Selalu mencoba menabung untuk traveling.

24 Comments

  • ayuna
    May 14, 2010 7:21 pm

    woooooww.. saya jadi berpikir untuk berbisnis di swedia.. hehehe

  • Trackback: Tweets that mention Ke(tidak)rajinan tangan khas Swedia » The Naked Traveler -- Topsy.com
  • fatma
    May 16, 2010 6:45 am

    pantesan klo inacraft bule2 itu pada ngeborong ya,,
    bagus dan murah sih..
    i looove indonesia..;p

  • Nilly
    May 17, 2010 12:16 pm

    Great to know! Terimakasih sudah berbagi 🙂 Kereenn!

  • traveler91
    May 17, 2010 9:24 pm

    wakakakakaka~~~!!!! like this article MUCH!!! hahaha…baru tw harga “handmade” di LN sgitu mahal…wah2…bangga bgt tinggal di indo, bs bli barang itu dgn sangat murah,haha…wlopun kadang jasa jd murah jg, krn harga barang krajinannya pun murah,^^…

  • nesya
    May 18, 2010 11:58 am

    hahahah…lucu juga. ternyata orang indonesia tuh lebih kreatif banget ya…kalo kita bwt kerja sama dagang ma swedia bisa untung banyak tuh…yang harga 1.000 an di Indoneisa bisa jadi 100rb. Bisa kaya mendadak nih namanya….

  • isna
    May 18, 2010 1:23 pm

    Tanah airku tidak kulupakan
    Kan terkenang selama hidupku
    Biarpun saya pergi jauh
    Tidak kan hilang dari kalbu
    Tanah ku yang kucintai
    Engkau kuhargai

    Walaupun banyak negri kujalani
    Yang masyhur permai dikata orang
    Tetapi kampung dan rumahku
    Di sanalah kurasa senang
    Tanahku tak kulupakan
    Engkau kubanggakan

    —-

    Indonesia is the best-lah 🙂

  • marco
    May 18, 2010 2:10 pm

    Kalau secara pribadi sih tidak merasa bangga dengan murahnya harga kerajinan tangan Indonesia. Memang saya bangga dengan kreativitas bangsa Indonesia untuk beragam kerajinan tangannya, namun sangat tidak bangga dengan penghargaan terhadap barang buatan tangan Indonesia. Harusnya kita merenung dan berpikir, mengapa Swedia dapat menjual dengan harga semahal itu ? Itu berarti Orang swedia dengan tenaga yang lebih sedikit diluangkan mampu mendapatkan uang yang lebih besar karena tingginya taraf hidup mereka. Keringat mereka dihargai sedemikian. Dan tentunya karena org-org percaya dengan buatan tangan org swedia, baik dari mutu, kerapihan detail, bahan yang digunanakan apakah mengganggu kesehatan, pemeliharaan lingkungan dan lain-lain yang menyebabkan harganya mahal.

    Nah kalau hasil kerajinan tangan Indonesia dihargai murah, apa sebabnya ?

  • swr
    May 19, 2010 1:25 am

    bener juga.. dari cerita diatas kita bisa ambil sisi baik dan buruknya. sisi baiknya, kita tau bahwa kita tidak kalah kreatif dari bangsa lain. dan tentu saja secara logika kita bisa bersaing dgn yg lain. Sisi buruknya, kita tau bahwa jasa kita itu sangat murah, dan tidak terlalu dihargai.. bisa jadi masukan supaya harga jasa ditingkatkan di indonesia..

  • Bobby
    May 19, 2010 1:15 pm

    Sepertinya mba T pernah posting yg membandingkan antara negara2 yang pernah dikunjunginya. Memang masih lebih baik negara kita sendiri toh. Namun budaya orang harus tetap dipelajari juga.. Nice post gan

  • eKa eLIKa laYLa
    May 20, 2010 4:11 pm

    That’s why… ada negara yg dengan “pede”nya mengakui hasil karya Indonesia, karena salah satu kasusnya ya begini ini … begitu mereka menyadari hasil karya kita jauh lebih bagus + malas alias ga punya kreativitas lebih untuk membuat hal serupa, jadi lah …. instan. mengakui ciptaan kita menjadi milik mereka … ck ck ck.

  • faris
    May 21, 2010 10:16 am

    orang-orang kbri tau nggak ya? hal-hal seperti ini. Seharus kbri di luar sana lebih giat cari pasar untuk kerajinan kita, swedia membuat kerajinan sederhana dengan harga mahal apalagi teknologinya harganya selangit di negeri kita seperti truck volvo bm harganya lebih dari 4milyar/unit

  • ica
    May 25, 2010 3:41 pm

    ya begitulah, org luar lbh menghargai handmade dibanding buatan pabrik g kayak org indonesia.
    pengalaman saya pribadi saat saya jualan handmade buatan saya, kok tega2nya handmade rapi begitu ditawar MURAH oleh pembeli.
    ingin misuh rasanya. kapan org indonesia bisa menghargai nilai seni?? Teman saya yg punya toko handmade online kebanyakan pelanggannya dari luar.
    MIRIS saya dg org indonesia.. 🙁

  • Martin
    May 29, 2010 5:57 am

    Proud to be Indonesian. Sudah saatnya belajar untuk lebih mneghargai kebudayaan Indonesia.

  • meta
    May 30, 2010 1:35 pm

    a.w.e.s.o.m.e INDONESIA ,, i loovvee :0)
    Thanks vo sharing

  • eni
    June 9, 2010 8:11 pm

    asli….lucu banget ceritanya . gw ngakak dulu yach wkwkwkwkwkwkwkw…….kasian yach tu bule coba lw suruh dia sekolah kerajinan di indonesia pasti dia suka. indonesiakan multi talen untuk creativiti. I LOVE INDONESIA

  • winy
    June 25, 2010 5:05 pm

    yup..indonesia memang de best…kaya akan seni dan budaya yang sulit kita temui di negara lain..
    i love Indonesia

  • nanda
    August 3, 2010 7:42 am

    Seperti yg pernah dibilang TNT dibukunya, perjalanan ke luar negri memang membuat kita lebih mencintai dan menghargai negri sendiri
    nice posting 🙂

  • rizz
    September 2, 2010 3:47 pm

    kerajinan tangan yg murah meriah justru jadi daya tarik wisatawan asing…..

  • deirdre
    September 3, 2010 5:12 am

    setuju dengan Ica. di Indonesia permasalahannya karena taraf hidup berbagai daerah yang tidak sama. makanya kerajinan yg untuk membuatnya harus teliti dan bagus malah dihargai murah seakan2 yg membuatnya tidak mengucurkan tenaga. harusnya kita malu loh, yg namanya mass made dan hand made itu pasti lebih menang hand made dari segi kualitas. coba aja bandingin baju masal pabrik dengan baju hand made yg dibuat berkualitas tinggi oleh pengrajin daerah. murahan masal punya kan? tapi apa bisa selamanya awet? tidak. kain yg dibuat hand made justru tahan lama sampai ke generasi kedepan. gak percaya? coba aja beli baju batik hand made. bandingkan dengan yg machine made. jauh sekali.

    sudah sepatutnya pemerintah kita menghargai jerih payah para pembuat kerajinan meskipun standar bentuknya tapi berkualitas tinggi..susah kalau bangsa ini mentalnya mau yg murah murah terus.

  • Lia Triaska
    September 29, 2010 9:55 am

    di indonesia, handycraft rasanya kurang dihargai sm orang indonesia sendiri… akhirnya, jd murah.. padahal bikinnya setengah mati… **curhat colongan seorang pengrajin 😛

  • johan
    October 27, 2010 7:30 pm

    anak samarinda ya? dulu di SD mana? sy juga asli smd, tpi lg kuliah di spore

  • nunun djakfar
    November 10, 2010 10:38 pm

    tullll!!aq dukung jualan kerajinan indonesia.dulu waktu smp aq punya guru y “gile” kl ngasih prakarya.setiap hari pulang sekolah nyulam,ngerajutdll takut dpt nilai merah.hasilnya sekarg aq sgt appreciate dgn kerajinan tangan.sampe2 aq belain beli kain songket palembang yg bikinnya aja bs sampe bulanan.sekarg jadi dekorasi rumahku yg unik.

  • Bejo
    October 14, 2011 6:00 am

    Memang kerajinan tangan Indonesia termasuk unggul dibanding dgn bangsa lain

Leave a Reply

Leave a Reply