Belanja Barang Bermerk

Memakai barang bermerk (sering disebut branded, meski semua barang ada merknya) katanya membuat gengsi orang naik dan tambah pede – namun bagi saya, karena ukurannya ada yang besar. Bagi orang yang mampu, mereka dapat belanja langsung di butiknya atau bahkan langsung belanja di negara asalnya. Tapi yang pas-pasan namun mau tetap gaya, belanja lah di Factory Outlet (FO). Untuk menghemat biaya produksi dan upah buruh, para pemilik merk terkenal memproduksi barangnya di negara dunia ketiga. Tak heran kalau kita melihat label pakaian atau sepatu yang bertuliskan Made in India, Made in Cambodia, Thailand, Bangladesh, bahkan Made in Indonesia. Entah bagaimana caranya di negara-negara tersebut dapat menjualnya di negara sendiri meski seharusnya untuk komoditas ekspor atas spesifikasi khusus si pemilik barang bermerk. Bahkan saat ini sudah dijadikan barang komoditas untuk turis.

Di Bangkok di mana lagi belanja kalau bukan di Pasar Chatucak. Sayangnya pasar tersebut hanya buka hari Sabtu dan Minggu saja. Pasar ini sangat besar sekali, luasnya mencapai 35 hektar dengan ribuan kios-kios kecil mirip di Pasar Klewer Solo. Barang apapun bisa ditemukan di sini, mulai dari kerajinan tangan, buku, sutra Thai, suvenir, pakaian bermerk, furniture, sampai binatang peliharaan. Barang bermerk pun sudah saru antara barang lokal yang ditempel label merk terkenal atau memang barang sisa ekspor. Bersiaplah memakai baju yang nyaman karena panas dan sumpek banget, celana pun harus bisa digulung karena kadang becek saat hujan.

Versi pasar yang lebih kecil ada di Pnom Pehn tepatnya di Psah Toul Tom Poung, atau lebih dikenal dengan Russian Market. Berbeda dengan Chatucak, pasar ini spesialisasi menjual barang bermerk dengan harga sangat miring, misalnya tank top merk Gap atau sport bra merk Moschino seharga 1 US$. Ya, di Kamboja orang jarang sekali menggunakan mata uang lokal Riel tapi mata uang dolar Amerika. Uang sedolaran paling lecek yang pernah saya lihat ya di sini karena diperlakukan sebagai recehan uang kembalian belanjaan dan membayar ojek.

Di Colombo, pusat belanja favorit turis adalah di Odel, department store khusus pakaian bermerk terkenal. FO ini persis seperti FO yang ada di Indonesia, dibuat nyaman dan ber-AC. Odel menempati bangunan tua yang dipugar dengan cantik dan bertingkat tiga. Harganya sekitar 50 ribu rupiah sepotong kalau dikurskan ke mata uang Rupiah. Merk-merk pakaian yang ditawarkan ada Esprit, Tommy Hilfiger, Calvin Klein, Ralph Lauren, Escada, DKNY, sampai Versace.

Di Eropa, hanya orang berada yang belanja barang bermerk beneran (designer label). Merk H&M dan Zara di sana bagaikan toko Matahari di Indonesia karena termasuk barang murah makanya selalu dipenuhi dengan orang lokal maupun turis. Kalau tidak merasa jijik, silakan belanja pakaian bermerk tapi bekas. Di Eropa atau Amerika saja cuek, belanja saja ke flea market atau pasar loak yang biasanya hanya buka saat week end – minimal jeans Levi’s 501 saja sih ada. Di Indonesia juga ada, seperti di Pasar Ular atau Pasar Senen Jakarta, Pasar BJ di Jambi atau Monza di Medan yang menjual barang bermerk bekas tapi impor. Kalau rajin ngubek-ngubek di pasar yang becek, mau berbersin-ria, kepanasan, dan bersedia ngotot tawar-menawar, kita bisa mendapatkan barang bermerk dengan kondisi masih bagus dan murah. Pasar BJ yang spesialisasinya adalah tas dan sepatu bekas bermerk menawarkan tas tangan merk Mango dan Nine West seharga 60 ribu rupiah per buah.

Berbeda dengan di Amerika, konon barang-barang bermerk yang dijual di FO sana murah karena musim yang sudah lewat (misalnya pakaian winter dijual saat summer), bukan karena barang reject. Lokasi FO biasanya agak di luar kota agar pajaknya lebih murah dan terletak di pinggir jalan highway jadi siap-siap baca plang dengan seksama. FO di Amerika bukan berada di satu gedung sendiri tapi merupakan kompleks sangat luas dimana setiap merk mempunyai gudang besar yang berdiri sendiri dengan jarak lumayan jauh antar tokonya. Terdapat sekitar seratus lebih merk terkenal dalam satu FO yang besar, seperti San Marcos Prime Outlet di dekat kota San Antonio. Harganya pun sangat miring, contohnya tas ransel merk Calvin Klein cuman 5 US$, t-shirt Esprit @ 1,50 US$, celana korduray Armani 10 US$. Karena tempatnya sangat besar dan selalu penuh dengan antrian, metode belanja paling efektif adalah langsung cari section harga termurah dengan tulisan sale terbesar, biasanya ada di dalam bak pakaian yang nyarinya pun pakai tarik-tarikan dengan orang lain. Well, that’s what I can afford!

5 Comments

  • Blogspot Templates
    October 5, 2009 2:42 pm

    Pertamax.. Tumben nie ga ada yang comment.. ah yang penting pertamax dulu, baru baca.. ^U^

  • nosta
    January 10, 2012 2:42 am

    jadi pengen ke Chatuchak.hehehehe.bener banget h&m,mango ama zara dah masuk kategori toko sejuta umat,mbak.aq tinggal di jerman,kaget juga pas lihat jaket jack wolfskin,esprit,puma or nike banyak yang made in indonesia.gila harganya mahal banget,gak sebanding ama upah tenaga kerja di indonesia.atas nama solidaritas (hehehehehe)makanya aq gak pernah beli yang made in indonesia

    • Anonymous
      July 29, 2017 3:14 pm

      Barang made in indonesia bgs..
      Banyak di jual di pasar ular ..Tanah abang..Hraga nya murah..Jauh dibang

  • ryo
    January 11, 2012 1:31 pm

    yang di chatucak dan cambodia itu barang palsu (KW) atau barang bekas ya… nggak make sense aja hahahaha

  • Shinta
    January 26, 2012 12:21 pm

    aku pernah ke chatuchak dan russian market, kalo di chatuchak malah ga nemu section yg jual barang2 bermerk nya 🙁 kalo di russian market kamboja sih asli kayanya ya barangnya. toh yg dijual memang merek sejuta umat (bukan designer label), jd paling2 gap, zara, mango. sweater zara yg aku beli disana sama persis bahan dan potongannya sama yg beli di indo. made in nya jg sama2 made in cambodia.

Leave a Reply

Leave a Reply